- Back to Home »
- Sepotong Inspirasi »
- Kembali, Menghilang, Kembali
Posted by : Fatinah Munir
15 July 2016
Kembali,
Menghilang, Kembali
“Apa kabar?
Kemana aja?” itu yang selalu teman-teman saya tanyakan setiap kali ada
postingan yang saya posted di akun social media. Entah karena saya memang
jarang menggunakan social media atau tidak pernah berhubungan dengan orang lain
selama lebih dari satu tahun ini. Tapi dari rentetan pertanyaan itu memberikan
satu kesimpulan pada diri saya bahwa saya adalah Si Jago Ngilang.
Iya,
setelah saya pikir-pikir menghilang adalah salah satu bakat terpendam saya. Ini
bukanlah pertama kalinya saya putuh kontak dengan orang-orang terdekat saya
meskipun kenyataannya saya masih sering memantau kabar mereka melalui social
media.
Menghilang
yang pertama kali saya lakukan adalah tigabelas tahun lalu saat saya baru lulus
SD. Saya menghilang selama setahun, untuk pergi suatu tempat dan mengejar
impian yang tidak sesuai dengan ridho emak bapak. Itu adalah tempat terpencil
yang saat itu sangat ingin saya tempati meskipun emak dan bapak kurang
mengizinkan. Tapi kata emak demi kasih sayangnya kepada anak bungsu dan melihat
saya cukup yakin dengan kemauan saya, maka emak disusul bapak mengizinkan saya
pergi.
Setahun
berselang, oh tidak lebih tepatnya sembilan bulan, saya kembali ke pelukan emak
bapak. Menjalankan kehidupan seperti yang emak bapak ridhoi.
Kedua, saya
menghilang enam tahun kemudian, setelah saya lulus SMA. Lagi-lagi saya
menghilang ke suatu tempat. Saya menghilang untuk mencari hal yang saya
inginkan. Sebenarnya untuk melakukan hal yang orang-orang di sekitar saya
inginkan. Saya terlalu mendengarkan apa yang orang katakan kepada saya, jadi
saya menuruti mereka karena berharap apa yang saya lakukan ini membawa kebaikan
kepada saya dan orang-orang yang menyarankannya –atau memaksanya.
Tapi untuk
kedua kalinya saya mengulum ego dan menuruti apa yang kehendaki emak bapak.
Saya pulang. Ya bisa dikatakan kalau saya kembali mengulang hidup saya as my
parents said.
Menghilang
ketiga, terjadi setelah tiga setengah tahun selanjutnya atau lebih dari satu
tahun lalu hingga tulisan ini saya posting di blog saya. Kata teman-teman, saya
menghilang untuk menghilangkan sakit hati. Awalnya saya pikir begitu, tapi
ternyata saya salah. Saya mgnhilang untuk membalas dendam saya dengan cara
seksi. Hehehe.
Saya
menghilang untuk membuktikan kemampuan saya, untuk mengejar ketertinggalan
saya, dan untuk meraih yang masih jauh dari realita saya saat itu. Di saat
teman-teman seperjuangan saya bekerja, mendapatkan promosi untuk naik jabatan
di sekolah, mendapatkan peluang untuk jadi PNS, atau menikah, saya malah
memilih menghindar dari Jakarta dan menetap di tempat kecil terpencil.
Salah
seorang guru pernah berkata kepada saya kalau kita harus berani mengambil
langkah kuda, mundur selangkah untuk berlari ribuan langkah ke depan. Ingat,
untuk berlari ribuan langkah ke depan, bukan hanya sekadar berjalan. Atau bahasa
kerennya adalah steping stone, batu loncatan. Maka dari itu saya berani
mengambil langkah menghilang untuk meraih apa yang sempat saya remehkan dan
untuk bisa membalas dendam ketertinggalan –berserta segala macam penghinaan
yang pernah saya terima.
Dan untuk
kesekian kalinya, saya kembali kepada emak bapak. Tapi kali ini bukan karena
emak bapak tidak meridhoi hilangnya saya selama lebih dari satu tahun ini,
melainkan ini adalah langkah lain untuk bisa berlari lebih cepat.
Saya memang
bisa menghilang seperti apa yang saya mau, tanpa jejak dan seperti bersembunyi
di pidasar lautan terdalam. Meskipun harus saya akui, saya selalu mempunyai
orang-orang yang saya percayai untuk menjaga kerahasiaan di mana saya sebenarnya.
Dan pada dasarnya saya selalu merasa bahagia dengan menghilangnya saya karena
masih banyak orang mengkhawairkan, penasaran, dan (belakangan ini saya tahu)
diam-diam melakacak keberadaan saya. Hihihihi, saya jadi kegeeran :D
Dan… kalau
saya pikir-pikir lagi, semua proses menghilang yang saya lakukan bukan sekadar
menghilang, foya-foya ke luar negeri terus pulang dengan gaya orang luar atau
kembali dengan muka seperti orang Korea Selatan karena baru saja operasi plastik.
Bukan, bukan seperti itu. Bisa dibilang seluruh proses menghilang ini merupakan
proses mendapatkan ilmu baru dengan cara yang unpredictable.
Selepas
menghilang, saya selalu merasa bersyukur karena menemukan saya yang baru dengan
banyak hal baru yang ada dalam diri saya. Ini lebih dari sekadar mencari ilmu
di bangku kuliah atau tempat kerja. Ini juga lebih seru dari petualangan.
Jika kalian
tidak percaya, cobalah sesekali pergi ke suatu tempat, menghilang dari teman
atau orang-orang terdekat, tapi bukan dari keluarga. Lalu lalukan kehidupan
baru di sana. Nikmati. Lalu tidak ada hal yang akan kamu terima selain ilmu
kehidupan dan syukur kepada Tuhan.
Setelah
menghilang, jangan lupa kembali dan berlari ribuan langkah ke depan :)