Posted by : Lisfatul Fatinah 09 March 2012

Anak tunarungu memiliki beberapa dampak negatif dari ketunarunguannya. Dampak-dampak negatif yang nantinya menjadi karakteristik anak tunarungu ini adalah:

  1. Miskin kosakata: karena tidak memiliki kesepakatan komunikasi seperti anak normal pada umumnya, anak tunarungu menjadi miskin kosakata.
  2.  Terganggu berbicaranya: kemampuan pendengaran anak tunarungu yang tidak seperti anak normal pada umumnya menyebabkan anak tunarungu tidak dapat mengenal kata dan memiliki gangguan dalam berbicara.
  3.  Dalam berbahasa dipengaruhi emotional atau visual order: anak tunarungu lebih memaksimalkan kemampuan pengelihatannya dalam berkomunikasi, sehingga tak heran jika anak tunarungu cenderung memerhatikan.
  4. Cenderung pemata: anak tunarungu lebih mengandalkan kemampuan pengelihatannya untuk memahami lawan bicaranya. Biasanya anak tuarungu lebih memerhatikan gerak bibir lawan bicaranya dalam berkomunikasi.
  5. Bahasa merupakan hasil interaksi mereka dengan hal-hal yang konkret: dalam berbahasa dan berkomunikasi dengan anak tunarungu diutamakan hal-hal konkret, sehingga komunikasi dapat dipraktikan dan dijelaskan dengan benda nyata. Jadi, anak tunarungu cenderung sulit diajak berkomunikasi tentang hal-hal abstrak di luar logika yang tidak ada contoh nyatanya seperti tentang Tuhan, malaikat, surga, dan neraka.
  6. Egosentris anak tuanrungu lebih besar dibandingkan dengan anak dengar: karena kurang memnguasai kosakata dan kesepakatan bahasa, anak tunarungu cenderung tidak memahami apa yang terjadi dengan sekitanya. Hal inilah yang membuat anak tunarungu miliki tingkat keegoisan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak dengan pendengaran normal pada umumnya.
  7. Impulsif: karena tidak menguasai bahasa sebagaimana anak normal pada umumnya, anak tunarungu cenderung impulsif (bertindak tanpa peduli dampaknya).
  8.  Kaku (rigidity): anak tunarungu cenderung pendiam dan terkesan kaku. Padahal, hal ini dikarenakan ketidakmampuan anak tunarungu dalam berkomunikasi, sekalipun anak tunarungu ini sudah diajarkan berkomunikasi dengan bahasa isyarat atau gerak bibir.
  9. Sifat lekas marah dan mudah tersinggung: dampak atau karakteristik ini masih berhubungan dengan dampak-dampak di atas. Anak tunarungu menjadi lekas marah (temperamental) dan mudah tersinggung karena mereka kurang menguasai komunikasi dan kesepakatan bahasa sebagaimana anak dengan pendengaran normal pada umumnya.
  10. Polos: anak tunarungu kurang mampu menjaga perasaan dan rahasianya. Jadi, apa yang dirasakan oleh anak tunarungu (sekalipun itu hal yang sangat privasi) biasanya dengan polosnya diungkapkan pada lawan bicaranya.
  11. Sering berada dalam keadaan ekstrem tanpa banyak nuansa: karekteristik terakhir ini hampir mirip dengan “kaku (rigidity)”. Karena memiliki keterbatasan bahasa, anak tunarungu lebih sering tidak mengerti keadaan sekitarnya, sehingga terkesan cuek.

Leave a Reply

Terima kasih atas komentarnya :)

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

You are The

Hallo Happy Readers!

Hallo Happy Readers!
Selamat datang di blog pribadi saya. Di blog ini teman-teman akan membaca tulisan-tulisan saya seputar pendidikan, kedisabilitasan dan inklusivitas, pengalaman mengajar, dan tulisan-tulisan lainnya yang dibuat atas inspirasi di sekitar saya. Semoga tulisan dalam blog ini bermanfaat dan menginspirasi pada kebaikan. Selamat membaca!

Contact Me

@fatinahmunir

fatinahmunir@gmail.com

Educator | Writer | Adventurer

Berbakti | Berkarya | Berarti

My Friends

- Copyright © Fatinah Munir -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -