- Back to Home »
- Gangguan Pendengaran »
- Perspektif Pendidikan Tunarungu Bag. 1 (Pengertian dan Penggolongan)
Posted by : Lisfatul Fatinah
22 February 2012
Perspektif pendidikan tunarungu merupakan matakuliah yang mengantarkan mahasiswa untuk mengetahui,mengenal, dan memahami apa yang dimaksud dengan tunarungu, siapa individu yang dikatakan tunarungu, bagaimana karakteristik, penyebab, dan dampak ketunarunguan, dan seperti apa pendidikan yang seharusnya diberikan kepada individu dengan ketunarunguan.
Pengertian Ketunarunguan
Ketunarunguan merupakan keadaan kehilangan pendengaran yang meliputi seluruh gradasi bagi ringan, sedang, berat, dan sangat berat, yang walaupun telah diberikan alat bantu dengar (ABD) tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Berdasarkan pengertian di atas, ketunarunguan bukanlah suatu penyakit yang dapat disembuhkan dengan menggunakan alat bantu dengar (ABD). Sehingga, meskipun sudah menggunakan ABD, seorang tunarungu harus tetap menerima pendidikan khusus untuk dapat berkomunikasi dengan banyak orang.
Penggolongan Tunarungu
Menurut derajat kehilangan daya dengarnya:
1. Kurang dengar, yakni indvidu yang menerima intensitas suara < 90 dB). Kurang dengar ini sendiri dibagi menjadi kurang dengar ringan, sedang, dan berat.
2. Tuli, yakni individu yang menerima intensitas suara > 90 dB.
Untuk mengetahui kemampuan atau daya dengar seseorag kita dapat menggunakan suatu alat yang telah distandarisir, yang bernama audiometer. Tes kemampuan dengar dengan audiometer dapat dilakukan di dokter THT atau pusat ABD yang ada di sekitar kita.
Menurut tempat terjadinya kerusakan pendengaran:
1. Tunarungu konduktif atau tunarungu hantaran. Yaitu ketunarunguan yang disebabkan oleh kerusakan pada telinga bangian luar atau tengah.
2. Tunarungu perseptif atau tunarungu syaraf (tunarungu sensoneoral). Yaitu ketunarunguan yang disebabkan oleh kerusakan pada telinga bangain dalam atau kokhlea.
Menurut penyebabnya:
1. Faktor keturunan. Yakni ketunarunguan yang disebabkan oleh faktor genetika.
2. Kelahiran dengan risiko tinggi. Yang masuk dalam kategori kelahiran dengan risiko tinggi adalah bayi yang dilahirkan dnegan menggunakan alat bantu vacuum atau tang, proses melahirkan terlalu lama, dan usia hamil ibu yang berisiko (di atas 40 tahun).
3. Karena penyakit. Ibu hamil yang mengidap penyakit TORCHS (Toxoplasma Rubela, Citogegalo Virus, Harpes, dan Sifilis) memiliki risiko melahirkan anak yang tunarungu. Untuk itu, kesehatan dalam masa kehamilan sangat memengaruhi kesehatan bayi.
Menurut umur saat kehilangan pendengaran:
- Tunarungu prelingual. Yaitu ketunarunguan yang disandang sejak lahir atau sebelum anak menganal bahasa (usia < + 2 tahun). Individu tunarungu prelingual biasanya disebut dengan penyandang tunarungu.
- Tunarungu postlingual. Yaitu ketunarunguan yang disandang setelah anak mengenal bahasa (usia > + 2 tahun). Individu tunarungu postlingual biasanya disebut dengan penderita tunarungu.
Individu tunarungu (gangguan pendengaran) pada awalnya akan mendapat reaksi positif maupun negatif dari orang tua dan masyarakat. Pendengaran yang terbatas ini menghambat individu tunarungu untuk mengenal bahasa dan berkomunikasi yang nantinya juga akan menghambat perkembangan pengetahuan dan intelejensinya. Lalu, hambatan pendengaran juga akan menghambat emosi yang juga berdampak pada keterbatasan sosialisasinya. Semua dampak dari hambatan pendengaran ini akan mempersempit kesempatan pendidikan dan kerja individu tunarungu.