- Back to Home »
- Sepotong Inspirasi »
- Perjalanan
Posted by : Fatinah Munir
02 July 2017
Selalu ada banyak hal yang diperbincangkan jika saya dan kawan-kawan mempunyai rencana perjalanan bersama. Memilih tujuan yang semuanya bisa ikut turut, memburu transportasi terbaik, hingga berbagai kesiapan perlengkapan selama perjalanan yang kami kerap saling memudahkan, mengingatkan, dan meminjamkan. Semuanya dilakukan saling bantu demi terwujudnya perjalanan yang terbaik.
Kemudian saat perjalanan usai, rekam kenangan selalu menjadi hal yang dinanti. Menatap setiap jedanya dalam bingkai-bingkai foto, menikmati setiap peristiwa lewat rekaman-rekaman video. Tujuannya biasanya agar bisa mengenang atau diceritakan ulang kepada anak keturunan.
Proses perjalanan ini kemudian berulang pada perjalanan-perjalanan selanjutnya. Menjadi perbincangan yang selalu hangat dikenang, menjadi sebuah kebiasaan yang katanya sekali dicoba maka sulit menghentikannya.
Lalu pada sebuah titik henti, saya berpikir bahwa ada banyak yang tertinggal dari setiap perjalanan yang telah dilakukan, yang semestinya menjadi pengingat pada perjalanan yang sejatinya. Yakni pada setiap jejak perjalanan, semestinya menjadikan penikmatnya seorang yang pandai mempersiapkan diri demi tujuan akhir yang sesungguhnya dicari.
Pada titik henti itulah saya bertanya, pada diri sendiri tentunya, seberapa seringkah saya belajar kembali mempersiapkan diri menuju tujuan sejati?
Surga, itulah satu-satunya tujuan dari perjalanan kehidupan setiap Muslim yang jika bukan karena ingin dikumpulkan di dalamnya bersama orang-orang saleh, maka tidak akan ada rindu pada kematian. Di sanalah perjalanan yang sejatinya sedang kita lewati hendak bermuara.
Tapi kita, terlebih saya, masih banyak lupa untuk memberikan yang terbaik pada perjalanan ini. Seperti halnya perjalanan yang sering dilakukan bersama menuju tempat yang sama, maka pastilah tujuan kita adalah surga terbaik-Nya yang sama.
Beberapa hari setelah bapak pergi, saya sempat bertanya kepada teman yang ahli agama. Bisakah saya mengenali bapak di akhirat kelak? Bagaimana caranya agar saya bisa berkumpul kembali dengan bapak untuk selamanya di surga?
Bisa. Itulah jawab yang saya terima beserta sederet nasihat demi menjadikan perjalanan kehidupan ini sebagai waktu terbaik menuju surga. Dan adalah tetap berjalan pada apa saja yang ditinggal Rasulullah menjadi salah satu nasihatnya.
Mungkin kita sering lupa pada persiapan ini, membincang rencana-rencana jalan-jalan tanpa berbagi harap agar di perjalanan sejati ini bisa bergandengan, membantu pada kebaikan. Mungkin kita sering lupa pada perjalanan sejati ini, sehingga anggaran jalan-jalan melebihi apa yang semestinya disalurkan setiap bulannya pada yang membutuhkan.
Jika surga adalah tujuan, mungkin saatnya memilih teman perjalanan yang menyelamatkan, yang bisa saling memudahkan untuk menginjakkan kaki di taman surga kelak. Lalu menjadikan kedua orang tua sebagai tabungan kebaikan agar kelak tetap bisa mencium tangan keduanya dengan khidmat di tepian sungai-sungai surga yang tak pernah kering airnya. Kemudian memilih pasangan yang bisa diajak berkelana dalam titian pahala sehingga pernikahan yang ada dapat menjadi kendaraan terbaik menujunya, sehingga yang dibangun bukan sebatas rumah tangga melainkan istana di surga.
Semoga kita bisa saling mengingatkan dalam kebaikan hingga kita kelak akan saling mencari jika tidak berjumpa di tujuan; surga. Aamiin.