- Back to Home »
- Kurikulum »
- Apa itu Kurikulum?
Posted by : Lisfatul Fatinah
13 September 2012
Kurikulum dan Pembelajaran
Dalam
pendidikan formal, seperti di sekolah tingkat hingga menengah, kita pasti sudah
mengenal istilah kurikulum. Kurikulum selalu dikaitkan dengan pembelajaran dan
metode pembelajaran yang dilakukan di suatu sekolah dengan kurikulum yang telah
ditentukan oleh pemerintah. Jika kita perhatikan, kurikulum selalu berubah-ubah
dalam jangka waktu tertentu. Perubahan kurikulum ini member dampak yang cukup besar
pada proses pembelajaran. Mulai dari metode, konten pembelajaran, hingga konsep
belajar pun akan mengikuti perubahan kurikulum. Sebenarnya, apa sih kurikulum
itu? Untuk lebih jelasnya, postingan saya kali ini akan membahas sedikit hal
tentang kurikulum.
Kurikulum diadaptasi
dari kata curricula. Curricula adalah nama lintasan balap yang berbentuk lingkaran,
yang mana mobil atau motor yang berbalapan hanya boleh mengikuti jalur yang ada
di curricula. Sama seperti curricula, kurikulum juga diibaratkan seperti
lintasan atau jalur yang harus ditempuh untuk melaksanakan pembelajaran. Kurikulum
yang dibuat oleh pemerintah menjadi acuan para guru untuk menyusun silabus untuk
proses belajar dan pembelajaran di kelas. Melalui silabus, guru dapat menyusun
Rancangan Proses Pembelajaran (RPP) untuk kelas atau Program Pembelajaran
Individual (PPI) sesuai kemampuan dan kebutuhan murid.
Kurikulum adalah seperengkat rencana dan
pengaturan pendidikan yang di dalamnya mencakup pengaturan atau perencanaan
tentang tujuan, isi, proses, dan evaluasi. Sedangkan pembelajaran yang
berlangsung di sekolah adalah implementasi dari kurikulum secara nyata yang
mengorganisir lingkungan belajar sehingga menjadi peristiwa belajar.
Kurikulum memiliki
beberapa model, di antaranya adalah:
1.
Model Akademik, yaitu model kurikulum yang diorientasikan pada konten sains
atau penguasaan ilmu pengetahuan. Kurikulum model akademik sangat berstandar
pada nilai. Kurikulum model inilah yang sampai sekarang tetap diterapkan di
seluruh sekolah di Indonesia. Pada model ini, murid dituntut mengikuti “jalur”
yang sudah dibuat oleh sekolah.
2.
Model Humanistik, yaitu model kurikulum yang berjalan berdasarkan
kemampuan siswa. Kurikulum ini sangat mungkin diberlakukan di Sekolah Anak Berkebutuhan
Khusus karena seluruh proses pembelajaran disesuaikan dengan murid, sehingga “jalur”
dibuat berdasarkan kebutuhan dan kemampuan murid.
3.
Model Rekonstruksi, yaitu model kurikulum yang berorientasi pada masalah
di masyarakat. Kurikulum model ini sangat mungkin diberlakukan pada kategori
Pendidikan Luar Sekolah. Melalui kurikulum model ini, murid disiapkan pada
masalah-masalah atau tantangan hidup.
4.
Model Teknologis, yaitu model kurikulum yang berorientasi pada konten
penguasaan kompetensi. Kurikulum ini umumnya berhubungan erat dengan keahlian
murid. Model kurikulum ini memungkinkan diterapkan di Sekolah Anak Berkebutuhan
Khusus, karena mengingat guru juga perlu mengidentifikasi kemampuan atau
potensi yang dimiliki anak-anak berkebutuhan khusus.
Semua
penerapan kurikulum ini kembali kepada kondisi dan kebutuhan pembelajaran di sekolah.
Sehingga, keempat model kurikulum di atas dapat diterapkan terpisah (tunggal)
atau berkombisani antar model kurikulum.
Prinsip
Kurikulum dan Pengajarannya
Prinsip-prinsip
kurikulum dan pengajarannya di sekolah kurang lebih terurai seperti di bawah
ini:
1.
Berpusat pada kebutuhan murid. Jadi, kurikulum hendaknya
diakomodasikan untuk melayani kemampuan murid.
2.
Melihat beragamnya murid dan berjalan terpadu. Seperti yang kita ketahui bersama
bahwa setiap murid memiliki keunikannya masing-masing. Keheterogenan inilah
yang seyogyanya menjadikan kurikulum sebagai fasilitas terpadu untuk potensi
murid.
3.
Responsip terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Prinsip kurikulum yang satu ini
menuntut dunia pendidikan untuk selalu tanggap terhadap perkembangan ilmu dan
teknologi, terutama ilmu dan teknologi yang berhubungan dengan pendidikan.
Karena prinsip inilah kurikulum kerap kali berubah dan berkembang dalam jangka
waktu tertentu.
4.
Relevan dengan kehidupan. Perkembangan dan penerapan kurikulum
harus memiliki relevansi dengan kehidupan dan lingkunagn pendidikan berlangsung
agar pelaksanaan pembelajaran optimal dan fungsional.
5.
Seimbang antara kepentingan nasional dan daerah. Meskipun kurikulum mengikuti
perkembangan ilmu dan teknologi, guru juga harus memahami bahwa setiap daerah
memiliki perkembangan yang berbeda tentang ilmu dan teknologi. Oleh karena itu,
kurikulum sebaiknya diseimbngakan dengan perkembangan dan kepentingan daerah.
Prinsip Kurikulum
dan Penerapannya
Dari prinsip
dan pengajarannya, penerapan kurikulum harus:
1.
Mengembangkan potensi setiap murid. Dalam penerapannya,
pendidikan hendaknya memandang semua murid memiliki kecerdasan dan potensi yang
berbeda-beda. Jika pandangan ini sudah tertanam dalam diri setiap guru, maka
kurikulum yang ada pasti dapat menopang dan mengembangkan potensi unik setiap
murid.
2.
Mengarah pada pengembangan dan perbaikan setiap anak. Penerapan
kurikulum di sekolah hendaknya memberikan dampak positif kepada setiap murid.
3.
Dikemas dalam hubungan yang harmonis antar guru-murid
murid-murid. Penerapan kurikulum yang dikemas harmonis dengan berbagai cara.
Misalnya, guru bisa memosisikan dirinya sebagai pribadi yang menyenangkan bagi
murid-muridnya. Dan, dengan kurikulum yang ada murid dapat menjadi pribadi yang
antusias mengikuti pembelajaran hingga selesai.
4.
Menggunakan multistrategi dan multimedia. Penerapan kurikulum
dengan multistrategi dapat memudahkan guru dalam mengajar dan menangani
murid-murid yang berbeda. Keberadaan multimedia hendaknya dapat memudahkan
pembelajaran, bukannya menyulitkan guru maupun murid.
5.
Memanfaat seluruh potensi alam daerah. Penerapan kurikulum
memang hendaknya ramah lingkungan. Misalnya, dalam beberapa pembelajaran murid
dapat melalukannya di alam terbuka tanpa merusak lingkungannya. Penerapan
kurikulum di Sekolah Alam sepertinya sangat tepat untuk menjadi contoh dalam
poin ini. Di Sekolah Alam, hampir seluruh PKBM memanfaat kekayaan alam sekitar
dan tidak merusaknya.
(*)
disarikan dari perkuliahan Pembelajaran Anak Gangguan Emosi dan Tingkah Laku
dengan Pak Lalan Erlani, Ph.D