- Back to Home »
- Belajar Menjadi Ibu Profesional »
- Belajar Merencanakan Keuangan
Posted by : Fatinah Munir
24 December 2018
Belajar Merencanakan Keuangan
Bismillahirrahmanirrahim
Kemarin ceritanya saya menghadiri seminar yang diadakan salah
satu teman sekomunitas, Teh Nunuy FIM dengan CERIA (Cerita Ibu dan Anak). Tema
seminar ini tentang Millenial Penakluk
Dunia; Agama Melekat, Prestasi Melesat, Finansial Menguat. Duuh, berat ya
temanya. Tapi justru karena berat itulah, saya jadi penasaran untuk datang.
Apalagi kesempatan kali ini pembicaranya kece-kece. Ada Mbak Fanny Yulinda yang
sudah terkenal sebagai finance advisor dan Mbak Dewi Nur Aisyah yang keren
banget karena segudang prestasi akademiknya di samping menjadi ibu.
Nah, sekarang saya mau coba membagikan apa yang sedikit
saya pahami tentang perencanaan keuangan yang disampaikan oleh Mbak Fany.
~~~
Kalau ditanya berapa penghasilan per bulan, setiap orang
pasti bisa menjawab dengan cepat dan tepat. Lalu ketika ditanya berapa
pengeluaran per bulan, sudah bisa dipastikan akan ada banyak yang bingung
menjawabnya, mulai memperkirakan nominalnya, atau bahwa ada yang tidak bisa
menjawab sama sekali. Kenapa hal ini bisa terjadi? Jawabannya cuma satu. Karena
kita tidak pernah merencanakan akan kemana uang kita setiap bulannya.
Hal ini juga terjadi kepada saya. Kadang tahu berapa
jumpah pengeluaran, tapi lebih sering tidak tahunya. Ya itulah yang terjadi,
karena saya dan mungkin juga buibu dan calon ibu yang membaca tulisan ini
jarang bahkan tidak pernah merencanakan keuangan.
Perencanaan
Keuangan?
Sebelum membahas panjang lebar tentang perencanaan
keuangan, kita mesti tahu dulu nih apa itu perencanaan keuangan. Kalau dari
penjelasan Mbak Fany simpelnya perencanaan keuangan itu adalah proses mencapai
tujuan-tujuan keuangan kita. Jadi harus selalu ada perencanaan nih untuk setiap
rupiah yang kita punya.
Terus rencana yang dimaksud itu yang seperti apa sih?
Jadi, rencana keuangan yang dimaksud ini bukan tentang rencana mau beli apa dan
mengeluarkan uang untuk apa ya. Hehehe. Tapi ini lebih kepada kemana perginya
atau alokasi si uang ini sendiri. Mbak Fany bilang kalau setidaknya ada tiga
hal yang berkaitan dengan perencanaan ini, yaitu manajemen kekayaan, manajemen
asuransi, manajemen pesiun.
Nah loh, manajemen belajannya kok tidak ada? Tenang,
buibu dan calon ibu. Manajemen belanja itu masuk ke dalam manajemen kekayaan
kok. Nanti akan saya jabarkan sebatas pemahaman saya yang terbatas juga ya.
Hihihihi.
Kenapa
Merencanakan Keuangan?
Ini nih sebelumnya saya juga sering bingung kenapa harus
direncanakan segala. Alasan yang diberikan Mbak Fany sangat masuk akal dan
membantu saya meyakinkan diri lagi untuk rajin mengeek keuangan sebenarnya. Pertama,
jelas karena faktor ekonomi di mana nilai uang semakin tahun semakin beda,
harga kebutuhan pokok menaik cepat tapi penghasilan menaiknya lambat atau
justru tetap alias gak naik. Duuuh!
Kedua adalah tentang kondisi-kondisi di luar kendali kita
seperti ketika kita atau ada anggota keluarga yang sakit bahkan meninggal. Dan yang
terakhir adalah karena kita cuma punya peluang mengendalikan pengeluaran, bukan
pemasukannya. Hehe. Alasan terakhir ini miris sih tapi memang benar adanya >,<
Terus solusinya bagaimana dong? Harus hemat? Waah mengencangkan
ikat pinggang demi hemat dan menahan diri kayaknya akan sangat sulit buat
sebagian orang. Kalau harus gulung lengan baju untuk cari pemasukan tambahan
pun kayaknya kurang efektif kalau kita tetap tidak mengatur pengeluaran. Jawaban
sebenarnya adalah be wise spender!
Be wise spender mungkin jadi jawaban yang sangat muluk
untuk kita yang masih belajar tentang perencanaan keuangan. Tapi kalau
dipikir-pikir memang ini masalah kita yang sering kebablasan dengan
pengeluaran; karena tidak bijak dengan uang. Kalau kata Mbak Fany, ini karena
kita belum mengubah pandangan kita terhadap uang. Maksudnya adalah ketika kita
menilai bahwa uang adalah segalanya yang membuat hidup ini bisa lebih mudah,
lebih nyaman, sehingga kita bisa menikmati apapun sesuai keinginan kita. Minset
seperti di atas inilah yang berbahaya, karena akhirnya kita malah memilih
mengeluarkan uang karena gengsi, bukan karena benar-benar butuh.
“Money
is not everything, but everything need money.”
Quote di atas bisa menjadi acuan kita bagaimana
semestinya uang yang kita punya dialirkan. Wise spenders akan selalu memikirkan
bagaimana mendapatkan kebutuhannya dengan nilai uang yang sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhannya. Dari sinilah nanti kita berangkat merencanakan
keuangan kita.
Langkah-Langkah
Perencanaan Keuangan
Sebelum merencanakan keuangan, hal pertama yang harus
kita lakukan adalah dengan melakukan financial
check up. Apa lagi itu? Ini adalah tahapan kita mengenali keuangan kita
sendiri selama ini atau sebelum kita belajar merencanakan keuangan. Untuk
melakukan financial check up ini, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan.
Bagi yang sudah menikah bisa dimulai dari menyepakati siapa yang akan mengatur
keuangan keluarga untuk yang single, sudah tahulah ya pastinya akan mengurus
keuangan dirinya sendiri. Langkah selanjutnya adalah cek semua pemasukan dan pengeluaran tetap dan tidak tetap kita setiap bulan.
Kemudian kita juga harus mengecek
kekayaan yang kita punya. Kekayaan ini bisa dihitung dengan mengurangi aset
yang kita punya dengan hutang-hutang yang sedang dicicil atau belum dibayar.
Langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan keuangan. Bagian ini sifatnya jangka panjang dan kita
harus tahu keuangan kita nanti akan dikeluarkan untuk apa saja. Semua yang
tertulis dari tujuan keuangan ini harus disertai nominal dan jangka waktunya. Misalnya
2 tahun lagi punya Rp50.000.000 untuk menikah, 8 tahun lagi untuk naik haji
sekeluarga Rp120.000.000, atau 10 tahun lagi punya Rp600.000.000 untuk membeli
rumah dan kendaraan pribadi, dan sebagainya.
Setelah semua tujuan keuangan kita tertulis, barulah kita
mulai mengatur perencanaan keuangan.
Sebelum memulai langkah ini, hal terpenting yang harus diperhatikan adalah
semua yang tercatat harus relaistis.
Dalam mengatur perencanaan keuangan ini sangat disarankan untuk membagi
keuangan kita ke dalam beberapa pos disertai dengan persentase dari penghasilan
tiap bulan. Contoh pos-pos pengeluaran yang umum adalah membagi pengeluaran ke
pos sedekah 2.5%, tabungan dan dana darurat 10%, biaya hidup 40%, dan pos
membayar hutang 30%. Persentase dari pos-pos ini adalah presentase yang sangat
disarankan oleh Mbak Fany dan para financial advisor lainnya. Terutama untuk
persentase biaya hidup dan pembayaran hutang ya, mohon jangan coba-coba
melebihi persentase di atas :)
Untuk lebih jelasnya tentang langkah perencanaan keuangan
di atas, Mbak Fany memberikan worksheet untuk peserta seminar yang bisa
digunakan untuk mengatur keuangan bulanan. Worksheet ini sangat mudah dipahami
menurut saya dan sangat membantu memetakan keuangan. Pada worksheet di bawah
ini, ada kolom budget dan aktual. Pada kolom budget adalah dana yang kita punya
untuk tipe pengeluaran tersebut dan sifatnya bisa berubah-ubah sesuai dengan
kondisi keuangan bulanan kita. Sedangkan untuk kolom aktual adalah nilai
realistis yang kita keluarkan pada bulan itu. Setelah itu barulah kita masukkan
selisih dari budget dan aktual di kolom selisih. Di kolom selisih inilah kita
bisa melihat apakah pengeluaran kita sesuai rencana, di bawah rencana, atau
justru melebihi rencana.
Worksheet perencanaan keuangan |
Tips and Tricks
Setelah tahu langkah-langkah perencanaan keuangan, ada
beberapa tips dan tricks dari Mbak Fany yang disampaikan dan saya pikir sangat
bermanfaat nih untuk diterapkan setidaknya oleh saya.
Pisahkan tabungan
pribadi dan dana darurat. Awalnya saya bingung kenapa mesti dipisah, toh
sama-sama tabungan saya. Ternyata ini terkait dengan tujuan dari uang itu
sendiri. Tabungan akan tetap menjadi tabungan yang tidak akan digunakan sampai
tujuan keuangan itu sendiri tercapai. Baca lagi bagian menetapkan tujuan
keuangan di atas ya :) Dan sedangkan
dana darurat adalah dana yang bisa digunakan saat kondisi darurat sehingga
tabungan pribadi kita tidak terganggu jika ada situasi yang tak terkendali.
Buat lebih dari
satu rekening bank. Untuk rekening bank ini, Mbak Fany bilang kalau kita
bisa membagi rekening ke dalam 3 jenis, yaitu rekening tabungan utuh (yang
tidak boleh digunakan sama sekali), rekening dana darurat, dan rekening
kebutuhan sehari-hari. Untuk rekening tabungan utuh sebaiknya jangan membuat
kartu ATM-nya, karena toh tidak akan digunakan. Untuk rekening dana darurat,
kita bisa tetap memiliki kartu ATM-nya tetapi sangat disarankan tidak pernah
membawa kartu ATM-nya. Tapi jika tiga rekening dianggap terlalu banyak, kita
bisa menggunakan dua rekening berbeda saja. Rekening pertama untuk tabungan dan
dana darurat, rekening kedua untuk kebutuhan sehari-hari. Eh tapi peraturan
kartu ATM tetap harus dijalankan ya. Kartu ATM untuk rekening tabungan dan dana
darurat tetap tidak boleh dibawa berpergian.
Terakhir adalah tips dan tricks tentang arus masuk dan keluar uang. Jika
ada pengeluaran tambahan, kita bisa mengakalinya dengan membuat penghasilan
tambahan. Misalnya buibu dan calon buibu di sini membuat pos pengeluaran untuk
salon dan pulsa dari penghasilan sampingan berupa online shop. Jadi, ada atau
tidaknya pos untuk salon dan pulsa tergantung dengan penghasilan online shop
tadi.
Kira-kira begitulah tentang perencanaan keuangan yang
saya pahami dari pemaparan Mbak Fany. Semoga apa yang saya sampaikan ulang ini
bisa dipahami buibu dan calon buibu yang membaca dan bisa diaplikasikan dengan
baik. Allahumma aamiin. Untuk sesi kedua, sesi sharing bersama Mbak Dewi insya
Allah tulisannya menyusul setelah ini ya ^^
Terima kasih sudah membaca. Semoga bermanfaat dan
menginspirasi dalam kebaikan.
@fatinahmunir | 24 Desember 2018