- Back to Home »
- Book Review »
- Mencari Pembunuh Wellington
Posted by : Lisfatul Fatinah
03 February 2013
Judul Buku : Insiden Anjing di Tengah Malam yang
Bikin Penasaran
Penulis : Mark Haddon
Dimensi Buku : viii + 366 halaman; 13.5 x 20 cm
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Wellington, seekor
anjing puddel milik Nyonya Shears ditemukan mati di halaman rumahnya. Christopher
Boone, bocah lelaki yang sangat menyukai Wellington, menemukan bangkai
Wellington di tengah malam dengan garpu kebun menancap di atasnya. Sejak saat
itu, Christopher bertekad mencari tahu pembunuh Wellington.
Hari demi hari sejak kematian
anjing itu dilalui Christopher dengan mengumpulkan berbagai barang bukti yang
mengarah pada pembunuh Wellington. Setiap
proses penyelidikannya ditulisnya dalam sebuah buku yang dianggapnya sebagai
buku detektif pertama miliknya. Hingga pada suatu hari, Christopher harus
mengetahui bahwa ayahnyalah yang membunuh Wellington. Fakta bahwa ayahnya
membunuh Wellington membuka fakta-fakta kehidupannya yang lain, tentang
kematian ibunya dan juga tentang nasibnya di masa depan.
Novel berjudul asli
The Curious Insident of The Dog in The Night-time ini merupakan novel fiktif
yang menjadikan seorang bocah penyandang Sindrom Asperger sebagai tikoh utama. Dialah
Mark Haddon yang berani mencitakan Christopher sebagai bocah lelaki penyandang Sindrom
Asperger yang luar biasa cerdas.
Dalam buku yang
memperoleh banyak penghargaan ini, Haddon menjadikan Chritopher sebagai tokoh
utama sekaligus pencerita dalam novelnya. Novel ini ditulis murni dari sudut
pandang seorang Asperger yang sangat terganggu dengan kebisingan, tidak suka
disentuh, mahir komputer, dan pandai dalam memecahkan soal matematika.
Gaya penceritaan yang
selayaknya membaca tulisan seorang anak penyandang Asperger menjadikan novel
ini sangat berbeda dibandingkan novel biasanya. Karena ditulis dari sudut
pandang seorang anak penyandang Asperger, novel ini memuat kalimat-kalimat “aneh”,
tidak memiliki arti, atau bahwa kalimat yang lucu jika dibaca dan dipahami
artinya. Keunikan lain dari buku ini adalah tidak adanya Bab 1 dalam novel ini.
Hal ini dikarenakan Christopher sebagai tokoh utama dan pencerita sangat
menyukai bilangan prima. Jadi, bab-bab yang ada di novel ini adalah bilangan
prima, 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, dan seterusnya.
Kerena novel ini
mengambil sudut pandang seorang anak Asperger, penerjemahan kata menjadi
kelemahan dari novel ini. Ada beberapa kalimat yang memang diterjemahkan secara
mentah dari teks aslinya, sehingga menghasilkan kalimat yang rancu atau ambigu.
Kendati demikian, kelemahan ini justru membuat pembaca benar-benar seperti
mendengarkan langsung seorang anak Asperger bercerita tentang petualangannya.
Dikemas dengan lucu, polos, dan meyakinkan, novel ini menjadi bacaan wajib bagi
pecinta dunia pendidikan khusus dan pecinta novel psikologi.
@fatianhmunir | 3 Februari 2013
@fatianhmunir | 3 Februari 2013