Posted by : Lisfatul Fatinah 12 March 2012

Sama seperti anak normal pada umumnya, anak berbakat juga memerlukan perhatian untuk perkembangannya. Kesalahan pandangan masyarakat terhadap anak berbakat berdasarkan artikel ini adalah anak berbakat dianggap tidak perlu bimbingan karena sudah memiliki keistimewaan melebihi anak normal pada umumnya. Padahal, anak berbakat sama seperti anak berkebutuhan khusus lainnya yang memerlukan pelayanan pendidikan kebutuhan khusus sesuai dengan keberbakatannya.

Untuk memahami anak berbakat, ada baiknya seorang calon pendidik anak kebutuhan khusus memahami terlebih dahulu definisi anak berbakat. Salah satu definisi yang ada dalam artikel ini misalnya, berdasarkan hasil Seminar Nasional “Alternatif Program Pendidikan bagi Anak Berbakat” yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Yayasan Pengembangan Kreativitas pada tanggal 12-14 November 1981 lalu dikatakan bahwa anak berbakat adalah adalah mereka yang oleh orang-orang profesional diindentifikasikan sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul. Anak-anak berbakat tersebut memerlukan program pendidikan yang berdiferensiasi dan/atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah biasa agar dapat merealisasikan sumbangan mereka terhadap masyarakat maupun untuk pengembangan diri sendiri.

Berdasarkan definisi di atas, hal yang pertama kali harus dilakukan oleh seorang pendidik adalah mengidentifikasi prestasi dan keunggulan anak yang diduga anak berbakat. Dan menurut  NAGC atau National Association for Gifted Children di Amerika Serikat, untuk mengetahui apakah seorang anak berbakat atau  tidak diperlukan persyaratan yang sangan komferhensif. Dalam tahap ini diperlukan beragam pengukuran (test) menggunakan alat ukur yang valid dan pengumpulan informasi dari berbagai sumber (orang tua, guru, teman sebaya) untuk proses asesmen.

Ketatnya tahapan yang harus dilewati untuk mengidentifikasi seorang anak berbakat atau tidak berdasarkan NAGC mengindikasikan bahwa keberkatan anak tidak hanya diukur dari tingkat prestasi dan keunggulan anak. Hal ini dikarenakananak berbakat berbeda dengan anak pandai yang normal pada umumnya. Seorang anak yang berbakat adalah mereka yang sudah memiliki keberbakatan alami dan bawaan sejak lahir yang masih membutuhkan asahan dan  bimbingan dari orang tua serta pendidikan khusus dari guru anak-anak berkebutuhan khusus.

Masih mengacu pada pengertian anak berbakat yang disepakati dalam Seminar Nasional “Alternatif Program Pendidikan bagi Anak Berbakat” apabila masyarakat sudah mampu mengenali siapa saja anak yang masuk dalam kategori anak berbakat, maka anak-anak berbakat ini dapat memperoleh pelayan pendidikan yang layak berdasarkan keberbakatannya. Sehingga, keberbakatan yang mereka miliki dapat dikembangkan dengan positif. Dan anak-anak berbakat tersebut dapat berkontribusi nyata atas kemajuan negara berdasarkan keberbakatanya masing-masing.

Misinterpretasi masyarakat terhadap anak berbakat tak jarang juga memberikan masalah kepada pribadi anak berbakat baik dari lingkungan keluarga maupun sekolah. Karena anak berbakat tidak cukup mudah dikenali, lebih sering lingkungan dan keluarga lalai menyediakan pelayanan yang kondusif untuk menyeimbangi kebutuhan pertumbuhannya. Misalnya, seorang anak yang gemar berdiskusi dan kritis dalam menilai bisa jadi anak ini memiliki keberbakatan dalam kemampuan verbalnya. Hanya saja keluarga dan lingkungannya tidak menyadari keberbakatannya sehingga anak menjadi terkesan egois, sombong, dan suka melawan.

Masalah kedua yang ada pada anak berbakat berdasarkan artikel ini adalah mereka memiliki masalah dengan perkembangan emosi. Seorang anak berberbakat memang cenderung kritis dan berpikir melampaui kemampuan anak sebayanya. Sehingga, anak berbakat lebih terlihat dewasa dalam berpikir. Akan tetapi, anak berbakat tetaplah anak-anak yang memiliki emosi yang sama dengan anak sebayanya yang normal pada umumnya.

Karena anak berbakat memiliki pengetahuan yang lebih banyak dan lebih berpikir dewasa dibandingkan dengan anak sebayanya, tak jarang anak berbakat memiliki hubungan yang kurang baik dengan teman sebayanya. Hal ini menimbulkan persepsi dan labeling terhadap anak berbakat bahwa anak berbakat adalah anak yang perfeksionis dan “sok tua”.

Kemampuan berpikir anak berbakat yang konsepsional dan abstrak bukan hanya membuat masalah bagi anak berbakat, melainkan juga bagi orang tua dan pendidiknya. Untuk itu, langkah yang perlu dilakukan adalah dengan menjadikan posisi guru sebagai sosok inspiratif dan motivator bagi anak. Sehingga anak dapat merasakan ketenangan dalam mencapai perkembangan intelejensinya dan dapat lebih mengontrol diri dengan kemampuannya yang melebihi anak normal pada umumnya. Dengan pemahaman yang tepat terhadap anak berbakat ini kita juga dapat sangat membantu mereka untuk menghilangkan rasa tertekan karena pembedaan perilaku masyarakat terhadap mereka.

Permasalahan terakhir yang ada dalam diri anak berbakat menurut artikel ini adalah kelemahan khusus yang mengiringi keberbakatan anak. Misalnya, seorang anak berbakat memiliki kemampuan yang luar biasa dalam memahami suatu hal hanya dengan melihat gambar atau skema, tapi anak ini memiliki kelemahan dalam auditorinya. Sehingga anak ini tidak dapat belajar dan tidak menyukai proses pembelajaran dengan banyak bercerita atau pengulangan-pengulangan dengan dikte. Namun menurut pandangan saya, seluruh anak pada dasarnya memang memiliki tipe yang berbeda dalam perkembangan sensorinya. Anak dengan kemampuan intelejensi normal sekalipun memiliki kecenderungan pada salah satu sensori yang membantu mereka dalam proses pembelajaran.

Dalam contoh di atas anak mungkin memiliki keunggulan dalam visualnya, sehingga anak memiliki gaya belajar yang visual atau lebih nyaman belajar hanya dengan melihat gambar-gambar dan grafik. Hal ini sudah pasti berbeda dengan anak yang memiliki gaya belajar auditori yang lebih menyukai gaya belajar dengan bercerita, pun itu dengan anak bergaya belajar kinestetik yang lebih menyukai proses pembelajaran dengan banyak bergerak atau pengaplikasian langsung terhadap objek.

Dari seluruh pemaparan dan analisis artikel ini dapa disimpulkan bahwa pemahaman masyarakat yang tepattentang anak berbakat sangat membantu perkembangannya. Ketika anak berbakat tidak mendapatkan perhatian dan pendidikan kebutuhan khusus yang tepat, anak justru akan menjadi underachiever (anak dnegan prestasi rendah). Dan lebih jauh lagim anak bahkan bisa bersikap keras, tidak terkontrol dan menjadi pribadi yang membahayakan diri dan orang lain. Dengan begini, lingkungan terutama keluarga dan guru harus mengakomodasikan kebutuhan anak berbakat dengan tepat. Sehingga, keberbakatan anak dapat dilayani dan didampingi dengan baik.

Lebih luas lagi, ketika masyarakat sudah dapat mengenal dan memahami siapa dan bagaimana seharusnya memberikan pelayanan pendidikan kebutuhan khusus kepada anak berbakat,  anak berbakat akan mejadi orang-orang yang dapat memberikan banyak kontribusi positif bagi negara.


Leave a Reply

Terima kasih atas komentarnya :)

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

You are The

Hallo Happy Readers!

Hallo Happy Readers!
Selamat datang di blog pribadi saya. Di blog ini teman-teman akan membaca tulisan-tulisan saya seputar pendidikan, kedisabilitasan dan inklusivitas, pengalaman mengajar, dan tulisan-tulisan lainnya yang dibuat atas inspirasi di sekitar saya. Semoga tulisan dalam blog ini bermanfaat dan menginspirasi pada kebaikan. Selamat membaca!

Contact Me

@fatinahmunir

fatinahmunir@gmail.com

Educator | Writer | Adventurer

Berbakti | Berkarya | Berarti

My Friends

- Copyright © Fatinah Munir -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -