- Back to Home »
- Book Review »
- Buku “The Story of My Life” (Kisah Hidup Helen Keller)
Posted by : Lisfatul Fatinah
09 July 2018
Setelah lebih dari satu setengah tahun tidak membaca novel atau buku fiksi –akibat doktrin sebuah workshop membaca yang membuat saya dan peserta lainnya berjanji untuk membaca novel atau buku fiksi, akhirnya saya memutuskan untuk keluar dari ikatan janji tersebut. Alasannya satu, saya tidak mampu mengembangkan tulisan saya hanya dengan membaca buku nonfiksi. Akhirnya selepas hari raya Idulfitri lalu saya memutuskan untuk membaca novel lagi. The Story of My Life, novel true story tentang Helen Keller menjadi pilihan saya.
Novel
atau lebih tepatnya catatan kehidupan ini yang saya kenal semester satu saat
saya masih kuliah 7 tahun lalu. Itupun saya membaca novel ini dalam rangka
memenuhi tugas kuliah. Di pertenghan masa kuliah, saya sempat membaca ulang
novel ini. Berarti kali ini adalah kali ketiga saya membaca buku terbitan Genta Pustaka
ini.
Buku
setebal 249 halaman ini menuturkan kisah Helen Keller dari sudut pandang Helen
Keller sendiri. Secara garis besar, isinya tentang kisah hidup Helen, gadis
kecil yang “berubah”menjadi buta-tuli dan perjuangannya untuk mendapatkan
pendidikan yang layak.
Kisah
dalam buku ini dibuka dengan ungkapan kegugupan Helen ketika akan menuliskan
kisahnya, kemudian dilanjutkan dengan latar belakang keluarga Helen yang cukup
terhormat dan berada. Barulah setelah itu pembaca disajikan cerita yang menjadi
latar belakang “berubahnya” Helen kecil yang sehat hingga ia kehilangan pendengaran dan pengelihatannya sebelum dirinya
mengenal banyak hal di dunia ini.
Bagian
yang paling saya tunggu-tunggu dalam buku ini adalah ketika Helen bertemu
dengan gurunya yang sangat inspiratif bagi setiap guru pendidikan khusus.
Namanya Anne Sullivan, seorang guru muda yang disiapkan oleh sebuah lembaga
yang menyediakan pendidikan untuk anak-anak buta-tuli. Beberapa bab di tengah
buku ini memang fokus menceritakan tentang Ms Sullivan yang telaten mendampingi
Helen. Mulai dari cara Ms Sullivan mengenalkan Helen banyak kosakata, cara
berkomunikasi meskipun tanpa melihat dan mendengar, hingga cara mengajarkan
berbagai ilmu pengetahuan kepada Helen.
Helen
kemudian melanjutkan kisahnya tentang perjuangannya melanjutkan pendidikan
setelah menerima pendidikan dari Ms Sullivan. Bagian ini tidak kalah menariknya
bagi saya. Karena di sini saya mengetahui banyak hal tentang kendala, peluang,
dan advokasi pendidikan yang telah Helen lalui demi mendapatkan pendidikan yang
layak dan sama seperti anak lainnya. Misalnya perjuangan Helen mendapatkan
buku-buku pelajaran dengan Braille, usaha Ms Sullivan membacakan buku pelajaran
atau menjelaskan ulang materi yang disampaikan pengajar di kelas, termasuk
advokasi dan kerjasama Ms Sullivan sebagai guru pendamping Helen dengan orang
tua Helen yang solid demi mendapatkan peluang belajar yang sama dari guru-guru
umum yang tidak memahami kondisi Helen.
Sebenarnya
apa yang Helen alami saat itu masih sering terjadi saat ini, apalagi di
Indonesia. Tapi pada cerita yang dituturkan Helen, saya belajar banyak dari
kegigihan orang tua Helen dan Ms Sullivan yang memperjuangkan hak pendidikan
Helen. Satu hal lagi yang saya highlight adalah semangat intrinsik Helen untuk
mendapatkan pendidikan yang sama seperti anak umumnya. Saya pribadi berpikir
rasa ingin tahu dan semangat Helen menempuh pendidikan inilah yang menjadi
faktor utama dari keberhasilannya, di samping ada banyak sosok yang mendukung
keberhasilannya.
Helen
menutup tulisan dengan memperkenalkan orang-orang yang hadir dalam
kehidupannya. Sebelumnya, Helen mengakhiri kisahnya dengan perjuangannya menempuh
ujian masuk universitas dan kendala-kendala yang dialaminya di awal
perkuliahan. Sayang sekali kisahnya tidak dilanjutkan pada proses Helen bisa
menjadi seorang aktivis dan dosen. Padahal bagian ini justru sangat saya
harapkan dari bukunya.
Buku
ini, karena buku terjemahan, jadi saya kurang mampu mengulas bahasa yang
digunakan di dalamnya. Tapi yang pasti setiap kalimat dalam buku ini ditulis
dari perspektif seorang Helen Keller yang tidak mampu melihat dan mendengar.
Jadi setiap deskripsinya murni berdasarkan perasaan, perabaan, dan hal-hal yang
diingat oleh Helen.
Karena
kekhususan yang dimiliki Helen (buta dan tuli), sebenarnya saya masih kurang puas dengan
isi buku ini. Dalam buku ini tidak dijelaskan dengan cukup detail
tentang proses perolehan bahasa Helen. Di samping itu yang membuat saya sangat
penasaran sebenarnya adalah proses Helen menuliskan bukunya. Hal ini membuat saya sangat
ingin membaca buku versi aslinya yang berbahasa Inggris. Mungkin setelah
membaca versi bahasa Inggris-nya saya bisa menemukan lebih banyak lagi
pencerahan tentang pola komunikasi dan bahasa Helen yang sesungguhnya.
Akan
tetapi ada bagian yang cukup mengobati beberapa harapan saya yang tidak
terkabul melalui buku ini, yakni quote dan dokumentasi-dokumentasi Helen dan Ms
Sullivan yang ada di halaman awal setiap bab. Bagian yang satu ini saya pikir
sangat menyenangkan bagi teman-teman yang suka mengutip quote tokoh untuk
ditulis di buku pribadi ataupun diposting di media sosial ^^3
Bagi
teman-teman pembaca yang juga ingin penasaran dengan kisah hidup Helen Keller
ini bisa membeli bukunya di toko-toko buku. Mungkin akan lebih mudah
mendapatkannya jika membeli di toko buku terbesar di Indonesia yang berinisial
G. Hehehe. Untuk harganya, saya sudah lupa karena sudah 7 tahun sejak membeli
buku ini. Jika teman-teman memiliki kendala dalam mencari buku ini, teman-teman
bisa menghubungi penerbit Genta Pusaka melalui email gentapusaka@yahoo.com
@fatinahmunir | 8 Juli
2018