- Back to Home »
- Sepotong Inspirasi »
- Ciptono, Menginspirasi Indonesia bersama Anak Berkebutuhan Khusus*
Posted by : Fatinah Munir
01 April 2013
Banyak orang
yang mengandalkan rasa belas kasih untuk menunjukkan kepeduliannya pada Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK). Berbeda dengan langkah yang diambil kebanyakan
kalangan, profile muslim yang satu ini bergerak tak sebatas pada modal belas
kasihan, melainkan pada kesadaran bahwa ABK juga memiliki hak yang sama dengan
anak pada umumnya. Melalui kariernya, kini profil muslim yang satu ini fokus
berdedikasi untuk mengangkat ABK di mata masyarakat.
Adalah Ciptono,
seorang guru yang sangat mencintai dunia pendidikan berkebutuhan khusus dan
menjadikan dunianya sebagai ladang dedikasi dan manfaat untuk masyarakat. Pria
berusia 49 tahun ini sukses menginspirasi Indonesia melalui langkah kecilnya pada
pekerjaannya, yakni sebagai guru anak-anak berkebutuhan khusus atau guru SLB.
Kisah hidup pria
yang biasa dipanggil Pak Cip oleh rekan-rekannya ini sejalan dengan salah satu
firman Allah swt. yang tertera dalam surat at-Taubah ayat 105 yang berbunyi, “Dan
katakanlah: ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin
akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan’.”
Dari Garasi
hingga Sekolah 3 Hektar
Dokumentasi pribadi di SLB N Semarang |
Berangkat dari
sebuah tekad dan keinginannya untuk bertotalitas dalam mengabdikan diri pada
anak-anak berkebutuhan khusus, Ciptono memulai perjuangannya dari sebuah garasi
di rumahnya di Semarang. Di garasi inilah segala perjuangan dan kesuksesan
dimulai. Garasi di rumahnya digunakannya untuk membuka kelas belajar bagi
anak-anak berkebutuhan khusus. Tiga tahun lalu, garasi yang digunakannya untuk
mengajar masih dalam proses pengembangan untuk menjadi tempat yang layak
sebagai tempat belajar.
Di tahun yang
sama, Ciptono menerima undangan untuk menjadi bintang tamu di salah satu
stasiun televisi suasta yang mengekspose kegigihan Ciptono dalam mengajar.
Sejak saat itu, bala bantuan berdatangan, mulai dari perorangan hingga
pemerintah Jawa Tengah.
Saat ini, tempat
belajar yang semula hanya berupa garasi sudah berubah menjadi sebuah sekolah
seluas 3 hektar yang bernama SLB Negeri Semarang. SLB itu kini dilengkapi
dengan berbagai macam fasilitas kependidikan hingga terapi untuk anak-anak
berkebutuhan khusus. Tak hanya itu, SLB Negeri Semarang kini menjadi SLB
percontohan bagi SLB-SLB yang ada di Indonesia berkat kegigihan Ciptono dan
rekan-rekan dalam membangunnya.
Guru SLB adalah
Pilihan Terbaik Allah
Guru yang dulu
memiliki cita-cita menjadi dokter ini mendapatkan banyak inspirasi pada dua
kali kegagalannya dalam tes masuk kedokteran. Di usahanya yang ketiga kali,
Ciptono memutuskan memasuki dunia anak berkebutuhan khusus dan mulai membuka
mata dan hatinya atas kehendak Allah swt. “Allah tidak pernah memberikan apa
yang kita inginkan, tapi Allah selalu memberikan yang terbaik bagi kita, “
tukas Ciptono dengan tegas.
Ciptono meyakini
bahwa Allah berkehendak dirinya menjadi guru SLB. Dengan kemauan yang keras,
dedikasi yang tinggi, akhirnya Ciptono bisa menjadi guru SLB dan dipercaya
menjadi kepala sekolah SLB N Semarang sejak 20006-sekarang. Hingga kini Ciptono
telah memegang sejumlah penghargaan karena dedikasinya bersama anak-anak
berkebutuhan khusus, mulai dari penghargaan nasional hingga internasional.
Bagi Ciptono
yang kini menghabiskan waktunya untuk menjadi seorang motivator, anak
berkebutuhan khusus bukanlah produk yang gagal, karena Allah tidak pernah
gagal. “Mereka tidak perlu dikasihani, tetapi perlu diberikan kesempatan. Tugas
mereka adalah memberikan inspirasi kepada yang lainnya,” ujar Ciptono.
Di satu
kesempatan Ciptono pernah mengatakan alasannya mengapa ia memiliki untuk
berkecimpung dengan anak-anak berkebutuhan khusus. Saat diwawancarai di SLB N
Semarang, pria kelahiran Semarang ini mengatakan
bahwa anak-anak berkebutuhan khusus di Indonesia masih menjadi yang
termarjinalkan, sehingga belum menadapatkan perhatian yang luar biasa. Oleh
karena itu, Ciptono mencurahkan hidupnya khusus untuk anak-anak berkebutuhan
khusus.
Melahirkan
Anak-Anak yang Menginspirasi
Sudah banyak
anak-anak berkebutuhan khusus di bawah asuhan Ciptono yang tumbuh menjadi sosok
yang menginspirasi dan mengagumkan. Salah satunya adalah seorang gadis
disabilitas rungu (memiliki keterbatasan dalam pendengaran) bernama Eva yang
berhasil meraih juara 3 dalam lomba modeling se-Indonesia.
Posisi juara 3
yang diraih Eva memiliki kisah tersendiri. Berdasarkan pemaparan Ciptono,
jilbab yang dikenakan Eva menjadikannya menduduki juara 3. Akan tetapi meskipun
meraih juara 3 karena alasan jilbabnya, Eva tidak pernah menyesal dan justru
berkata, “Saya lebih bangga mempertahankan jilbab saya daripada mendapatkan
juara pertama tapi harus melepas jilbab.”
Indonesia
Menginspirasi
Sejak dikenal
masyarakat luas, Ciptono kini menggeluti aktivitas baru sebagai pembicara dan
motivator di sejumlah tempat di Indonesia. Sekarang Ciptono mendiri Indonesia
Menginspirasi, sebuah lembaga yang digunakannya sebagai tempat yang
menginspirasi banyak orang di Indonesia. Melalui anak-anak didiknya, Ciptono
mencoba menginspirasi banyak kalangan di negeri ini, mulai dari para guru,
orang tua anak berkebutuhan khusus, hingga para pejabat dan pengusaha.
berangkat dari
keprihatinan pada publik yang semberaut lahirlah Indonesia Menginspirasi ini.
Dengan mengajak anak berkebutuhan khusus yang berprestasi sejak 2009, Indonesia
Menginspirasi telah mendapatkan apresiasi dan bantuan financial dari mahasiswa
hingga pemerintah.
Kesibukan
Ciptono di luar sekolah tidak lantas membuatnya melupakan amanahnya sebagai
kepala sekolah. “Kuncinya koordinasi, kebersamaan, dan komunikasi dengan semua
rekan dan guru yang ada di SLB Negeri Semarang ini,” Ciptono menjelaskan
bagaimana caranya mengatur waktu.
“Setiap dasarnya
anak adalah unik. Karena keunikannya itulah maka anak itu berbeda-beda.
Anak-anak itu semuanya cerdas di bidangnya masing-masing. Sekecil apapun
potensinya, harus kita hargai dengan mendidik mereka sebagaimana anak pada
umumnya,” papar Ciptono sebagai pesan penutupnya.
(*) Tulisan ini pernah dimuat di muzakki.com