- Back to Home »
- Gangguan Pengelihatan »
- Perspektif Pendidikan Tunanetra Bag. 3 (Miskonsepsi tentang Tunanetra)
Posted by : Lisfatul Fatinah
04 April 2012
Miskonsepsi atau kesalahpahaman tentang tunanetra berada pada pemahaman masyarakat terhadap pengertian tunanetra. Miskonsepsi itu ada pada beberapa hal berikut:
1. Masyarakat beranganggapan tunanetra adalah orang yang tidak bisa melihat sama sekali. Padahal, tunanetra sebagian besar masih memiliki sejumlah fungsi pengelihatan dan masih memiliki persepsi atau proyeksi cahaya dan sebagian kecil lainnya tidak memiliki pengelihatan sama sekali. (90% masih punya kemampuan presepsi atau proyeksi cahaya, 10% bilnd total).
2. Masyarakat beranganggapan semua orang tunanetra menggunakan Braille untuk membaca. Padahal, sebagian besar tunanetra menggunakan huruf cetak besar untuk membaca.Masyarakat beranganggapan semua tunanetra memiliki indera tambahan untuk mendeteksi segala rintangan. Padahal, tunanetra tidak memiliki indera tambahan. Mereka dapat mengembangkan indera pendeteksi rintangan melalui pengalaman berkali-kali dan menggunakan kepekaan indera pendengaran. Sehingga, seorang tunanetra harus menjaga konsentrasi dan kepekaannya untuk melakukan orientasi mobilitas dalam kesehariannya.
3. Masyarakat beranganggapan memiliki ketajaman indera-indera lainnya secara baik. Padahal hal-hal ini tidak terjadi secara otomatis, tetapi lebih kepada akibat penggunaan indera-indera penerima lain secara baik. Orang tunanetra mengandalkan taktil (sentuhan ujung jari) dan psikomotorik (memori otot). Orang tunanetra melatih konsentrasi dan perhatian dengan baik.
4. Masyarakat beranggapan orang tunanetra memiliki kemampuan bermain musik. Padahal, seorang tunanetra tidak harus memiliki kemampuan music yang lebih dari orang normal pada umumnya. Alasan lainnya karena dalam memainkan music tidak dibutuhakan kemampuan melihat.
Masyarakat beranggapan orang tunanetra tidak berdaya dan memiliki ketergantungan yang besar pada orang lain. Padahal, dengan perlakuan baik dan pengalaman belajar yang tepat dapat menjadikan orang buta mandiri dan berkepribadian yang sama dengan orang normal pada umumnya.
Masyarakat beranggapan orang tunanetra tidak berdaya dan memiliki ketergantungan yang besar pada orang lain. Padahal, dengan perlakuan baik dan pengalaman belajar yang tepat dapat menjadikan orang buta mandiri dan berkepribadian yang sama dengan orang normal pada umumnya.
5. Masyarakat beranggapan bahwa orang low vision yang memanfaatkan pengelihatannya terlalu banyak, perngelihatannya akan semakin buruk dan menjadi blind total. Padahal, setiap ketunanetraan memiliki progresifitas (pergerakan kemampuan melihat) yang tergantungan dengan penyebab kebutaannya.