Posted by : Lisfatul Fatinah 26 January 2018


Bismillahirahmanirahim

Memasuki pekan pertama belajar bersama ibu dan calon ibu professional di kelas Matrikulasi IIP. Rasanya deg-degan dan excited pastinya. Alhamdulillah materi pertama adalah tentang adab menuntut ilmu. Ada alasan mengapa materi ini yang menjadi pembuka kelas kami, karena dalam beramal, melakukan berbagai hal, adab adalah hal yang harus dimiliki terlebih dahulu sebelum mempelajari ilmu dari hal yang ingin diamalkan atau dilakukan.

Well, tanpa prolog Panjang lebar, berikut ini adalah materi adab menuntut ilmu yang saya pelajari di kelas Matrikulas Batch 5 Jakarta yang disusun oleh Tim Matrikulasi Institut Ibu Profesional dan difasilitatori oleh Mbak Trisa :)

***

Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mengubah perilaku dan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Karena pada dasarnya ilmu menunjukkan kepada kebenaran dan meninggalkan segala kemaksiatan.

Banyak diantara kita terlalu buru-buru fokus pada suatu ilmu terlebih dahulu, sebelum paham mengenai adab-adab dalam menuntut ilmu. Padahal barang siapa orang yang menimba ilmu karena semata-mata hanya ingin mendapatkan ilmu tersebut, maka ilmu tersebut tidak akan bermanfaat baginya, namun barangsiapa yang menuntut ilmu karena ingin mengamalkan ilmu tersebut, niscaya ilmu yang sedikitpun akan sangat bermanfaat baginya.

Karena ILMU itu adalah prasyarat untuk sebuah AMAL, maka ADAB adalah hal yang paling didahulukan sebelum ILMU.

ADAB adalah Pembuka Pintu Ilmu Bagi yang Ingin Mencarinya.

Adab menuntut ilmu adalah tata krama (etika) yang dipegang oleh para penuntut ilmu, sehingga terjadi pola harmonis baik secara vertikal, antara dirinya sendiri dengan Sang Maha Pemilik Ilmu, maupun secara horisontal, antara dirinya sendiri dengan para guru yang menyampaikan ilmu, maupun dengan ilmu dan sumber ilmu itu sendiri.

Mengapa para Ibu Profesional di kelas matrikulasi ini perlu memahami adab menuntut ilmu terlebih dahulu sebelum masuk ke ilmu-ilmu yang lain? Karena ADAB tidak bisa diajarkan, ADAB hanya bisa ditularkan.

Para ibulah nanti yang harus mengamalkan adab menuntut ilmu ini dengan baik, sehingga anak-anak yang menjadi amanah para ibu bisa mencontoh adab baik dari Ibunya. Berikut ini adalah beberapa adab yang semestinya dimiliki setiap penuntut ilmu, termasuk ibu dan calon ibu yang berkaitan dengan beradab pada diri sendiri, kepada guru atau pemilik ilmu, dan kepada sumber ilmu.

Adab Pada Diri Sendiri

Hal pertama yang harus dilakukan penuntut ilmu adalah ikhlas dan mau membersihkan jiwa dari hal-hal yang buruk. Selama batin tidak bersih dari hal-hal buruk, maka ilmu akan terhalang masuk ke dalam hati.Karena ilmu itu bukan rentetan kalimat dan tulisan saja, melainkan ilmu itu adalah “cahaya” yang dimasukkan ke dalam hati.

Selanjutnya adala membiasakan diri selalu bergegas, mengutamakan waktu-waktu dalam menuntut ilmu. Hadir paling awal dan duduk paling depan di setiap majelis ilmu baik online maupun offline.

Jangan lupa pula, sebagai penuntut ilmu sudah semestinya menghindari sikap yang “merasa’ sudah lebih tahu dan lebih paham, ketika suatu ilmu sedang disampaikan. Selama menuntut ilmu sebaiknya mengosong gelas yang kita punya agar yang masuk dapat diterima dengan kelapangan hati dan kejernihan pikiran, bukan karena untuk membandingkan kemampuan penuntut ilmu dengan orang lain.

Setiap penuntut ilmu sudah seharusnya menuntaskan sebuah ilmu yang sedang dipelajarinya. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengulang-ulang, membuat catatan penting, menuliskannya kembali dan bersabar sampai semua runtutan ilmu tersebut selesai disampaikan sesuai tahapan yang disepakati bersama.

Terakhir dan yang paling penting adalah bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas yang diberikan setelah ilmu disampaikan. Karena sejatinya tugas itu adalah untuk mengikat sebuah ilmu agar mudah untuk diamalkan.

Adab Terhadap Guru (Penyampai Sebuah Ilmu)

Sebagai penuntut ilmu, yang membutuhkan ilmu, sudah semestinya penuntut ilmu harus berusaha mencari ridha gurunya dan dengan sepenuh hati. Penuntut ilmu harus menaruh rasa hormat kepadanya, disertai mendekatkan diri kepada Dia yang Maha Memiliki Ilmu dalam berkhidmat kepada guru.

Di samping itu hendaknya penuntut ilmu tidak mendahului guru untuk menjelaskan sesuatu atau menjawab pertanyaan, jangan pula membarengi guru dalam berkata, jangan memotong pembicaraan guru dan jangan berbicara dengan orang lain pada saat guru berbicara. Hendaknya penuntut ilmu penuh perhatian terhadap penjelasan guru mengenai suatu hal atau perintah yang diberikan guru. Sehingga guru tidak perlu mengulangi penjelasan untuk kedua kalinya.

Poin terakhir ini adalah hal kecil yang kadang disepelekan oleh para penuntut ilmu, yaitu penuntut ilmu meminta keridhaan guru, ketika ingin menyebarkan ilmu yang disampaikan baik secara tertulis maupun lisan ke orang lain, dengan cara meminta ijin. Apabila dari awal guru sudah menyampaikan bahwa ilmu tersebut boleh disebarluaskan, maka cantumkan/ sebut nama guru sebagai bentuk penghormatan kita.

Adab Terhadap Sumber Ilmu

Kendati sumber ilmu terkadang berupa benda mati, tetapi dalam beradab, penuntut ilmu juga perlu memiliki adab terbaik kepada sumber-sumber ilmu tersebut. Di antaranya adalah sebagai berikut.

Tidak meletakkan sembarangan atau memperlakukan sumber ilmu dalam bentuk buku ketika sedang kita pelajari. Tidak melakukan penggandaan, membeli dan mendistribusikan untuk kepentingan komersiil, sebuah sumber ilmu tanpa ijin dari penulisnya. Tidak mendukung perbuatan para plagiator, produsen barang bajakan, dengan cara tidak membeli barang mereka untuk keperluan menuntut ilmu diri kita dan keluarga. Dalam dunia online, tidak menyebarkan sumber ilmu yang diawali kalimat “copas dari grup sebelah” tanpa mencantumkan sumber ilmunya dari mana. Dalam dunia online, harus menerapkan sceptical thinking dalam menerima sebuah informasi. jangan mudah percaya sebelum kita paham sumber ilmunya, meski berita itu baik.

Adab menuntut ilmu ini akan erat berkaitan dengan keberkahan sebuah ilmu, sehingga dengan beradab dalam menuntut ilmu diharapkan ilmu yang sedang kita cari dapat mendatangkan manfaat bagi hidup kita dan umat.

Referensi :

Turnomo Raharjo, Literasi Media & Kearifan Lokal: Konsep dan Aplikasi, Jakarta, 2012.

Bukhari Umar, Hadis Tarbawi (pendidikan dalam perspekitf hadis), Jakarta: Amzah, 2014, hlm. 5

Muhammad bin Sholeh, Panduan lengkap Menuntut Ilmu, Jakarta, 2015

Teruntuk referensi video penjelasan adab menuntut ilmu, bisa ditonton di sini.

Selama proses belajar, kami memiliki sesi tanya jawab seputar materi adab menuntut ilmu ini. Berikut ini saya tambahkan resume dari pertanyaan yang disampaikan dalam sesi diskusi materi :)

Pertanyaan 1:

Bila kita perhatikan isi materi yang disampaikan Ibu Septi pada acara milad kemarin, maka disebut bahwa sistem pendidikan berkembang dari jaman dahulu hingga sekarang, yaitu:

1.0: I know, you don't know. I teach you.
2.0: I know, you know. Let's discuss.
3.0: I know, you know. Let me hear you.

Nah pertanyaan saya adalah, bagaimana dengan sistem belajar yang diterapkan dalam kelas MIIP sekarang ini? Harapan saya, jawabannya dapat memperjelas bagaimana etos belajar yang harus kita lakukan dalam kelas ini ke depannya.

Jawaban 1:

Sistem belajar di IIP memegang prinsip semua murid, semua guru, Mbak. :) Jadi, guru bukanlah seseorang yang tahu segalanya. Begitu sebaliknya dengan murid, murid juga bukan orang yang tidak tahu apa apa. Semua member IIP bisa menjadi guru, semua member IIP bisa juga menjadi murid.  Setiap orang punya ilmu di bidangnya masing-masing. Jika ada perbedaan pendapat, dapat dicari titik tengahnya dengan cara yang baik. Bukan menyalahkan, menghujat dan lain sebagainya. :)

Pertanyaan 2:

Tidak meletakkan sembarangan atau memperlakukan sumber ilmu dalam bentuk buku ketika sedang kita pelajari. Ini maksudnya bagaimana?

Jawaban 2:

Saya kasih contoh aja ya, Mbak. :) Misalnya buku. Kadang kita secara tidak sadar, tidak menghargai buku. Misalnya meletakkan buku sembarangan sehingga rentan terinjak, tertendang, melempar buku, mencoret coret buku bacaan (buku yang bukan untuk dicoret), mengotori buku (kecuali anak anak yang memang belum paham) dan tindakan tidak baik lainnya yang dilakukan terhadap buku. wwalaupun buku adalah benda mati, namun kita tetap harus menghargainya sebagai salah satu sumber ilmu dan memperlakukannya dengan baik. :)

Pertanyaan 3:

Bagaimana sikap kita sebagai narasumber jika menyikapi orang yang merasa lebih mengerti dan paham tentang ilmu yang sedang disampaikan oleh narasumber, sebagai narasumber atau sebagai penuntut ilmu

Jawaban 3:

Sebagai narasumber yang menyampaikan ilmu, jika ada penuntut ilmu yang merasa lebih mengerti dengan apa yang kita sampaikan, hargai pendapat mereka terlebih dahulu. Bisa jadi pendapat yang disampaikan memang benar. Jika pendapat disampaikan dengan cara yang baik dan memang benar menurut kita, terima dengan ikhlas karena itu adalah ilmu bagi kita. Namun, jika cara menyampaikannya kurang baik dan benar, lebih baik bersabar dan menerima. Jika menurut narasumber pendapat orang yang menuntut ilmu tadi tidak benar, lakukan diskusi dua arah dengan cara yang baik. Bukan dengan ego, menyalahkan dan menghujat.

Sebaliknya sebagai penuntut ilmu, jika ada hal yang tidak sepakat dengan ilmu yang diberikan oleh narasumber, juga harus disampaikan dengan cara yang baik :)

Pertanyaan 4:

Bagaimana cara kita berhadapan dengan orang yang memiliki ilmu zaman old, namun berada di zaman now (misal orangtua kita) yang terkadang penerapannya sudah tidak cocok.

Jawaban 4:

Hihi. Kalau soal ini saya coba share pengalaman pribadi ya, Mbak. :) Untuk komunikasi atau memberikan pendapat kepada orang tua ini ada trik trik tersendiri buat saya.

Saya perhatikan sifat orang yang lebih tua ada beragam. Ada yang mau menerima pendapat karena memang mengikuti perkembangan zaman. Nah, tipe seperti ini biasanya cukup disampaikan dan dijelaskan contoh keadaan yang sebenarnya. Ada yang merasa lebih tahu karena memang lebih berpengalaman, saya coba sampaikan pendapat sata terlebib dahulu. Jika masih belum bisa diterima, biasanya saya minta tolong kepada orang ketiga yang dipercaya oleh orang yang lebih tua tersebut. Atau bisa juga minta orang yang memang ahli dibidangnya untuk menjelaskan. Ada yang saklek (keras kepala), dan tidak mau menerima pendapat kita sama sekali. Nah, biasanya saya cukup menyampaikan saja, diterima alhamdulillah, tidak diterima tidak apa apa. Yang penting tugas kita adalah menyampaikan. :) Semuanya tetap disampaikan dengan cara yang baik ya, Mbak, tidak marah marah, membentak, menyalahkan dan lain sebagainya. :)

Pertanyaan 5:

Dalam era informasi yang sangat cepat ini, bagaimana caranya kita mengetahui bahwa informasi yang diberikan itu benar atau hoax, meskipun kadang di cantumkan nama penulisnya ternyata bukan dia yang menulis? Dan bagaimana cara kita melindungi karya tulisan kita sendiri. Terima kasih.

Jawaban 5:

Untuk mengetahui, biasanya langsung menghubungi penulisnya. Tanyakan langsung untuk memastikan apakah tulisan tersebut memang benar ditulis oleh beliau atau tidak. Di IIP istilahnya clear and clarify disingkat CnC.

Jika mendapatkan info dari yang lain dan ada sumbernya, gunakan daftar pusata yang baik.  Misalnya sebuah artikel kita dapatkan dan tidak dari group Matrikulasi IIP jakarta (disampaikan oleh ani/nama samaran), dari group IIP Jakarta 02 disampaikan oleh Yuni, dst. Namun jika memang boleh disebar dengan mencantumkan sumber utama, kita bisa menyebutkan sumber utama tersebut saja. Jika kita ragu, apakah itu benar dari penulisnya langsung atau tidak, saya lebih memilih tidak share atau tidak mempercayai informasi tersebut.

Pertanyaan 6:

Tolong diberi arahan soal gadget time. Misal seorang ibu bukan hanya menjalankan satu kelas whatsapp (ada kelas lain selain IIP) & juga punya bisnis online. Bagaimana menjelaskan dan mengatur gadget time kepada anak.

Jawaban 6:

Kita bisa membuat jadwal gadgetnya bunda dan kemudian sampaikan, berikan pemahaman dan diskusikan kepada anak dan keluarga. Misalnya saya jualan online, gadget time saya pagi. Pukul 09.00 - 11.00 untuk packing barang pesanan kemaren. Pukul 13.30 - 15.30 untuk membalas chat pesanan. Pukul 20.00 - 21.30 untuk berkomunitas. Baik via WA, fb, IG dll.

Biasanya masalah online shop adalah harus cepat merespon chat pelanggan, solusinya kita bisa rekrut karyawan khusus. Jika tidak bisa, cukup infokan kepada pembeli kalau chat akan dibalas pada jam sekian sampai jam sekian.

Bagaimana jika anak anak atau keluarga masih meminta perhatian di jam jam tersebut, layani anak sebentar dan sepenuh hati, kemudian kembali lagi minta izin melanjutkan aktivitas online.

Pertanyaan 7:

Mbak, mau tanya. Tentang adab menuntut ilmu, apakah ini nanti bisa diterapkan bersikap kepada suami. Jadi walaupun secara ilmu kita lebih tinggi daripada suami tapi tetap memposisikan suami sebagai sumber ilmu?

Jawaban 7:

Bisa mba. Bisa diterapkan kepada semua anggota keluarha dan semua orang. Biasanya saya kalau ke suami sifatnya lebih ke sharing dan diskusi dua arah, bukan mengajarkan. Misalnya saya kemaren dapat ilmu, kemudian saya ceritakan kepada suami. Saya tanya pendapatnya. Dan kita diskusi.


@fatinahmunir | 26 Januari 2018

Leave a Reply

Terima kasih atas komentarnya :)

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

You are The

Hallo Happy Readers!

Hallo Happy Readers!
Selamat datang di blog pribadi saya. Di blog ini teman-teman akan membaca tulisan-tulisan saya seputar pendidikan, kedisabilitasan dan inklusivitas, pengalaman mengajar, dan tulisan-tulisan lainnya yang dibuat atas inspirasi di sekitar saya. Semoga tulisan dalam blog ini bermanfaat dan menginspirasi pada kebaikan. Selamat membaca!

Contact Me

@fatinahmunir

fatinahmunir@gmail.com

Educator | Writer | Adventurer

Berbakti | Berkarya | Berarti

My Friends

- Copyright © Fatinah Munir -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -