- Back to Home »
- Sepotong Inspirasi »
- Secinta Ibrahim
Posted by : Fatinah Munir
02 July 2017
Bagaimanakah rupa cinta yang sebenarnya?
Ketika sepasang kekasih bertepekur pada penantian buah kasih, saat itu Allah uji keduanya, Ibrahim dan Sarah, melalui kezaliman Raja di masanya yang hendak menistakan kesucian Sarah. Tetapi berkat Rahmat-Nya, Sarah terbebas dari kezaliman Raja dan Ibrahim dihadiahi sahaya jelita. Hajar namanya.
Terlepas dari satu uji, dengan naluri kasih istri, Sarah meminta Ibrahim menikahi sahayanya demi penantian yang telah lama.
Bagaimana rupa cinta Ibrahim pada Sarah?
Jika bukan karena kecintaannya pada Allah, tak akan Ibrahim mengiyakan pinta istri tercintanya.
Namun sayang kembali sayang, saat buah kasih Hajar dikabarkan datang, Sarah juga memilikinya. ♡
Bagimana rupa cinta Ibrahim pada keduanya?
Jika bukan karena iman, takan diterima keduanya sampai dua keturunannya, Ismail dan Ishaq menjadikannya Bapak Para Anbiaya.
Beberapa waktu kemudian, tatkala gurun pasir menjadi tandus yang teramat, Ibrahim menyatakan kepergiannya pada Hajar hingga membuat sang istri berulang kali bertanya, "Mengapa engkau pergi dan tinggalkan aku sendiri?"
Hanya pernyataan kepergian yang diulang Ibrahim kembali. Hingga dengan segala kerendahan hatinya, Hajar bertanya, "Apakah Allah yang Memintamu melakukan ini?"
Dengan keberserahan diri, Ibrahim mengiyakan dan Hajar melepasnya pergi sebagaimana titah Ilahi. Saat itulah Ibrahim berdoa dalam lirihnya yang termaktub dalam Qur'an.
"Ya Rabb kami, sungguh telah kutempatkan sebagian keturunanku di lembah tak bertanaman di dekat rumah-Mu yang dihormati. Ya Rabb kami, agar mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia merundukkan cinta pada mereka, dan karuniakanlah kepada mereka rizki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur." (QS. Ibrahim: 37)
Lalu bagaimanakah rupa cinta yang sebenarnya?
Cinta itu berupa perpisahan kedua kekasih dan buah kasihnya karena Sang Kekasih. Hingga doa Ibrahim terijabah melalui curahan Zam-Zam yang mengubah lembah tandus menjadi Mekkah al Mukarramah kota yang makmur lagi tanahnya lebih subur.
Cinta itu serupa ketawakalan yang berbentuk ketundukkan Hajar pada Allah SWT untuk ditinggalkan dengan segala haus dan lapar bersama Ismail yang belum mengerti bumi.
Saat cinta Ibrahim masih memerah semu, Allah Minta kembali buah kasihnya dengan cara tak terduga. Ismail harus disembelihnya. Kecintaannya tak terbendung oleh lara, Ismail meyakinkannya. "Jika Allah Memintanya, lakukanlah, Ayahanda!" Bagaimanakah rupa cinta Ibrahim pada Ismail?
Serupa duka sedalam cinta Ibrahim dan Ismail pada Allah, ternyata kecintaan pada Allah jauh melampaui cinta yang terdapat di antara keduanya. Dalam rela dan berserah diri bersama doa dan istighfar, tepat saat hendak disembelih leher Ismail, Allah gantikan ia dengan qurban yang kini mengabadi dalam ibadah cinta kepada-Nya.
Secinta Ibrahim pada Allah, ia melapangkan hati demi kembali belajar bagaimana rupa cinta yang sebenarnya. Secinta keluarga Ibrahim pada Allah yang kembali belajar bahwa rupa cinta hanya bisa dipandang dalam kesabaran dan kerelaan atas-Nya.
Semoga kecintaan Ibrahim dan keluarganya kepada Allah SWT senantiasa tertanam dalam hati kita. Semata-mata agar kita bisa terus meneladani menundukkan nafsu dengan lapar, membasuh hati dengan istighfar, melapangkan jiwa dengan belajar, dan meraih cinta-Nya dengan sabar.
Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala 'ali Ibrahim.