- Back to Home »
- Gangguan Pengelihatan »
- Perspektif Pendidikan Tunanetra Bag. 2 (Klasifikasi Tunanetra)
Posted by : Lisfatul Fatinah
04 April 2012
Berbeda dengan yang diketahui oleh masyarakat umum, klasifikasi tunanetra dalam yang akan saya tuliskan di bawah ini cukup beragam. Pak Budi (nama dosen saya) menyatakan bahwa klasifikasi ini bukan untuk menyekat-sekatkan tunanetra, melainkan sebagai starting point (titik dimulainya) asesmen agar mempermudah dalam menyediakan pelayanan pendidikan khusus.
- Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan
a. Tunanetra sebelum dan sejak lahir; adalah individu yang dilahirkan dalam keadaan tanpa pengelihatan, sehingga mereka tidak memiliki pengalaman pengelihatan.
b. Tunenetra setelah lahir atau pada usia dini; adalah individu yang sempat memiliki pengelihatan, tapi pengelihatannya hilang di usia dini. Tunanetra jenis ini telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual, tetapi belum kuat dan mudah terlupakan.
c. Tunanetra pada usia sekolah atau remaja; adalah individu yang miliki kemampuan dan pengalaman visual dan kehilangan kemampuan pengelihatannya pada usia remaja.
Individu yang kehilangan pengelihatan pada usia remaja seperti ini biasanya meninggalkan pengaruh positif dan negatif yang mendalam dalam proses perkembangan pribadinya. Pengaruh negative yang timbul bisa berupa pengurungan diri dari dunia luar dan percobaan bunuh diri sebagai bentuk penolakan pada takdir. Pengaruh positif yang muncul adalah menjadikan remaja tersebut tumbuh sebagai remaja yang tangguh.
d. Tunanetra pada usia dewasa; adalah individu yang kehilangan kemampuan pengelihatannya pada usia dewasa. Biasanya tunanetra jenis ini memiliki kesadaran untuk melakukan berbagai latihan penyesuaian diri terhadap ketunanetraannya.
e. Tunanetra pada usia lanjut; adalah individu yang kehilangan pengelihatannya pada usia lanjut dikarenakan faktor usianya. Sebagian besar tunanetra jenis ini sulit mengikuti latihan-latihan penyesuaian diri terhadap ketunanetraannya.
- Berdasarkan kemampuan daya pengelihatannya
a. Tunanetra ringan (low vision). Adalah individu yang mengalami hambatan pengelihatan, tetapi masih mampu mengikuti kegiatan yang menggunakan fungsi pengelihatannya.
b. Tunanetra setengah berat (pastially sighted). Adalah individu yang kehilangan sebagian daya pengelihatannya. Akan tetapi tunanetra jenis ini masih bisa mengikuti kegiatan pendidikan biasa dan mampu membaca tulisan yang bercetak tebal dengan alat bantu kaca pembesar.
c. Tunanetra berat (totally blind). Adalah individu yang sama sekali tidak dapat melihat.
- Berdasarkan pemeriksaan klinis
a. Tunanetra yang masih memiliki ketajaman pengelihatan antara 20/70 sampai dengan 20/200, dan pengelihatannya dapat diperbaiki melalui beberapa alat bantu.
b. Tunanetra yang memiliki ketajaman pengelihatan kurang dari 20/200 dan atau memiliki bidang pengelihatan kurang dari 20 derajat.
- Berdasarkan kelainannya
a. Myopia (rabun jauh). Adalah individu yang memiliki hambatan melihat objek dalam jarak jauh dan masih bisa diperbaiki dengan kacamata minus.
b. Hypermiopi (rabun dekat). Adalah individu yang memiliki hambatan melihat objek dalam jarak dekat dan masih bisa diperbaiki dengan kacamata plus.
c. Astigmatisma. Adalah individu yang memiliki gangguan dalam bentuk kornea matanya yang tidak teratur dan berpengaruh pada kesimetrisan pengelihatan, sehingga perlu diperbaiki dengan kacamata silinder.