Posted by : Fatinah Munir 13 March 2013




"Mengapa Ayah berbeda?"

"Apa maksudmu?"

"Mengapa Ayah tidak seperti yang lain?"

"Yeah, tapi apa maksudmu?"

"Iya, mengapa Ayah berbeda dengan yang lainnya? Apakah terjadi ini takdir Tuhan? Atau sebuah kecelakaan?"

"Maaf, maafkan aku. Maafkan aku."

"Ayah tidak perlu begitu. Aku beruntung memiliki Ayah sepertimu, karena tidak ada Ayah lain yang mengajak anaknya ke taman hampir setiap sore." 

Pembuka catatan ini adalah satu dialog antara orangtua dan anaknya yang berusia tujuh tahun dalam sebuah film drama berjudul I am Sam (Love is All You Need) yang pernah saya tonton. Um, sebenarnya saya lebih sering mengonsumsi film kolosal (perang, sejarah, dan action), tapi berhubung ini adalah film drama yang pertama kali saya tonton dengan "sadar" dan kandungan film ini sangat bagus, maka saya ingin berbagi tentang film ini kepada teman-teman.



Film ini dibuka dengan adegan Sam yang sedang bekerja di Starbucks Coffee. Di awal film ini, penonton disajikan keautistikan Sam yang meletakan seluruh barang dengan jarak dan posisi yang sama. Selain itu, Sam juga meletakkan bubuk krim kopi berdasarkan warna yang sama sekalipun dia sedang menyapa para pelanggan yang datang.

Di saat Sam sedang menikmati pekerjaannya, atasan Sam yang bernama George (Bobby Cooper) memberitahukan bahwa Rebecca (Caroline Keenan), wanita tunawisma yang tinggal bersama Sam dan sedang mengandung anak Sam, sedang dalam proses melahirkan. Dengan penuh antusias sekaligus khawatir, Sam meninggalkan tempat kerjanya dan menemui Rebecca.

Tak lama setelah Sam datang, Rebecca melahirkan seorang anak perempuan. Lucy Diamon Dawson adalah nama yang diberikan Sam kepada anaknya. Nama ini diambil dari lagu Lucy in The Sky With Diamons yang dipopulerkan oleh The Beatles, grup musik rock pop kesukaan Sam. Kisah ini dilanjutkan dengan perginya Rebecca setelah melahirkan. Di scene berbeda, Sam mengatakan bahwa Becca, begitulah panggilan Rebecca, tidak ingin memiliki anak dari Sam dan dia hanya membutuhkan tempat untuk tidur.

Kepergian Becca menjadikan Sam sebagai single parent di tegah keterbatasannya. Sam tidak bisa mengenakan popok Lucy dengan benar dan kebingungan ketika Lucy kecil selalu terjaga dari tidurnya dan menangis di tengah malam. Yang ada di pikiran Sam hanya satu, semua nampak sangat kecil.

Beruntung Sam memiliki seorang tetangga bernama Annie (Dianne Wiest). Wanita paruh baya yang sering mendengarkan tangisan Lucy. Annie mengajarkan Sam bagaimana caranya merawat bayi. Annie yang memahami keterbatasan Sam mengajarkan bagaimana Sam harus mengatur pemberian susu untuk Lucy. Untuk memudahkan Sam, Annie memberitahu bahwa Sam harus memberi susu kepada Lucy berdasarkan jam tayang kartun-kartun yang ada di Nickelodeon.

Lucy tumbuh menjadi anak yang sehat. Sam selalu membawanya bekerja. Namun, Lucy menjadi kendala ketika ia semakin besar. Hingga akhirnya Sam memohon kepada Annie untuk dapat menjaga Lucy selama ia bekerja.

Dalam drama ini, tidak hanya Sam yang digambarkan sebagai tokoh dengan disabilitas. Masih ada empat orang teman Sam yang memiliki disabilitas, yakni Robert, Joe, Wali, dan Brad. Keautistikan kelima sahabat ini digambarkan dengan kebiasan mereka yang tak pernah berubah selama bertahun-tahun. Setiap hari Rabu adalah hari mereka makan di IHOP, menonton video di setiap Kamis malam, dan pergi berkaraoke bersama setiap Jumat. Dan kebiasaan ini pun masih dilakukan meski sudah ada Lucy di antara mereka.

Selain hal di atas, setiap malam Sam juga selalu membacakan Lucy sebuah cerita anak berjudul Telur Hijau dan Ham (Green Egg dan Ham). Berulang kali buku itu dibacakan oleh Sam dengan penuh semangat. Saya sendiri menilai bahwa muatan kata dalam buku tersebut masih dalam kategori mudah dan Sam dapat dengan mudah menguasainya–mungkin juga sudah menghapalnya di luar kepala.

Tak hanya kasih sayang dari Sam, Lucy juga menerima limpahan kasih sayang dari keempat sahabat Sam. Mereka pergi bersama untuk membeli sepatu sekolah Lucy. Saat ingin membayar bill-nya, ternyata Sam kekurangan uang. Selayaknya orang yang normal pada umumnya, dengan sigap sahabat-sahabat Sam mengumpulkan uang yang mereka punya untuk membantu Sam membayar sepatu yang diinginkan Lucy.

Di sekolah barunya, Lucy tumbuh menjadi anak yang cerdas. Hal inilah yang mejadi masalah dalam kisah ini. Lucy yang memiliki kemampuan intelejensi di atas rata-rata anak seusianya, membuat banyak orang meragukan Sam yang memiliki kemampuan intelejensi tidak lebih dari anak tujuh tahun untuk tetap merawat Lucy.

Melalui lukisan karya Lucy yang di dalamnya terdapat gambar Lucy yang jauh lebih besar dari Sam, guru Lucy melihat sikap pembatasan diri Lucy di kelas. Bermula dari sinilah, banyak orang yang mengkhawatirkan kelangsungan hidup, lebih tepatnya proses tumbuh kembang kecerdasan Lucy, jika Lucy tetap tinggal bersama Sam. Untuk menindaklanjuti masalah ini, hak asuh Lucy pun dimasukkan ke dalam pengadilan. Dan selama kasus ini berlangsung, Lucy tinggal di Departemen Layanan Anak dan Keluarga. Sam hanya diperbolehkan bertemu dengan Lucy dua kali seminggu dengan intensitas waktu dua jam di setiap pertemuan.
  
Melalui kasus ini Sam bertemu dengan Rita Harrison (Michelle Pfeiffer), seorang pengacara terkenal yang sombong dan angkuh. Mulanya Rita tidak ingin menolong Sam karena ketidakmampuan Sam untuk membayar Rita. Tapi karena terjebak oleh kesombongannya sendiri, Rita akhirnya melakukan pro bonno (membantu atau gratis) untuk kasus Sam.

Banyak sekali hambatan yang dialami Sam dan Rita untuk menjalankan sidang hak asuh Lucy. Salah satunya adalah tidak adanya saksi yang layak untuk mengatakan di hadapan hakim dan negara bahwa Sam layak merawat Lucy meski dia seorang berketerbelakangan mental.

Di tengah keputusasaannya menunggu sidang akhir, Sam mengurung diri di kamar dan tidak ingin bertemu dengan Rita. Karena kesal dengan sikap kekanak-anakan Sam, Rita mencaci maki Sam bahwa Sam tidak bisa menghargai dirinya sebagai pengacara yang sudah membantunya tanpa bayaran. Dengan lugu Sam menjawab cacian Rita bahwa Rita tidak mungkin mengerti kesedihan Sam karena nasib Rita tidak seburuk Sam. Mendengar jawaban Sam, Rita menangis karena Sam tidak mengetahui kehidupan Rita yang sebenarnya.

Rita memang pengacara dan ibu muda yang sukses. Rumah Rita sangat besar dan memiliki barang-barang mewah. Akan tetapi, semua itu tidak berarti bagi Rita karena suaminya adalah seorang lelaki yang suka selingkuh dan anaknya, Willy, membencinya karena dia terlalu sibuk di luar dan tidak pernah memerhatikan Willy.

Selama menonton film ini, emosi penonton dibuat meletup-letup karena kepolosan seorang ayah berketerbelakangan mental dan keangkuhan orang-orang "normal" yang menganggap seorang disabilitas tidak layak menjadi orang tua. Selama saya menonton film ini, tanpa terasa saya menangis dan kadang tertawa oleh percakapan Sam dan Lucy yang lebih mirip percakapan anak sesama tujuh tahun dibandingkan dengan percakapan antara ayah dan anak.

Dari film ini, saya menilai betapa bijak dan dewasanya Lucy kecil di tengah kehidupannya yang berbeda dengan teman sebayanya. Lucy enggan membacakan sebuah buku yang di dalamnya memuat kata “different”. Lucy mengerti bahwa isi buku tersebut menceritakan tentang perbedaan yang terjadi dalam kehidupan manusia, termasuk tentang keadaan ayahnya yang seorang penyandang disabilitas.

Seperti yang sudah saya paparkan di awal bahwa Sam memiliki empat sahabat sesama penyandang disabilitas dan Lucy pun ikut bersahabat dengan mereka. Begitu menyentuh ketika sahabat-sahabat Sam datang ke pengadilan dan membawa poster bertuliskan “Free Lucy Dawson” untuk mendukung Sam. Salah satu di antara mereka berkata bahwa mereka menyayangi Lucy. Adegan ini seakan ingin memberitahukan penonton bahwa penyandang disabilitas juga memiliki rasa kasih sayang dan mengerti mengenai hak-hak mereka.

Yang membuat film ini begitu menyentuh hati saya adalah ketika penonton disajikan kehidupan "Si Cacat" Sam dan "Si Normal" Rita yang saling bertolak belakang. Dari sini saya belajar bahwa kebahagiaan tidaklah sebatas harta dan tahta, tapi bagaimana kita menyikapi kasih sayang keluarga sederhana dan "berkekurangan" menjadi hal yang istimewa dan berharga.

Sisi lain dari film ini juga menjelaskan bahwa betapa perlunya para orang tua melimpahkan perhatian kepada anak mereka. Limpahan kasih sayang orang tua ini berimbas pada sikap anak kepada orang tua, seperti Lucy yang begitu menyayangi Sam dan keterbatasannya. Dan Willy, anak Rita, justru membenci Rita yang selalu lembur di kantor. Sam mengajarkan banyak hal kepada Rita dan penonton bahwa kasih sayang adalah hal terbesar yang harus dimiliki seorang anak. Sama seperti subjudul film ini, Love is All Need. Cinta adalah kebutuhan semua orang, terutama seorang anak.

Saya tidak ingin menikmati keindahan film ini sendirian. Saya ingin memberitahukan kepada teman-teman saya bahwa film I am Sam (Love is All Need) sangat menginspirasi siapapun yang menontonnya. Di samping itu, dengan film ini saya ingin memperkenalkan sekaligus menjadikannya cerminan atas kehidupan seorang disabilitas. 

Film berdurasi 139 menit ini tak sekadar mengajak penontonnya tertawa dan menangis. I am Sam (Love is All You Need) juga menyisipkan pesan yang luar biasa kepada penontonnya, sehingga film ini patut ditonton oleh seluruh kalangan, baik pendidik, orang tua, anak, dan masyarakat awam untuk mengetahui arti cinta yang sesungguhnya.

Menjadi orang tua adalah tentang kesetiaan, tentang kesabaran, dan tentang mendengarkan. Dan tentang berpura-pura mendengar, bahkan ketika kau tidak bisa mendengar lagi. Dan juga tentang cinta.”[SAM]

{ 6 komentar... read them below or Comment }

Terima kasih atas komentarnya :)

You are The

Hallo Happy Readers!

Hallo Happy Readers!
Selamat datang di blog pribadi saya. Di blog ini teman-teman akan membaca tulisan-tulisan saya seputar pendidikan, kedisabilitasan dan inklusivitas, pengalaman mengajar, dan tulisan-tulisan lainnya yang dibuat atas inspirasi di sekitar saya. Semoga tulisan dalam blog ini bermanfaat dan menginspirasi pada kebaikan. Selamat membaca!

Contact Me

@fatinahmunir

fatinahmunir@gmail.com

Educator | Writer | Adventurer

Berbakti | Berkarya | Berarti

My Friends

- Copyright © Fatinah Munir -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -