Posted by : Lisfatul Fatinah 03 March 2017

Bismillahirrahmanirrahim


“Yang menjadi masalah bukanlah seberapa besar masalah yang sedang kita miliki, melainkan seberapa besar hati kita untuk menghadapi sebesar apapun masalah yang sedang kita lalui”
(Lisfatul Fatinah)

Saya suka sekali mengetahui perjalanan hidup orang-orang besar yang diabadikan dalam buku dan film. Setiap kali selesai membaca ataupun menonton biografi orang-orang hebat, saya selalu mendapatkan asupan semangat lagi. Ya.., meskipun pada akhirnya setiap kisah orang-orang hebat itu memiliki satu pola; ketulusan dan kesungguhan dalam memperjuangkan sesuatu.

Sama seperti sebuah film yang baru saja saya tonton; semuanya berisikan ketulusan dan kesungguhan. Ini adalah film biografi kesekian yang tersimpan di laptop butut saya. Berbeda dengan film-film biografi lainnya, saya memilih menonton film ini bukan karena synopsis atau review film yang saya baca dari blogger lainnya, melainkan saya memilih menonton film ini karena foto yang terpampang pada poster filmnya.

Poster film ini memperlihatkan seekor kucing gemuk berbulu coklat keemasan yang sedang berdiri di pundak pria berambut panjang. Saya berpikir film ini merupakan film biografi seekor kucing (despite I thought it was impossible though, hehehe) yang  menceritakan petualangan kucing nakal yang menggemaskan. Hal ini karena sebelumnya saya membaca beberapa kisah kucing setia di Eropa, hihihi. Ternyata saya salah. Film ini justru berkisah tentang kehidupan pria berambut panjang yang berubah drastis setelah bertemu dengan kucing tersebut.

“A Street Cat Named Bob” adalah judul film yang diadaptasi dari buku biografi best seller yang terbit di London, Inggris, pada 2012 lalu. Buku ini ditulis langsung  tokoh utamanya, James Bowen, dibantu oleh seorang editor dan penulis yang menawarkan James menceritakan kisah dirinya dan kucing yang selalu dibawanya, yang menjadi sorotan warga London beberapa tahun lalu.

Film ini berkisahkan tentang James Bowen yang kecewa atas perceraian kedua orang tuanya dan menjadikan jalanan sebagai tempat barunya. Wal hasil, James menjadi seorang junkie (pecandu) yang bertahan hidup dengan menjadi bunker (seniman jalanan). Kehidupan di London yang cukup mahal, membuat James di ambang keputusasaannya meskipun James telah memutuskan untuk berhenti menjadi pecandu. FYI: dibutuhkan setidaknya 1200 pounds untuk biaya hidup satu orang di London atau setara dengan sekitar 20 juta rupiah per bulannya.

Kisah James sedikit berubah arah ketika seorang pelayan (mungkin juga pemiliknya) restoran cepat saji meminta 3 pounds untuk makanan yang dipesan James untuk makan malam. Saat itu uang James tidak cukup dan dirinya memohon agar diberikan makanan meskipun dirinya harus bernyanyi tanpa dibayar. Sayangnya, pelayan restoran tetap tidak ingin memberikan makanannya. Dia justru lebih memilih membuang makanan yang sudah dipesan James ke tempat cuci piring, tepat di depan mata James. Malam itu James kecewa dan merasa putus asa dengan hidupnya hingga memilih kembali memakai drugs hingga over dosis. James nyari kehilangan nyawanya.

Psikiater yang menangani kasus James membantunya agar bisa berstatus “clear”, sembuh dari kecanduan dan bebas dari narkoba dengan menggunakan methadone –heroin diganti methadone dengan dosis pemakaian yang dipantau ketat oleh farmasis dan psikiater. Sejak saat itu, James mendapatkan tempat tinggal yang dijamin pemerintah berupa flat hingga dinyatakan “clear” dan layak hidup mandiri.

Saat sudah menempati flat dan mencoba hidup baru inilah James bertemu dengan seekor kucing jalanan yang kemudian dipanggil Bob –nama yang diberikan Betty, tetangga James. James menemukan Bob terluka dan berusaha mengobati Bob meskipun ia harus kehilangan uang untuk jatah makannya selama sepekan demi membeli obat Bob. Alasan utama James tidak ingin melepas Bob adalah rasa iba James pada Bob. James tahu betapa tidak nyamannya tinggal di jalanan dan dirinya tidak ingin Bob mengalami hal yang sama dengan dirinya. Saat itu James berjanji akan menjaga Bob, kucing yang ternyata kemudian suka sekali mengikut aktivitasnya dan duduk di pundaknya.

Selama masa program lepas dari narkoba, James tetap menjalankan pekerjaannya sebagai seniman jalanan bersama Bob. Penampilan James bersama Bob menarik perhatian banyak orang. Hal ini membuat James mendapatkan banyak uang  hingga pada suatu hari James nyaris dipenjara enam bulan karena sebuah kasusu pekelahian. James tidak diperbolehkan bekerja sebagai seniman jalanan lagi atau dirinya akan dipenjara lebih lama lagi sekaligus kehilangan Bob. James akhirnya memutuskan menjual Majalah Big Issue bersama Bob. Lagi-lagi dua pria ini (manusia dan kucing) menarik perhatian pengguna jalan. Kebanyakan di antara pejalan kaki yang membeli majalah sebenarnya ingin menyapa dan berfoto dengan Bob.

Perjuangan James untuk menjadi lebih baik dan keluar dari jalanan belum selesai. James mendapatkan beberapa masalah dalam pekerjaannya hingga James nyaris kehilangan Bob setelah Bob ketakutan melihat seekor anjing dan kabur selama beberapa hari. Sekembalinya Bob ke flat, James menjalankan fase terakhir program pemulihannya. James tidak keluar selama beberapa hari dari tempat tinggalnya dan tidak juga menerima methadone hingga dinyatakan bersih dari ketergantungannya pada obat-obatan.

He did it! :D James dinyatakan bebas dari narkoba dan menerima tawaran dari sebuah penerbitan untuk menceritakan tentang dirinya dan kucing yang selalu bersama dengannya. Lebih dari itu, James menemui ayahnya yang dipikirnya tidak ingin menemuinya setelah dirinya menjadi seorang pecandu. Tetapi ternyata ayahnya selama ini memendam kerinduan untuk bertemu James dan ingin sekali menjalani hubungan lagi selayaknya ayah dan anak.

***

Well, film ini sesungguhnya adalah film motivasi yang dikisahkan dengan lembut, tapi entah sisi melankoli saya selalu mendominasi dan membuat saya menangis di hampir semua bagiannya.

Ada beberapa hal sebenarnya yang saya dapatkan dari film ini. Beberapa hal yang menjadi alasan saya ingin membuat tulisan ini dan berharap teman-teman pembaca ikut menontonnya. *promosi :D

Hal pertama yang ada dalam pikiran saya adalah keseluruhan kisah James tidak akan pernah terjadi jika James tidak frustasi karena perceraian kedua orang tua. Ya, sebab awal mula James menginjakkan kaki di dunia jalanan adalah sejak kedua orang tuanya memutuskan bercerai. Sebagaimana yang sering saya katakan atas ketidaksukaan saya pada konflik orang dewasa yang melibatkan anak-anak, sebab anak-anak selalu menjadi korban konflik orang dewasa dan saya membenci itu :(

Titik awal kisah James ini setidaknya menjadi pengingat –terlebih untuk saya pribadi, semoga tidak menjadi seperti demikian– tentang hal-hal yang harus dikorbankan untuk keluar dari masalah, termasuk mengorbankan anak sendiri. Yeach, we must think of it thousands times before deciding it! Meskipun tidak semua anak broken home memiliki record kehidupan buruk, frustasi, menjadi pecandu, bahkan bunuh diri, tetapi saya tetap berharap semoga angka perceraian semakin menurun dan hak-hak anak untuk dibahagiakan dan dididik oleh dua sosok tauladannya terpenuhi dengan baik. Amiin ^^

Kedua, tentang kesungguhan untuk menjadi lebih baik. Some day you go out and you don’t come back. You come back some one new. And all the pain, all the hurt, all the lonely night, it’s all a part of you. But what all that really matter is you don’t stop trying. Don’t give up!

What all really matter is you don't stop trying. Don't give up!

Dalam film ini James selalu menyanyikan sebuah lagu yang liriknya penuh akan semangat di atas, meskipun James tidak pernah menyanyikannya dengan semangat. Hal ini mengingatkan saya pada sebuah pepatah terkenal Arab, manjadda wa jada, siapa yang bersungguh-sungguh dia yang mendapatkan hasil.

Kisah ini menunjukkan James yang bersungguh-sungguh ingin keluar dari jalanan dan ketergantungan narkoba dibantu psikiaternya sebagai orang yang memberikan arahan kepadanya. Hal ini sama seperti kehidupan kita sebenarnya, kita sudah memiliki panduan kita yang sempurna, Al-Qur’an dan Sunnah, untuk keluar dari berbagai permasalahan. So, jika suatu hari kita tersesat dan belum menemukan jalan keluar, mungkin kita yang kurang bersungguh-sungguh mematuhi Al-Qur’an dan Sunnah sehingga kita kurang bersungguh-sungguh ingin keluar dari masalah.

Siap menanggung beban adalah tabiat bagi orang yang bersungguh-sungguh. Begitulah yang pernah saya baca dari seorang blogger Indonesia yang berdomisili di London. Karena jalan menuju hal baik tidak selalu mudah, maka akan ada banyak beban yang akan singgah di pundak kita. Begitulah "siap menanggung beban" bukan lagi menjadi sebuah risiko yang harus dihadapi melainkan sebuah sikap, tabiat yang semestinya ada pada setiap orang, terutama muslim, untuk mencapai sesuatu. Seperti James yang dikisahkan berkali-kali mengalami hambatan dalam proses melepaskan diri dari narkoba, tetapi dirinya selalu berusaha berkali-kali dengan berbagai cara yang bisa dia lakukan.  


Kecerdasan bukanlah penentu keberhasilan seseorang mencapai impiannya. Adalah kemauan yang kuat dan kesungguhan yang menjadi motor penggerak impian itu mendekat.
(Anonim)

Ketiga, kisah ini sesungguhnya tentang ketulusan hati yang membuahkan kebaikan tak bertepi.  Apa yang paling menonjol dalam kisah hidup James hingga seorang editor buku menawarkannya untuk menuliskan kisah hidupnya? Hubungan James dan Bob di jalanan yang menarik perhatian banyak orang. Jika saja James tidak berjanji untuk menjaga Bob dan keduanya tidak memiliki hubungan bernama ketulusan, mungkin kisah James tidak akan pernah diabadikan hingga menginspirasi banyak orang.

Banyak kisah yang saya baca tentang orang-orang hebat dan saya melihat satu hal yang tak pernah luput dari sisi kesungguhan mereka; yaitu ketulusan hati yang tertuang dalam sikap. 

Sebagai muslim, ketulusan terbesar selalu saya lihat dalam kisah perjuangan Rasulullah SAW dalam menyebarkan ajaran kasih sayang Allah SWT dan kesetiaan para sahabat dalam menemani beliau. Ketulusan kepada sesama manusia tidak pernah saya pelajari selain dari kebiasaan Rasulullah SAW melumati makanan dan menyuapinya kepada seorang kakek Yahudi. Saya tidak pernah melihat ketulusan besar seorang pemimpin kepada yang dipimpinnya selain dari kisah Rasulullah SAW yang merindukan umat yang tak pernah dilihatnya dan terus menerus menyebut serta mengkhawatirkan umatnya selama beliau dalam sakartul maut. Dan banyak kisah-kisah ketulusan lainnya di bumi ini, termasuk kisah James dan Bob, yang mengajarkan bahwa; pertama ketulusan tidak pernah terungkap dari lisan melainkan tampak dari sebuah sikap dan tabiat untuk berkorban, kedua ketulusan tidak akan pernah mengkhianati pemiliknya.

Di sisi lain sebagai muslim, ketulusan ini mungkin akan diterjemahkan dalam bentuk keikhlasan yang bermuara pada  keberserahdirian seorang hamba (tawakal). Saat kemauan telah dibuktikan dengan kesungguhan dalam usaha, kemudian berdoa sebagai penguat kesungguhan, maka ketulusan yang paling tinggi dalam usaha tersebut adalah menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT.

Berserah diri pada Allah SWT merupakan puncak aktivitas dalam setiap usaha setiap muslim untuk mencapai tujuan dunia ataupun akhirat. Sehingga bila tujuan tersebut berhasil diraih, berharap tidak ada keangkuhan dan kesombongan di dalam keberhasilan tersebut melainkan syukur dan takzim pada kekuasaan Allas SWT dalam membantu. Dan bila hasil yang diraih belum sesuai harapan, semoga tidak ada kekecewaan mendalam melainkan introspeksi diri dan keyakinan bahwa ada hal yang jauh lebih baik yang sedang Allah SWT siapkan.

Selanjutnya, apa lagi yaa… Oh ya, sebuah scene pendek tetapi paling menyentuh bagi saya pribadi adalah setelah dinyatakan James sembuh dan bebas dari narkoba, dia dan Bob menemui ayahnya. Saat itu James baru menyadari bahwa ayahnya sangat ingin bersama-sama dengan James (kalau tidak salah hak asuh James ada pada ibunya) dan ayahnya selalu membawa foto James kecil kemanapun di dompetnya. It’s fully simple touching scene! :’)

Indeed, tidak ada yang paling pandai menyimpan cinta selain seorang ayah. Pengorbanan ayah selalu saja dilakukan diam-diam tapi penuh dengan kejutan :’) Mungkin yang terakhir ini agak kurang nyambung dengan tulisan keseluruhan, tapi semoga tetap bisa diambil hikmahnya untuk terus menyayangi kedua orang tua, tanpa atau dengan mereka di dekat mereka, tanpa atau dengan kasih sayang yang ditampakkan mereka.

The Last, mungkin ini adalah bagian terpenting dalam kisah James dan Bob. Di akhir film ini James menunjukkan “kesetiaan dan ketulusannya” pada dunia jalanan. Kendati dirinya sudah sukses, James tidak melupakan dunia yang pernah disinggahinya. Kesuksesannya justru mendorongnya untuk berbuat baik dan berharap orang-orang yang pernah “kacau” dan menjadi tunawisma seperti  dirinya bisa menjadi lebih baik lagi, bahkan lebih baik daripada dirinya saat ini. Setelah meraih kesuksesannya dengan bukunya, James dikabarkn aktif dalam social activity yang membantu meningkatkan kesadaran para tunawisma dan menjalankan kegiatan amal untuk hewan. Oh, those’re cute ideas :’)

Well, saya hanya menemukan satu kalimat yang bisa mewakili kebersamaan Bob dengan James; ketulusannya membuahkan kebaikan yang tak pernah putus. Kebersamaan mereka membawa kebaikan yang terus menerus datang sebagai ganti dari kesungguhan dan ketulusan James juga kesetiaan Bob. Sebagaimana dalam Islam, kebaikan yang tidak pernah putus atau keberkahan adalah hal yang seyogyanya dicari. Memang tidak pernah ada kemudahan untuk mencapai kebaikan-kebaikan yang terus menerus datang, akan selalu ada tantangan yang menemani setiap kesungguhan. Tugas kita adalah siap menghadapi semua kesulitan tersebut dengan kebesaran hati dan ketulusan sedalam-dalamnya kepada orang-orang di sekitar kita dan juga kepasrahan setinggi-tingginya kepada Allah SWT.

The real James Bowen and Bob. I do love the way Bob stands on James' shoulder :)
“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? Dan Kami telah menghilangkan dari padamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berhaap.”
(Allah SWT dalam QS. al Insyirah ayat 1-8)


Jakarta, 2 Maret 2017

Lisfatul Fatinah Munir
fatinahmunir@gmail.com
IG: @fatinahmunir

Semoga bermanfaat dan menginspirasi pada kebaikan ^^

Note:
Saya mengunduh A Stret Cat Named Bob di sini.
Silakan ikuti perintah yang tertera di layar dan pilih kualitas gambar yang diinginkan. Saran saya, teman-teman pilih yang pada baris provider google share, karena mengunduhnya lebih mudah. Hanya saja selain data masuk ke laptop teman-teman, sayangnya data akan masuk ke google drive kalian. So, setelah mengunduh silakan cek google drive dan hapus film yang tersimpan di sana untuk menghemat ruang penyimpanan google drive kalian. Terima kasih :)

Leave a Reply

Terima kasih atas komentarnya :)

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

You are The

Hallo Happy Readers!

Hallo Happy Readers!
Selamat datang di blog pribadi saya. Di blog ini teman-teman akan membaca tulisan-tulisan saya seputar pendidikan, kedisabilitasan dan inklusivitas, pengalaman mengajar, dan tulisan-tulisan lainnya yang dibuat atas inspirasi di sekitar saya. Semoga tulisan dalam blog ini bermanfaat dan menginspirasi pada kebaikan. Selamat membaca!

Contact Me

@fatinahmunir

fatinahmunir@gmail.com

Educator | Writer | Adventurer

Berbakti | Berkarya | Berarti

My Friends

- Copyright © Fatinah Munir -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -