- Back to Home »
- Sesurga Bersama Bapak »
- Pada Jumat 14
Posted by : Fatinah Munir
14 December 2018
Setiap Jumat hendak datang, selalu ada rasa yang berbeda.
Sesak yang tak pernah terbendung, seperti semua perasaan memaksa untuk dibebaskan
dari dada. Ketika matahari Kamis hendak turun, selalu ada wajahnya yang menahan
sakit dengan segenap rahasia yang rapi disimpannya.
Mata sayunya masih lekat terlihat di mata saya, hingga menjelang
Jumat datang saya lebih sering tak sanggup mememejamkan mata. Lalu berharap
Kamis malam itu pun saya tidak terpejam sedikit pun demi terakhir kali
membersamai malamnya.
Setiap matahari Jumat muncul sayup-sayup, perasaan-perasaan
yang tertahan selalu semakin memberatkan dada. Semakin kencang memaksa untuk
diluapkan entah dengan jeritan di balik bantal atau tangisan di antara suara
air keran yang sengaja dideraskan.
Tangannya yang keriput dan kasar masih terasa di tangan
saya, hingga saya selalu membayangkan bagaimana khikmatnya mencium tangan itu
untuk terakhir kalinya. Bagaimana nikmatnya mencium keningnya yang mendingin
untuk terakhir kalinya, tepat setelah salat subuh dan tanpanya.
Pada Jumat, semua perasaan yang ada selalu semakin
menyesakkan saja, Pak. Lalu tumpah melebihi biasanya, bersama airmata dan doa-doa
yang mengalir deras untukmu, Pak. Sama seperti Jumat 14 itu, saat Bapak pergi dan
semua impian saya menjadi tak lagi berarti.
Selalu sayang dan rindu, Pak.
Terima kasih lagi untuk semua yang Bapak lakukan selama
ini.
Semoga Allah hadiahkan surga terbaik-Nya buat Bapak.
Semoga bisa bertemu lagi di surga, Pak.
@fatinahmunir | Jumat, 14 Desember 2018
Sesak!
hanya mau dipeluk bapak
walau cuma sebentar
walau cuma dalam mimpi