- Back to Home »
- Sepotong Inspirasi »
- My Hijab Story: Mengapa Peduli Jilbab?
Posted by : Fatinah Munir
25 July 2019
“With my veil I put my faith on display—rather than my beauty. My value as a human is defined by my relationship with God, not by my looks. I cover the irrelevant. And when you look at me, you don’t see a body. You view me only for what I am: a servant of my Creator. You see, as a Muslim woman, I’ve been liberated from a silent kind of bondage. I don’t answer to the slaves of God on earth. I answer to their King.”(Yasmin Mogahed, Reclaim Your Heart: Personal Insights on Breaking Free from Life's Shackles)
Pandangan Pertama
Peduli Jilbab.
Nama inilah yang saya temukan di balik postingan berdesain girly dan penuh nasihat yang sering saya
baca di media sosial. Setelah mencari tahu lebih banyak tentang gerakan ini hal pertama yang ada di
benak saya adalah gerakan ini bukan sekadar gerakan kepedulian membagikan atau
mengedukasi jilbab syar’i, melainkan adalah gerakan memberdayakan muslimah
sesuai kodratnya. Di sini saya melihat bagaimana muslimah diajak untuk mengamalkan
perintah Allah SWT, tetap produktif, bermanfaat, dan menginspirasi banyak orang
kepada kebaikan.
Di sinilah saya melihat Peduli Jilbab seperti menjadi
sebuah jawaban untuk kalangan-kalangan yang menyebut bahwa Islam mengekang,
mengeksploitasi, dan merenggut hak-hak perempuan. Sebab melalui
aktivitas-aktivitas Peduli Jilbab, masyarakat luas semestinya bisa melihat bagaimana
muslimah tetap bebas di bawah ketentuan-ketentuan yang Allah SWT Berikan.
Dengan Peduli Jilbab semestinya masyarakat juga tahu bahwa banyak muslimah yang melejit
prestasinya, bermanfaat untuk banyak orang, tetapi tetap mengutamakan taat
kepada Allah SWT.
Saat itu entah mengapa belum ada rasa ingin bergabung secara
resmi dalam gerakan ini. Kalau saya ingat-ingat lagi, sepertinya yang membuat
saya belum mencari tahu cara bergabung dengan Peduli Jilbab karena saya sedang
berdomisili di luar Jakarta dan tidak tahu akan sampai kapan meninggalkan
Jakarta. Jadi saat itu bisa dibilang saya hanya memposisikan diri sebagai supporter.
Saya ikuti setiap postingan Peduli Jilbab di media sosial, ikut meramaikan
postingan dengan hashtag tertentu di agenda-agenda tertentu, ikut memposting
ulang di WhatsApp Story, termasuk beberapa kali ikut agenda offline seperti GEMAR (Gerakan Menutup
Aurat) yang diadakan setiap tahun.
Getaran Pertama
Ada momen yang paling berkesan untuk saya saat mengikuti
salah satu agenda Peduli Jilbab. Yakni pada GEMAR 2018. Saat itu saya bergabung
atas nama Kitainklusi, komunitas yang saya bangun bersama teman-teman guru
pendidikan khusus. Pada tahun itu saya ingin “coba-coba” melihat seberapa besar
teman-teman disabilitas muslim mengenal Islam, ingin tahu bagaimana antusiasme
mereka, termasuk mengobservasi aksesibilitas dakwah terhadap teman-teman
disablitas. Akhirnya bersama Kitainklusi, teman-teman hambatan pengelihatan,
dan teman-teman tuli, saya ikut andil dalam GEMAR 2018.
Tidak banyak kontribusi yang bisa kami berikan kepada
GEMAR 2018 dan justru sepertinya kami memberikan kendala tambahan saat pelaksanaan. Salah satunya adalah terhambatnya komunikasi saat membagikan jilbab gratis kepada pengguna Car Free Day, karena teman-teman tuli hanya bisa berkomunikasi dengan bahasa isyarat
dan tidak banyak relawan interpreter (penerjemah bahasa isyarat). Tapi, Alhamdulillah, GEMAR 2018 ini seperti mile stones buat teman-teman tuli dan hambatan pengelihatan yang hadir untuk
memperoleh akses dakwah yang setara ke depannya. Sejak saat itu
teman-teman tuli jadi semakin semangat belajar Islam, beberapa kajian-kajian
keislaman mulai menyediakan interpreter, dan teman-teman tuli juga ikut anbil
besar dalam projek Hijrah Fest pertama sehingga keberadaan teman-teman
disabilitas muslim semakin tampak oleh umat. Alhamdulillah. Laa haula wa laa quwwata illa billah.
Momen
GEMAR 2018 ini tidak hanya mempengaruhi dakwah bagi teman-teman disabilitas tapi
juga mendorong saya untuk ikut terlibat lebih jauh lagi dalam gerakan ini. Saya ingin ikut andil langsung dalam projek akhirat ini. Mengingat sejak kuliah dulu saya sering sekali ikut dalam aktivitas sosial yang berhubungan dengan keduniaan dan sekarang juga ingin berkontribusi dalam dakwah Islam.
Saya pun mulai bertanya kepada teman-teman yang sudah menjadi pengurus Peduli Jilbab terkait penerimaan anggota tim baru. Sayangnya, saat itu teman saya belum tahu kapan akan ada pendaftaran menjadi anggota baru Peduli Jilbab. Di tambah lagi ternyata pendaftaran anggota baru ternyata hanya dibuka per dua tahun. Agak sedih, sih, saat itu. Tapi mungkin memang Allah SWT belum Mempercayai saya atau Menilai kalau saya belum cukup layak untuk menjadi bagian dari Peduli Jilbab.
Saya pun mulai bertanya kepada teman-teman yang sudah menjadi pengurus Peduli Jilbab terkait penerimaan anggota tim baru. Sayangnya, saat itu teman saya belum tahu kapan akan ada pendaftaran menjadi anggota baru Peduli Jilbab. Di tambah lagi ternyata pendaftaran anggota baru ternyata hanya dibuka per dua tahun. Agak sedih, sih, saat itu. Tapi mungkin memang Allah SWT belum Mempercayai saya atau Menilai kalau saya belum cukup layak untuk menjadi bagian dari Peduli Jilbab.
Teman-teman tuli yang ikut berpartisipasi dalam GEMAR 2018 sedang saling menyimak terjemahan bahasa isyarat dari orasi dan tausiyah yang diberikan |
Satu Tahun Penantian;
Kesempatan dan Kesiapan
Karena sudah sangat ingin bergabung, sejak saat itu saya langsung mengaktifkan notifikasi postingan instagram Peduli Jilbab meskipun harus menunggu satu sampai dua tahun untuk munculnya sebuah postingan perekrutan anggota tim baru. Sekilas tampak seperti sebuah ambisi, tapi saya lakukan ini demi mendapatkan kesempatan yang kalau tidak saya dapatkan di tahun pembukaan pendaftaran tersebut maka saya harus menunggu dua tahun lagi.
Dalam salah satu buku yang pernah saya baca, saya lupa
judul dan penulisnya, dikatakan bahwa apa yang terjadi pada diri kita pada
dasarnya ada di antara kesempatan dan kesiapan. Ketika Allah SWT memberikan
kesempatan tapi kita belum siap atau layak, maka sesuatu tidak akan terjadi.
Begitupun sebaliknya, ketika sudah ada ada kesiapan dan kelayakan tapi Allah SWT
belum memberikan kita waktu untuk memiliki atau melakukan sesuatu, maka sesuatu
itu tidak akan terjadi.
Berada di antara kesempatan dan kesiapan ini membuat saya
harus memaksakan diri untuk siap ketika ada kesempatan mendaftar menjadi bagian
Peduli Jilbab. Memperbaiki
diri lagi dan lagi adalah satu-satunya cara yang bisa saya lakukan. Bukan hanya
demi memantaskan diri dengan Peduli Jilbab, tapi juga sebagai bentuk syukur
atas nikmat ilmu, iman, dan islam yang Allah SWT Berikan.
Bertemu
Siang itu di sela-sela istirahat mengajar, ada sebuah
notifikasi dari akun instagram Peduli Jilbab. Alhamdulillah, perekrutan anggota
tim baru telah dibuka. Saya sengaja meluangkan waktu sore hari, pulang
terlambat demi mengisi formulir seleksi keanggotaan yang cukup detail di hari pertama perekrutan.
Alhamdulillah. Saat pengumuman kelulusan seleksi, yang
saat itu saya lupa sekali kalau hari itu adalah pengumumannya, Alhamdulillah ada
nama saya di daftar calon anggota. Senyum sendiri. Senang. Bersyukur. Saya menantikan masa-masa berjuang bersama muslimah-muslimah lainnya. Membayangkan
apa saja yang bisa saya berikan di jalan dakwah ini.
Rencana-Rencana Saat Bersama
Seperti
seseorang yang menanti jodoh terbaik dari Allah SWT, pasti ada banyak rencana-rencana kolaborasi
kebaikan yang akan dilakukan ketika berjumpa dan berada dalam ikatan halal nantinya.
Begitu juga ketika menantikan menjadi bagian dari anggota tim Peduli Jilbab,
ada beberapa rencana yang ingin saya lakukan bersama Peduli Jilbab. Tidak
banyak dan tidak wah memang, karena
keterbatasan ilmu dan kemampuan saya. Tapi semoga yang sederhana ini bisa
menjadi amal jariyah bagi saya dan jalan hidayah bagi muslimah-muslimah di luar sana.
Jika Allah SWT takdirkan saya berjodoh dengan Peduli
Jilbab, saya berharap bisa
terlibat dalam aktivitas berbagi ilmu dengan muslimah lainnya, terutama dalam hal
pendidikan dan parenting. Mungkin bisa dimulai dari hal sederhana
seperti bagaimana menikmati kodrat sebagai muslimah, calon sekolah pertama
untuk anak-anaknya yang harus cerdas, sehat, dan tetap menjaga penampilan.
Di
samping itu, dengan menjadi bagian Peduli Jilbab saya berharap dakwah Islam
dapat tersampaikan secara menyeluruh kepada teman-teman disabilitas muslimah di
luar sana. Contoh awalannya adalah dengan menyediakan interpreter di
kajian-kajian kemuslimahan yang diadakan Peduli Jilbab agar dakwahnya bisa ikut
dinikmati oleh teman-teman tuli. Dan dalam jangka panjang, berharap sekali
setiap aktivitas dakwah bisa melibatkan teman-teman disabilitas, membahas fikih disabilitas, dan hingga mengenalkan sosok-sosok teman disabilitas inspiratif yang dekat dengan al-Qur'an, sunnah, dan dakwah. Semoga Allah
SWT Lancarkan.^^
Ketika Allah SWT Membersamakan saya dengan Peduli Jilbab, saya juga berharap bisa mejadi bagian dari
yang mendorong muslimah untuk terus produktif berkarya dan menebarkan manfaat
ilmu keduniaan untuk banyak muslimah lainnya. Misalnya berbagi ilmu
sesuai keprofesian masing-masing, seperti berbagi ilmu kependidikan khusus dari
saya yang berprofesi sebagai pengajar anak-anak berkebutuhan khusus, berbagi
ilmu manajemen keuangan dari tim yang berprofesi di bidang tersebut, bagi yang mempunyai pola hidup zero waste bisa membahas zero waste dari sudut pandang Islam, dan
sebagainya.
Selanjutnya, saya berharap bisa membantu Peduli Jilbab di
bidang literasi untuk keperluan internal tim maupun berbagi ilmu dengan muslimah pada umumnya. Pengalaman saya
dalam bidang literasi mungkin tidak banyak, tapi kecintaan saya pada bidang ini
membuat saya sangat menikmati prosesnya. Lalu saya berpikir di mana pun saya berada,
sepertinya kemampuan inilah yang bisa saya kontribusikan dengan segenap
perasaan senang dan syukur saya. Misalnya ketika Peduli Jilbab membutuhkan
penulis artikel atau konten, insya Allah, saya akan mengambil bagian dari
amanah ini.
Tidak banyak yang bisa saya berikan secara pribadi kepada Peduli Jilbab. Tapi melalui rencana-rencana di atas, saya berharap bisa terus berkolaborasi dalam kebaikan-kebaikan yang insya Allah akan menjadi salah satu sebab kita berjumpa di surga-Nya kelak. Allahumma aamiin.
Lisfatul Fatinah Munir | 25 Juli 2019