- Back to Home »
- Ibu Lisfah dan Murid Istimewa »
- Doa di Sujud Terakhir
Posted by : Fatinah Munir
11 August 2016
Siang itu saya
dan salah seorang anak asuh saya shalat di masjid pinggir jalan, masjid terdekat
dari posisi kami. Kebetulan saat itu kami sedang dalam perjalanan. Alih-alih
hendak mencari tempat untuk membeli segelas jus buah untuk menghilangkan dahaga
di tengah perjalanan kami, saya malah mengajak dia untuk shalat terlebih dahulu
karena azan zuhur sudah dikumandangkan.
Di dalam
masjid kami shalat berjamaah dengan jamaah masjid lainnya. Lalu dimulailah
perbincangan selepas shalat yang sampai saat ini masih terngiang di telinga
saya.
“Kakak…,
kakak tadi sujudnya kok lama. Salamnya jadi terlambat,” tanyanya sambil
merapihkan kunciran rambutnya.
“Tadi kakak
lagi doa,” jawab saya singkat sambil melipat mukena.
Kemudian
kami sama-sama terdiam. Saya menerka-nerka apa yang harus saya katakan selanjutnya.
Saat itu, mungkin dia sedang menyiapkan pertanyaan lain buat saya.
“Kamu suka
berdoa gak?” Tanyaku
“Suka, Kak,”
dia menyahut dengan suara rendah. Suara yang direndahkan dan sangat lembut di
telinga saya.
“Bagus tuh.
Doanya yang banyak yaa. Insya Allah terkabul,” saya tersenyum, “Menurut kamu
Allah pelit gak sih?” lanjut saya.
Dia
menggeleng sambil tersenyum. Matanya terus mengarah kepada saya meski tampak
ada sesuatu yang disembunyikannya.
“Kalo kamu
percaya Allah nggak pelit, kamu harus banyak berdoa tuh. Kamu tahu gak kalau salah
satu waktu berdoa yang paling bagus itu saat sujud terakhir?”
Dia
lagi-lagi menggeleng. Raut wajahnya sedikit berubah. Lagi-lagi tampak ada yang
tersembunyi di baliknya.
“Kalau kita
berdoa di sujud terakhir setiap shalat kita, insya Allah doanya akan terkabul. Jadi,
kamu minta apa aja deh tuh sama Allah. Minta semoga bisa dapat beasiswa sampai
kuliah. Minta sama Allah semoga bisa sukses dan ngebanggain ibu-bapak yaa. Kamu
mau jadi pramugari kan?”
Dia
mengangguk.
“Nah,
mintalah di setiap sujud terakhir shalat kamu. Sehabis shalat, bayangkan Allah
ada di depan kita, minta sebanyak-banyaknya. Semoga bisa menjadi pramugari yaa.”
Dia
mengangguk lagi. Semakin kencang. Matanya berkaca-kaca. Saya melihat dia
tersenyum lebar. Senyum yang dibuat untuk mencegah air matanya jatuh di depan
saya. Di situlah saya tahu apa yang tersembunyi di balik wajahnya sedari tadi.
Harapan besar.
Ada harapan
besar pada dirinya yang dia sembunyikan dari orang-orang di sekitarnya. Dia
hanya berusaha menjadi anak yang rajin sekolah meski orang tuanya (hanya)
seorang pemulung. Ada harapan besar pada jiwanya untuk menjadi sukses dan
menggapai cita-citanya sebagai pramugari.
***
Sehari
berlalu, saat itu dia bermalam di rumah saya sebab saya ingin mengajaknya bertemu
dengan beberapa teman saya. Jika bersamanya, saya selalu bercerita tentang
orang-orang besar. Saya selalu bercerita tentang pengalaman saya di kampus,
pengalaman berkeliling Indonesia tanpa mengeluarkan uang sepeser pun dari
tabungan pribadi karena bertugas sebagai perwakilan kampus.
Selama di
rumah, saya dibuat terkejut olehnya. Setiap kali azan berkumandang, dia selalu
bilang,n“Kak, kita shalat ya,” dia langsung mengambil wudhu dan shalat tanpa
terlebih dulu saya ingatkan.
Di waktu
subuh, dia shalat di samping saya yang sedang tilawah. Di sinilah saya merasa
betapa impiannya tak sekadar di bibir saja, dia benar-benar menginginkan
impiannya menjadi kenyataan.
Subuh itu,
dia memperpanjang sujud terakhirnya. Cukup panjang sujudnya, begitu pula doanya
selepas shalat.
“Udah doa
nih di sujud terakhir?” saya menggodanya.
Dia hanya
tertawa kecil.
“Sejak
kapan?” tanya saya.
“Habis
kakak kasih tau. Pas shalat asharnya aku doa di sujud terakhir,” sahutnya polos
sambil berbinar.
***
Entah,
percakapan singkat ini sudah berlangsung cukup lama, tapi semuanya masih
tergambar jelas di mata saya.
Doa di
sujud terakhir setiap shalat hanya setitik pesan yang dapat saya estafetkan
kepadanya, demi menolongnya dari keputusasaan. Saya berharap dia terus menggantungkan
harapannya kepada Allah, bukan kepada saya ataupun para donatur. Saya berharap
dia, salah satu anak asuh kesayangan saya, bisa melihat bahwa tidak ada mimpi
yang terlalu besar untuk seseorang.
Doa di
sujud terakhir setiap shalat adalah ucapan semangat saya untuknya. Saya ingin
cita-citanya tidak hanya sebatas harapan, mimpi, lalu sudah. Saya ingin
cita-citanya, tekadnya, perlahan berubah menjadi doa-doa panjang dalam setiap
sujudnya hingga Allah mewujudkan semua yang dia impikan.
Saya
percaya, Allah akan menolongnya untuk mencapai cita-citanya.Saya percaya, suatu
hari dia akan berdiri di depan saya menggunakan seragam tugas pramugari salah
satu maskapai terbaik di negeri ini.
Saya mohon
doa para pembaca untuk dia dan seluruh anak asuh saya. Semoga mereka menjadi
anak-anak yang sukses dunia akhirat. Semoga mereka bisa meraih cita-cita
mereka, mengangkat derajat kedua orang tua mereka, dan tetap menjadi orang yang
selalu ingin membantu kesulitan orang lain. Amiin.