- Back to Home »
- Sepotong Inspirasi »
- Dialog Cinta
Posted by : Fatinah Munir
02 July 2017
- Sedikitnya adalah Abdullah ibn Jabir, Abu Sa'id, dan Ubay ibn Ka'ab yang menahan beranjaknya Rasulullah dari pertemuan muka dengan mereka sebelum beliau memberitahu surat termulia lagi utama kedudukannya.
Ialah al-fatihah, as-Sab'ul Matsani, tujuh ayat yang diulang-ulang yang keagungannya tidak pernah Allah turunkan kepada kitab-kitab sebelumnya, yang menjadi tanda kecintaan-Nya pada ummat Nabi Terakhir-Nya.
Di sanalah setiap yang shalat, sejatinya sedang mengulang dialog cintanya dengan Allah azza wajallah. Yang di dalamnya Allah janjikan bahwa dalam setiap raka'at yang ditegakkan terdapat dua bagian; teruntuk yang menegakannya dan teruntuk diri-Nya.
Kemudian Dia memulai dialognya dengan seruan "Aku akan memberikan apapun yang diminta oleh hamba-Ku," tatkala sang hamba memulai shalatnya dengan basmalah, dengan menyebut nama-Nya yang Maha Pemurah, Maha Penyayang.
"Alhamdulillahirabbil 'alamin. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam," lirih hamba-Nya.
Lalu Allah menjawab, "Hamba-Ku telah memujiku,"
"Arrahmanirrahim. Yang Maha Pemurah, Maha Penyayang," hamba-Nya mengulang puji.
Lalu Allah menjawab, "Hamba-Ku telah memuja-Ku,"
Jika hamba-Nya melanjutkan, "Maliki yaumiddin. Pemilik hari pembalasan,"
Maka Allah menjawab, "Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku, memercayakan urusannya kepada-Ku,"
Bila hamba-Nya membaca, "Iyyaa kana'budu wa iyya kanasta'in. Hanya kepada Engkau aku menyembah dan hanya kepada Engkau aku meminta pertolongan."
Ketika itu Allah Menjawab dari 'Arsy-Nya, "Ini adalah urusan antara Aku dan hamba-Ku. Aku akan Memberi apapun keinginan hamba-Ku ini,"
Kemudian apabila hamba-Nya melanjutkan, "Ihdinash-shiratal mustaqim. Shiratal ladzina an'amta 'alaihim ghairilmaghdhubi 'alaihim waladhdhalin. Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat."
Lantas Allah segera Menjawab, "Ini untuk hamba-Ku. Aku akan Memberi apa pun keinginan hamba-Ku ini."- Di sinilah sejatinya kedekatan hamba dan yang dihambakannya. Tatkala ayat-ayat yang dibacakan dengan lirih berbalas jawab oleh-Nya sendiri.
Ketika tiap-tiap ayat diucap dan diharapkan langsung disahuti oleh-Nya, hanya ada dua kuncinya. Yakni apabila setiap shalat yang didirikan berada dalam tuma'ninah dan kekhusyukan, tidak tergesah-gesah dan seolah-olah bertatap muka dengan Allah SWT.
Karena selayaknya dialog cinta, ia sepantasnya tersampaikan dengan lemah lembut dan tertata. Agar yang diajak berdialog tak mampu menahan cinta-Nya untuk segera menjawab setiap kata.
Dalam titian pertama Ramadhan ini, semoga semakin tertata hati kita hingga tutur ini semakin melemah lembut kepada-Nya dan kepada sesama. Semoga semakin dalam kekhusyukan kita selama menjumpa-Nya.
Semoga ketundukan pada-Nya dalam dialog cinta yang berwujud rukuk dan sujud menempatkan kita pada mahabbah tertinggi-Nya, hingga menjadikan kita hamba yang sebenar-benarnya menyerahkan shalat, ibadah, hidup, dan mati hanya pada-Nya. Aamiin.