- Back to Home »
- Autisme »
- Yuk Mengenal Ciri Komunikasi Anak Autis yang Unik! :)
Posted by : Fatinah Munir
11 October 2013
Komunikasi merupakan
salah satu hal yang sangat dibuttuhkan manusia sebagai makhluk sosial. Melalui
komunikasi, dua individu atau lebih bisa saling bertukar informasi, bertukar
pikiran, dan saling memahami kemauan antar satu sama lainnya. Menurut Wilson
(1987) dalam Kathleen Ann Quill (1995) dikatakan bahwa dalam komunikasi
dibutuhkan lebih dari sekadar kemampuan untuk rangkai kata-kata dalam urutan
yang tepat, tetapi dibutuhkan juga hubungan saling memahami apa yang
dikomunikasikan.
Komunikasi dapat
dikatakan sebagai kemampuan untuk membiarkan orang lain mengetahui apa yang
diinginkan individu, menjelaskan tentang sesuatu kepada orang lain, serta untuk
mengetahui sesuatu dari orang lain. Dengan kata lain, komunikasi merupakan
suatu aktivitas sosial antar dua orang atau lebih untuk dapat saling bertukar
informasi yang dilakukan secara verbal
dan nonverbal.
Bertolak pada
pengertian komunikasi di atas, mari kita tengok pola atau karakteristik
komunikasi anak autis. Dalam DSM IV (Diagnostic Statistical Manual 1994)
dikatakan bahwa seorang anak dapat dikatakan menyandang keautistikan ketika perkembangan
bicaranya lambat atau sama sekali tidak berkembang dan tidak ada usaha
mengimbangi komunikasi dengan cara lain;
jika anak bisa berbicara, bicaranya bukan untuk komunikasi; sering menggunakan
bahasa yang aneh dan berulang; pola bermain anak yang kurang variatif, kurang
imajinatif, dan kurang bisa meniru.
Untuk menguatkan
karakteristik komunikasi anak autis, Christopher Sunu (2012) menyatakan
beberapa indikator perilaku komunikasi dan bahasa yang mungkin ada pada anak
autis. Di antaranya adalah ekspresi wajah datar, ridak menggunakan bahasa atau
isyarat tubuh, jarang memulai komunikasi, tidak meniru aksi atau suara,
berbicara sedikit atau tidak ada sama sekali, membeo kata, intonasi bicara
aneh, tampak tidak mengerti kata, serta mengerti dan menggunakan kata secara
terbatas.
Dari sekian banyak
ciri yang tertera di atas, membeo atau ekolalia merupakan ciri utama anak autis
sebagai gangguan kualitatif dalam perkembangan komunikasi. Contoh dari ekolalia
adalah seorang anak autis bisa secara terus menerus mengulang satu kata atau
kalimat atau nyanyian tanpa dimengerti artinya. Ciri ekolalia ini biasanya
dimiliki penyandang autis muda dengan kemampuan verbal. Akan tetapi, ciri
ekolalia bukanlah satu ciri yang penting karena dalam perkembangan anak umum
juga terdapat fase di mana anak mulai bisa meniru dan selalu mengulang kata
yang baru dikenalnya. Untuk membedakannya dengan anak autis, orang tua dapat
mengetahuinya dengan cara apakah anak menyerti arti kata yang didengar atau
diucapkannya.
Selain ekolalia, ciri
lain yang menonjol dan perlu diperhatikan lingkungan anak autis adalah anak
autis memiliki keterbatasan memahami atau menggunakan kata dan hanya
menggunakan atau memahami kata secara harfiah, dengan kata lain anak autis
memiliki keterbatasan dalam memahami kiasan atau sindiran. Karena keterbatasan
inilah, orang tua, guru, dan lingkungan anak autis hendaknya menggunakan
kalimat yang to the point atau langsung pada apa yang dimaksud. Ketika
berbicara dengan anak autis, hindari kalimat yang berbelit atau penuh dengan
kiasan karena anak akan kebingungan mengartikan kalimat yang didengarnya.
Jika dalam suatu
komunikasi dilakukan interaksi dua arah, pada komunikasi anak autis biasanya
dilakukan hanya satu arah. Misalnya, dua orang berkomunikasi seperti biasa
untuk dapat saling memberi dan menerima informasi, tetapi anak autis
berkomunikasi hanya untuk menerima informasi atau memberi informasi. Untuk itu
komunikasi anak autis bukanlah “berbicara dengan” yang melibatkan hubungan dua
arah, melainkan satu arah.
Selain mengetahui
beberapa ciri penting di atas, orang tua hendaknya memiliki pengetahuan
perkembangan bahasa dan komunikasi yang dimiliki anak pada umumnya. Pengetahuan
ini penting karena orang tua bisa membandingkan langsung perkembangan bahasa
dan komunikasi yang dimiliki anak.