- Back to Home »
- Sepotong Inspirasi »
- The Teacher's Journey (7): Mau Kemana Sehabis Lulus Kuliah?
Posted by : Fatinah Munir
13 April 2015
Mau kemana sehabis lulus kuliah?
Itulah pertanyaan yang selalu kudengar dari banyak orang kepada
setiap orang yang baru lulus kuliah. Kini, giliranku yang menerima pertanyaan
itu dari orang-orang yang kutemui.
Tentang apa yang akan kulakukan selepas lulus kuliah,
sebenarnya sudah aku bicarakan dengan emak jauh sebelum aku lulus. Tapi
lagi-lagi emak selalu saja bilang, “Semoga Allah ngasih jalan ya, Nak.”
Ada banyak arti yang terpendam dalam satu kalimat yang
emak sampaikan. Salah satunya adalah sebuah haru yang emak simpan baik-baik.
Beberapa tahun ini, saat aku baru masuk kuliah di UNJ,
usaha emak dan bapak memang mengalami kemunduran. Bisa dibilang penghasilan
dari berdagang emak bapak menurun hingga 50% dari sebelumnya. Tapi Alhamdulillah,
meskipun usaha emak bapak sedang turun, selama kuliah aku bisa mengandalkan
uang beasiswa, menulis freelance, dan juga panggilan wawancara ke radio atau
penelitian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Yang membuatku khawatir adalah ketika aku lulus kuliah.
Dengan berakhirnya pekuliahanku, itu artinya berakhir pula masa beasiswaku. Dan
itu membuatku harus memutar otak untuk tidak menyusahkan emak bapak sebelum aku
mendapatkan pekerjaan. Kadang aku mendiskusikan hal ini kepada emak bapak.
Bukan hanya tentang pekerjaan, tetapi juga rencana-rencana jangka panjang yang
ingin aku capai. Kami senang membicarakan rencana ini bersama-sama, meskipun di
akhir percakapan emak selalu mengucapkan hal sama dan selalu membuat suasana
menjadi haru.
“Kamu dari keluarga gak punya, tapi cita-cita kamu selalu
tinggi. Semoga Allah ngasih jalan, Nak,” kata emak.
Jika emak sudah berkata seperti itu, aku selalu langsung
beranjak pergi karena takut mengeluarkan airmata di depannya. Lalu dengan intonasi
suara ceria yang dibuat-buat aku berkata, “Apaan ih emak. Gak usah terlalu
dipikirin sih. Insya Allah bisa.”
***
Demi memuliakan emak bapak, selepas kuliah ini aku sudah mempunyai
serangkaian rencana. Rencana pertamaku adalah pergi ke Pare, Kediri, untuk
belajar bahasa Inggris. Aku berencana selama dua bulan di Pare untuk
mempersiapkan IELTS dan meningkatkan kemampuan speaking-ku.
Sebelum berangkat ke Pare, aku mendaftar pekerjaan di
Sekolah Alam atau Homeschooling yang sudah aku jadikan sasaran karierku. Semoga
Allah melancarkan prosesnya hingga aku bisa diterima sebagai tutor di salah
satu sekolah yang aku targetkan.
Sepulang dari Pare, aku berencana mengajar di Sekolah
Alam atau Homeschooling tersebut. Masih sambil mengajar, aku berniat terus
belajar bahasa Inggris. Mungkin di tempat kerja nanti aku bisa berbicara dan
menulis menggunakan bahasa Inggris, ya hitung-hitung sambil melatih kemampuan bahasa
Inggris-ku. Selain itu, mungkin di luar jam mengajar aku akan mengambil les
bahasa Jepang.
Kenapa harus bahasa Inggris dan bahasa Jepang? Semua itu
berhubungan dengan rencanaku selanjutnya. Paling lama tahun depan aku ingin
mendaftar beasiswa LPDP untuk program magister. Berhubung major Special Needs
Education di Indonesia hanya tersedia di Universitas Pendidikan Indonesia
(UPI), Bandung, maka aku pikir akan banyak kesempatan emas yang bisa aku ambil
untuk memperoleh beasiswa Magister Special Needs Education di luar negeri.
Untuk spesialisasi pendidikan anak dengan autisme, aku memiliki target untuk
kuliah di Jepang di Kyoto University, Yokohama National University, atau
minimal di Malaya University, Malaysia. Selepas lulus magister, aku ingin
menjadi dosen di almamaterku, UNJ.
Itulah rencana jangka panjang yang sudah aku rancang demi
emak dan bapak. Melihat kondisiku saat ini, memang semua terlihat impossible.
Tapi aku punya Tuhan. Aku punya Allah yang selalu membantu hamba-Nya yang yakin
atas janjinya. Aku punya Allah yang selalu Mengabulkan doa-doaku setiap kali
aku meminta. Semoga Allah melancarkan segala urusanku yang berkaitan dengan
impian-impianku. Semoga Allah Membantuku menunaikan setiap hajat yang kupunya. Semua
ini untuk emak bapak. Untuk memuliakan keduanya di hadapan-Nya. Semoga Allah
senantiasa Mengabulkan. Amin.
© Lisfatul Fatinah
Munir
Orchid House, 13
April 2015