- Back to Home »
- Nuraniku , Travel and Adventure »
- Wisata Hati 1 Januari; Nuraniku Goes to Cipir (Bag. 3)
Posted by : Lisfatul Fatinah
13 January 2013
(Lanjutan Bagian 1 dan Bagian 2)
Ahlan wa Sahlan yaa ‘Aly Nuraniku^^
Lewat pukul 11.30 WIB, Pulau Cipir yang sempat digunakan sebagai tempat karantina calon haji
ini sudah terlihat jelas di pelupuk mata. Mungkin karena bertepatan dengan
pergantian tahun masehi, maka dari kejauhan sudah tampak banyak pengunjung yang tiba lebih dahulu daripada kami. Oh iya, saat berbincang dengan Pak Waris,
Beliau juga sempat berkata kalau Pulau Cipir sudah ramai sejak satu hari sebelum
pergantian tahun masehi. Bahkan, Pak Waris sempat mengantarkan beberapa
muda-mudi tepat malam hari perhantian tahun masehi. Masya Allah, semangatnya!
Ahlan wa Sahlan yaa ‘Aly Nuraniku^^
Pintu masuk Pulau Cipir
Yup. Alhamdulillahirabbil
‘aalamin. Akhirnya, kami tiba di Pulau Cipir. Dermaga yang belum tuntas
direnovasi menjadi pijakan pertama kami di pulau ini. Ada satu syair karya Kak
Chai yang menjadi pembuka kedatangan kami di pulau ini; Bu Kumkum lagi
nyupir, assalamu’alaikum Pulau Cipir
^_^
Berdasarkan arahan The Big Abah dan Abah (Kak Udin dan Kak Hakim), kami
berjalan menuju salah satu tepian pulau yang masih lumayan sepi. Di jalan
menuju salah satu sisi pantai ini saya sebenarnya agak risih. Bagaimana tidak,
banyak sekali orang yang berkemah di sini. Tidak hanya sampah bertebaran
yang membuat gusar, tapi perut-perut bertelanjang alias tak berbaju juga
membuat risih >,<
Tapi alhamdulillah, pantai tempat kami beristirahat jauh dari
pemandangan merisihkan di atas. Setiba di pantai, saya sendiri langsung menceburkan
diri ke air laut. Menghirup udara pantai Pulau Cipir dalam-dalam, membiarkannya
menyusup ke paru-paru saya yang selama ini menghirup udara pekat Jakarta. Senyak,
saya juga menikmati deburan ombak yang selalu mengagumkan, indah sekaligus
menyeramkan.
Sedangkan yang lainnya
duduk-duduk di bangku tepi pantai atau ada juga yang langsung makan di bibir
pantai. Oh iya, ada satu spot yang menarik perhatian saya, yaitu potongan
batang pohon yang terdampar begitu saja di bibir pantai. Indah. Itu yang muncul
di benak saya. Keindahan potongan batang pohon ini semakin mengagumkan ketika
gelombang ombak menghantamnya. A, masya Allah, subhanallah karya-Nya. Satu dua
jepretan saya ambil dengan angle potongan batang pohon dan kakak-kakak
perempuan yang sedang duduk di atasnya.
Pantai dan Sejuta
Kenangan
Setelah asik beberapa
menit menikmati pantai, kami makan siang dan shalat Zuhur berjemaah (bagi yang
sedang shalat) di mushalah yang tak jauh dari tempat kami beristirahat. Setelah
shalat selesai, saya sendiri memilih duduk menyendiri di salah satu batu
menghadap pantai sambil membaca novel yang saya bawa. Entah mengapa, dari tepi
pantai ini sekali lagi saya terpana pada hamparan pasir yang bertemu dengan
gelombang air. Truthfully, mata ini tidak pernah bosan pada ciptaan-Nya
yang Mahaindah. Dan untuk kesekian kalinya dalam setiap perjalanan menelusuri
alam-Nya, saya merasa bahwa Indonesia benar-benar secuil tepian surga yang
Allah lemparkan ke bumi yang saya pijak :’)
"Sepotong Surga"
My favorite landscape in Cipir Island
Saat menyendiri
bersama novel yang saya baca, sesekali pandangan saya tertuju pada kumpulan
bocah-bocah yang bermain. Satu dua kali saya tertawa sendiri melihat mereka
berlarian, berteriak, dan bercanda di hadapan saya. Hehe, sekilas saya teringat
gambaran masa kecil saya yang senang bermain-main di air sampai pernah
tenggelam atau mengalami hal-hal mistik yang sampai sekarang belum bisa saya
tanggap secara logika. Sempat teringat juga kenangan beberapa tahun lalu saat
pertama kali ke Kepulauan Seribu. Saat itu saya masih duduk di bangku SMA, saya
beserta beberapa murid pilihan lainnya mendapatkan hadiah jalan-jalan ke
Kepulauan Seribu ini bersama para mahasiswa dan saya harus menunggu hampir satu
jam di dermaga karena salah naik kapal :D
“Asik banget baca
novel di pinggir pantai,” suara Kak Shumi membuyarkan pikiran saya. Hanya tawa
kecil yang menjadi jawab saya. Ya, selalu asik jika kita bisa menyatu dengan
alam, entah itu di pantai ataupun pegunungan, batin saya menjawab :)
Narsis Time!
Yeach, selayaknya
banyak perjalanan. Perjalanan kami juga diwarnai dengan aneka kenarsisan di
mata kamera. Maka, beberapa menit sebelum acara yang ditunggu-tunggu (oleh
saya), kami berpose di depan dua kamera.
Mimpi Kami dan
Debur Ombak yang Mengamini :’)
Ada satu agenda yang
beberapa kali saya tagih ke Kak Izzah, yakni acara inti kami ke pulau ini. Entah
apapun itu nama acaranya, tapi menurut saya satu dua patah kata yang saling
terlontar dalam acara di tepi pantai ini insya Allah bisa menguatkan ukhuwah
kami.
Dibuka dengan bacaan
ayat-ayat Allah, saya semakin merasakan keindahan kebersamaan bersama orang-orang
luar biasa ini. Hampir saja sebulir air mata menggelinding di pipi, tapi
sengaja saya tahan agar kebersamaan ini tidak terlalu melankolis.
Well, sesi
selanjutnya, satu per satu dari kami berbagi kabar dan mimpi untuk satu tahun
ke depan. Saya, sebagai orang yang pertama kali datang di perjalanan ini pun
mendapatkan giliran pertama. Agak kikuk memang. Selain karena menjadi yang
paling cupu di antara mereka, saya juga bukan siapa-siapa di antara mereka yang
terlalu menginspirasi saya. Beberapa menit di giliran saya. Saya mengucapkan
beberapa keingin besar saya di tahun ini; menerbitkan novel psikologi Tiga
Tubuh, belajar di SLBN Semarang, backpacker-an
ke Semeru dan Rinjani, Lombok, dan mengajak Bapak saya menonton tinju di sasana pertarungan.
Tiba ke giliran yang
lainnya yang notabene adalah senior-senior saya di UNJ. Masya Allah, dahsyatnya
mimpi mereka. Ada yang ingin melanjutkan usaha atau bisnis sambil kuliah, ada
yang ingin meneruskan hafalan Qur’an, bahkan ada yang ingin punya anak di tahun ini (padahal belum menikah) ^_* Pastinya, berhubung mereka sudah di semester atas,
dominan dari mereka ingin lulus kuliah di tahun ini, entah pada Maret atau
September nanti.
Begitulah satu per
satu di antara kami merapalkan mimpi. Sedangkan kami yang mendengarkan, desir angin,
deru ombak, dan ikan-ikan kecil sibuk mengamini. Ya, semoga kalian bisa lulus
dengan mudah, dengan nilai yang memuaskan dan ilmu yang berkah. Doakan saya
juga ya, semoga 2015 nanti bisa lulus segera, mengajar bocah-bocah surga,
anak-anak berkebutuhan khusus, selama satu atau dua tahun. Lalu merantau ke
luar Jakarta atau keluar Jawa, membangun peradaban pendidikan yang baru,
khususnya untuk anak-anak istimewa di pelosok negeri tercinta. Kemudian, sesekali
menyatukan diri dengan alam Indonesia melalui hobi backpacker dan travelling :)
Selesai berbagi dan
saling mengamini mimpi, tiba saatnya bertukar kado. Ini sesi yang lucu. Kami
bertukar kado tapi hanya beberapa yang membawa kado. But that’s not a big
problem, karena saya senang masih tetap melihat mereka tertawa juga karena melihat tingkah
yang lainnya.
Abah and The Big Abah with their gift
Kebersamaan di
Antara Pasir dan Lautan
Matahari sudah
merangkak perlahan ke Barat bumi. Teriknya sudah mulai pudar, berganti sepoi
angin yang lamat-lamat membuat saya ingin terpejam di bibir pantai ini. Kami,
akhirnya memutuskan menuju sisi pantai yang lain, yang mulai sepi dari
pengunjung.
Di sinilah sesi kami
berbasah-basahan. Kendati saya dan perempuan yang lainnya hanya bisa
berbasah-basahan sebatas lutut, tapi kami tetap senang. Karena di sini lagi-lagi
alam mengeratkan ukhuwah kami. Di antara pasir dan lautan, kami berpose dengan
semangat. Hingga di penghujung keasyikan ini, entah siapa yang memulai idenya, kami
membentuk kata “nuraniku” dengan tubuh kami.
Tak terasa, waktunya
shalat Ashar. Ini pertanda kami harus segera meninggalkan Pulau Cipir. Kami pun
bergegas membersihkan diri dan shalat Ashar berjemaah sebelum menuju dermaga
dan kembali ke Jakarta.
Pulang dan Hujan Pelengkap
Kebersamaan
Perjalanan pulang.
Kami kembali menaiki perahu Pak Waris. Sebelum menaiki perahu, Kak Chai sempat bersyair lagi; di sana senja di sini pasir, sampai jumpa yaa Pulau Cipir :)
Di perjalanan pulang ini kami tak banyak berbincang, mungkin karena terlalu lelah. Beberapa kakak-kakak menenggelamkan diri dalam lautan kalam Illahi. Saya juga mulai menikmati angin senja sambil merapalkan zikir al-ma’tsurat di ujung perahu, tempat favorit saya sejak perjalanan ini. Lantas sesekali berbicara dengan Pak Waris.
Di perjalanan pulang ini kami tak banyak berbincang, mungkin karena terlalu lelah. Beberapa kakak-kakak menenggelamkan diri dalam lautan kalam Illahi. Saya juga mulai menikmati angin senja sambil merapalkan zikir al-ma’tsurat di ujung perahu, tempat favorit saya sejak perjalanan ini. Lantas sesekali berbicara dengan Pak Waris.
Tiba di Muara Kamal, hujan menyambut kedatangan kami. Alhamdulillah. Bagi saya, hujan selalu
pertanda nikmat dari Allah. Hujan juga selalu indah, di manapun ia turun
membasahi bumi-Nya. Dan kali ini, hujan penyambut kepulangan perjalanan kami,
memiliki arti khusus bagi saya; hujan ini adalah keberkahan yang Allah kirimkan
atas kebersamaan kami sekaligus pelengkap kehangatan ukhuwah ini.
Hujan yang “mencegat”
kami tetap turun hingga kami tiba di Rawa Buaya. Kami memutuskan menyantap
bakso sambil menunggu azan Maghrib di salah satu tempat sederhana di dekat Rawa
Buaya. Hingga azan Maghrib berkumandang, itu pertanda kami harus segera
memenuhi kebutuhan rukhiyah dan juga pertanda perjalanan hari ini akan segera
berakhir.
Alhamdulillah. Pukul 19.30
saya tiba di rumah. Berhubung rumah saya ada di kawasan Tomang, sekitar enam
shulter dari shulter transjakarta Rawa Buaya, sepertinya saya yang pertama kali
sampai rumah dibandingkan yang lainnya.
Yes, We are The Big Family of NURANIKU ^^
Lelah, memang begitulah adanya setiap satu perjalanan terlaksana. Tapi selalu ada kenangan indah yang selalu mengiringi
lelah. Selalu ada syukur yang tak terukur di setiap akhir perjalanan. Begitu
pula dengan akhir perjalanan ini. Ada banyak kenangan dan syukur yang membayar
lelahnya perjalanan ini. Hanya satu harapan saya, semoga perjalanan ini mempererat
persaudaraan kami, menjadi pemicu mimpi dan angan-angan masa depan kami, serta
menjadi sepotong keberkahan untuk keluarga sederhana ini. Amin.
-Belum
Selesai-
(Karena ada banyak kisah perjalanan luar biasa
yang masih menjadi rahasia-Nya)
asik bener rame-rame begitu :)
ReplyDeletemau jalan-jalan tapi gak ada yang ajak jalan -__-
:) yup, rame-rame menang selalu seru, Mas.
DeleteLah, sampe segitunya kah? Memangnya biasanya kegiatan Mas Triyan apa aja?
asiik ya mbak jalan2,,
ReplyDeletepantai, pasir putih, ombak dan laut, selalu punya arti tersendiri di setiap perjalanan :)
owh ya mbak, Nuraniku itu ap?
Iya, setiap perjalanan selalu punya arti tersendiri :)
DeleteNuraniku itu Pers Islam Kampus di Universitas Negeri Jakarta
Ini organisasi kampus, Mbak. Jalan-jalannya dalam rangka rihlah setelah setahun masa abdi :)
DeleteWeeee. Selalu, lebih banyak perempuannya :D
ReplyDeleteHehehehe. Iya, gak di Muzakki, gak di sekumpulan orang-orang ajaib, perempuan selalu mendominasi jumlahnya :D
DeleteIya soalnya kan abis makan gado-gado... -_-
DeleteApa dan siapa yang makan gado-gado? #gaknyambungding
Deletekegiatan LDK ya ukh? maasya Allah, indahnya pemandangan, ditambah dengan perjalanan bersama saudara2 seaqidah, makin ajiib.. demen liat 'nuraniku' nya :D
ReplyDeletesalam ukhuwah dari Kalbar ^^
Iya, Mbak, ini lininya LDK UNJ. Yup, begitulah. Indah semuanya, alamnya, suasananya, juga ukhuwahnya :)
Deletesalam ukhuwah dari Jakarta.
Salam untuk Kalbar ya, Mbak Diniehz, suatu hari saya akan ada di sana :)
sipks, keren banget :D
Deleteoke deh, kabar2i aja ya ukh kalo akan ke Kalbar. Mention via twitter juga boleh, di @diniehz :)
Oke, Mbak. Doakan semoga bisa menapakkan kaki di Kalbar ya, Mbak :)
DeleteEh Mas Fatul, kamu berenang di sana?
ReplyDeleteEh Nenek Toa, nggak berenang kok. Cuma kupluk-kulpuk kayak cumi-cumi :P
Deletebener-bener replika surga, keren banget.
ReplyDeleteasik tuh, saling berbagi mimpi untuk tahun kedepan dialam terbuka, ombak lagi yang secara ga sengaja menjadi saksi dan mengamini. semoga terkabul.
Replika Surga <---- masya Allah itulah Indonesia.
DeleteHehe, iya, Mas. Amin. Amin. Masya Allah nikmatnya pengalaman ini :)
My tears can be held..
ReplyDeletealso my laugh..
thank you for being my little princess with your writing..
Be a creative and inspirative writer, as a novelist (it's really your dream, isn't it?) ya..
Oke,, let Allah make your dreams come true ..
Insya Allah :)
Kak Chaaiii, yup that's my dream and I gonna make it come true :)
DeleteAmin. Allahummah amin. :)
Wallahi.izzah.melting. :'(
ReplyDeleteAllahu akbar yaa, kalau kata temanku,
di bumi aja ada tempat seindah itu, Terbayangkah kau akan surgaaaa? :)
kemudian bagiku,
bila, di dunia saja ku miliki saudara sepertimu,
maka kuharap kita bisa bercengkrama disana jua, ;')
Subhaanaka Allahumma wa bihamdika, Terima Kasih ya Allah,
Kau hadirkan ia, dalam hidupku. :)
: untuk kalian semua yang penuh inspirasi. :)
Masya Allah. Tears being flow :')
DeleteAmin. Semoga bisa bercengkrama lagi di surga, Kakak yang menginspirasi :)
fatul......
ReplyDeleteapa Kak Euis :D
Deleteikutan gabung dooongg
ReplyDeletelumayan refreshingg
hehehe
kaapaan petualang lagi yaaa??