Posted by : Lisfatul Fatinah 13 February 2019


Antara Memanjakan Lelah dan Mengkhianati Usaha

No matter how you feel, get up, dress up, show up, and never give up.
(Anonymous)

Setiap manusia pasti punya harapan dan target yang mesti dicapai, sekecil apapun harapan dan target itu. Kemudian, setiap usaha pasti akan dilakukan untuk mencapai harapan dan target tersebut. Biasanya segala cara akan dilakukan, baik atau buruk, cepat atau lambat. Semuanya punya porsi dan versi masing-masing dalam melakukan yang terbaik untuk mewujudkan target-targetnya.

Saya juga begitu. Saya punya target dan harapan hidup yang saya yakini baik untuk urusan dunia dan akhirat saya. Lalu saya mulai merancang apa saja yang harus saya lakukan untuk mencapai apa yang sudah saya targetkan. Mulai dari usaha paling kecil dan remeh temeh sampai usaha yang paling serius hingga harus mengorbankan waktu, tenaga, dan dana.

Well, bisa dibilang saya sedang di tahap itu. Di tahap melakukan usaha terbaik saya untuk mencapai apa yang saya inginkan. Tidak peduli apa yang ada di hadapan, pokoknya semuanya saya terjang. Selama masih dalam jalan yang diridhoi Allah, saya jalankan meskipun harus mengorbankan banyak hal di saat ini. Sampai-sampai saya pernah mendapat komentar “Kenapa harus seambisius itu sih melakukannya?”

Bukan, ini bukan ambisi. Ini tujuan yang saya punya dan beginilah semestinya saya memperjuangkannya. Begitu kira-kira tanggapan saya.

Kemudian di tengah semangat berjuang meraih yang saya inginkan, tiba-tiba muncul sesuatu yang paling sangat saya takutkan, yaitu lelah. Iya, merasa lelah adalah hal yang paling tidak saya sukai. Saya takut merasa lelah dan memilih untuk berhenti di tengah usaha saya. Dan hal itu benar terjadi pada diri saya.

Jadi, salah satu usaha yang saya lakukan untuk mencapai target saya adalah dengan menyelesaikan membaca beberapa jurnal dan referensi dengan cepat. Pada salah satu referensi penting yang saya punya, saya sudah membaca hingga halaman 797. Masih ada puluhan halaman lagi di baliknya dan saya tidak punya sedikitpun niatan untuk mengintip isi halaman-halaman tersebut.

Setelah berhari-hari mencoba memahami isi tulisan dan merangkumnya dalam poin-poin penting, saya merasakan sedikit jenuh dan sempat bergumam, “Kapan sih tulisan ini selesai dibaca?”

Setelah itu, sedikit demi sedikit saya mulai mengurangi jam membaca. Bahkan melihat nomor halaman ini rasanya lelaaaaaah sekali. Jenuh dengan rutinitas yang mengambisi. Lalu memutuskan berdiam diri, menikmati lelah di pikiran juga badan.

Tanpa saya sadari, saya tidak menyentuh hal-hal yang berhubungan dengan target saya selama beberapa pekan. Benar-benar tidak ada hari dengan membaca, menganalisa, merangkum, dan semacamnya. Semua aktivitas itu perlahan menghilang dan saya memutuskan bermalas-malasan. Huaaaa…. Padahal kalau mau sadar lebih awal, deadline dari target ini semakin mendekat dan harus segera dikejar. Ya mau bagaimana lagi, lelah sudah menjadi lelah dan saya sudah menjaga jarak dari target saya. Hiks T_T

Nah, setelah semangat saya melemah beberapa minggu, di suatu sore saya memutuskan untuk kembali memulai. Saya lanjutkan target membaca dan ternyata halaman ini berakhir di angka 800, kemudian diakhiri summary serta daftar referensi yang berlembar-lembar. Hanya 3 halaman. Iya. Ternyata hanya 3 halaman lagi bacaan saya selesai sebelum saya memutuskan berhenti bersama lelah yang hampir-hampir mengumpat pada hasil yang belum terlihat.

Rasanya ingin menjerit saat itu juga. Justru mau memarahi diri sendiri ketimbang menggerutui proses yang belum terlihat hasilnya. Tepat sebelum membaca summary, rasanya ingin membentak diri sendiri. Kenapa harus sedini itu berhenti? Mengapa tidak bertahan sedikit lagi agar bisa melanjutkan banyak hal dan mendapatkan progres yang maksimal? Duh Gusti…, bodohnya diri ini yang sempat memutuskan berhenti karena alasan lelah dan jenuh dengan perjalanan :C

Instrospeksi Diri; Karena Tidak Ada yang Terlambat Selama Mau Segera Memperbaiki Diri

Saat selesai membaca, saya sempat diam sebentar. Memutar ulang kejadian, mengingat-ingat rasa malas dan lelah yang saya manjakan. Lalu saya terpikirkan, mungkin ini nih yang membedakan si hebat dengan si pecundang. Yaitu ketahanan dalam menuju tujuan.

Sejujurnya saya menyesal dan kesal kepada diri sendiri. Mengapa saya harus memanjakan kelelahan saya? Kenapa saya tidak mencoba bertahan lebih lama lagi, tiga halaman lagi saja. Cuma pertanyaan kenapa dan kenapa yang keluar dari mulut saya sebagai kekesalan atas keputusan yang saya ambil.

Lebih jauh lagi, ini bukan hanya perkara mengizinkan diri berleha-leha menikmati lelah, tetapi tentang usaha yang sudah dilakukan hingga tiba di titik sekarang. Saya jadi sedih dan merasa bersalah kepada sendiri kalau ingat usaha yang saya lakukan selama berbulan-bulan belakangan. Perjalanan panjang yang saya lakukan sampai saya ada di posisi saat ini, sebelum rasa lelah itu singgah.

Memutuskan memanjakan lelah selama berminggu-minggu itu jadi seperti sebuah pengkhianatan kepada usaha saya, diri sendiri, dan impian yang saya targetkan selama bertahun-tahun lamanya. Jika saya berkhianat pada diri saya sendiri, saya bisa memperbaikinya dengan memaafkan diri saya sendiri dan memperbaiki diri sedini mungkin, Tapi bagaimana jika saya mengkhianati usaha sendiri dan impian-impian yang sudah saya punya? Buat saya pribadi, saya seperti seorang yang tidak bersyukur sama sekali, bahkan atas usaha yang saya lakukan sendiri.

Di sini saya pikir mungkin Allah SWT sedang Mengajarkan kepada saya cara untuk menghargai diri sendiri, menghargai usaha, dan juga impian-impian yang sudah berani kita ungkapkan kepada Allah SWT melalui doa-doa panjang di setiap akhir shalat, di setiap kesempatan kita sendirian. Mungkin di sini Allh SWT sedang mengajarkan bahwa apa yang sudah saya hadapi saat ini, tidak luput dari apa yang sudah saya lalui. Bukan tentang bagaimana hasil dari usaha yang telah dilalui, tetapi tentang bagaimana menghargai segala perjuangan, lelah, dan usaha selama ini.

Jika kita mengenal tidak ada hasil yang mengkhianati usaha, maka mencoba menyerah, memanjakan lelah adalah bentuk mengkhianati usaha sebelum hasilnya kita peroleh. Ini jauh lebih memalukan daripada menggerutui hasil yang tidak sesuai harapan.

Mungkin perlu belajar bertahan lebih lama, meskipun sedikit. Mungkin perlu belajar bersabar lebih dalam, meskipun tak nyaman. Mungkin perlu lebih sering mengingat langkah pertama yang pernah dilakukan hingga berada di titik sekarang. Seperti sabar yang bukan berarti berdiam, melainkan melakukan usaha maksimal dalam setiap kebaikan yg sedang diperjuangkan. Bersabar dengan kesabaran terbaik, demi tujuan yang diidamkan. Itu katamu waktu itu dan semestinya tetap diingat hingga sekarang.

Jadi dari kesalahan ini saya belajar tidak apa jika lelah. Silakan beristirahat seperlunya. Tapi jangan pernah berpikir untuk berhenti dan memanjakan lelah dengan hendak menyerah. Karena jika itu terjadi, maka itu artinya kita telah menyakiti usaha-usaha yang telah dilakukan, mencemooh doa-doa yang telah dilangitkan, dan meremehkan kuasa Allah SWT yang Menguatkan langkah kita hingga saat ini.

Untuk setiap kalian yang sedang memperjuangkan harapan-harapan, selamat menikmati setiap lelah dnegan kesetiaan pada perjuangan. Jika sempat berpikir untuk berhenti, ingatlah kembali langkah pernah yang pernah dilakukan hingga bisa dititik sekarang.


@fatinahmunir | 13 Februari 2019



{ 2 komentar... read them below or Comment }

  1. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya :)

You are The

Hallo Happy Readers!

Hallo Happy Readers!
Selamat datang di blog pribadi saya. Di blog ini teman-teman akan membaca tulisan-tulisan saya seputar pendidikan, kedisabilitasan dan inklusivitas, pengalaman mengajar, dan tulisan-tulisan lainnya yang dibuat atas inspirasi di sekitar saya. Semoga tulisan dalam blog ini bermanfaat dan menginspirasi pada kebaikan. Selamat membaca!

Contact Me

@fatinahmunir

fatinahmunir@gmail.com

Educator | Writer | Adventurer

Berbakti | Berkarya | Berarti

My Friends

- Copyright © Fatinah Munir -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -