- Back to Home »
- Zero Waste Life Journey »
- Zero Waste Life Journey: 5R’s Concept
Posted by : Fatinah Munir
17 August 2018
Zero Waste
Life Journey
5R’s Concept
Buat
kebanyakan orang, termasuk saya, hidup tanpa sampah yang terlintas pertama kali
adalah tidak membuang sampah seenaknya atau sembarangan dan harus pandai
mendaur ulang sampah. Tapi ternyata pemikiran ini salah besar. Hidup nol sampah
bukan hanya tentang mendaur ulang sampah-sampah menjadi lebih berguna. Ada
beberapa tahapan yang jauh lebih penting dan semestinya kita lakukan terlebih
dahulu sebelum ke tahap mendaur ulang. Beberapa tahapan ini menjadi start point
atau prinsip paling yang mendasari hidup nol sampah. Prinsip ini bernama 5R’s (Five R’s) yang merupakan
singkatan dari Refuse, Reduce, Reuse,
Recycle, and Rot atau dalam bahasa Indonesia berarti Menolak, Mengurangi, Memakai Ulang, Mendaur Ulang, dan Mengomposkan.
Saya kurang
tahu siapa yang mencanangkan 5R’s Concept ini, tapi sumber paling lama yang
saya temukan ada tulisan pada 2011 lalu di blog www.zerowastehome.com, milik seorang
zero waste life mother bernama Bae Johnson. 5R’s Concept ini merupakan cara
hidup nol sampah yang dilakukan secara berurutan, mulai dari langkah paling
awal hingga paling paling tinggi. Jadi, 5R’s Concept ini dilakukan seara
berurutan.
REFUSE what you do not need. TOLAK yang tidak dibutuhkan.
REDUCE what you do need. KURANGI yang dibutuhkan.
REUSE by using resuables. PAKAI ULANG barang-barang yang bisa
dipakai ulang.
RECYCLE what you can not refuse,
reduce, and reuse. DAUR ULANG yang
tidak bisa ditolak, dikurangi, dan dipakai ulang.
ROT the rest. KOMPOSKAN sisanya.
Dari ilustrasi 5R's ini terlihat kalau semakin kita menerapkan 5R's ke tahap Rot (pengomposan), jumlah sampah yang kita miliki semestinya semakin sedikit. |
Refuse, menolak
yang tidak dibutuhkan adalah menolak untuk membeli, menerima, dan menggunakan berbagai
macam hal yang berpotensi menjadi sampah. Dengan menolak barang dan jasa yang
berpotensi menghasilkan sampah, maka kita sudah mulai menginjak tahap pertama
hidup nol sampah. Beberapa hal yang bisa kita lakukan misalnya, menolak menggunakan
barang berbahan plastik kemasan sekali pakai, menolak menggunakan banyak
kertas, termasuk menolak produk-produk gratisan atau hadiah yang sebenarnya
tidak betul-betul dibutuhkan.
Reduce,
mengurangi yang dibutuhkan adalah mengurangi konsumsi kita. Artinya adalah
menggunakan barang-barang yang benar-benar dibutuhkan, tidak impulsif dalam
menggunakan dan membeli barang. Sehingga semakin sedikit barang yang kita
gunakan maka semakin sedikit pula sampah yang akan kita hasilkan. Untuk menerapkan
reduce ini kita bisa memulai dengan mematangkan rencana pembelanjaan sehingga
tidak ada barang yang dibeli tanpa rencana, mengurangi mengonsumsi makanan yang
dibeli instan atau fast food di luar rumah, dan jika memungkinkan menggunakan
atau membeli barang bekas atau second hand untuk mengurangi sampah produksi.
Reuse, memakai
ulang barang-barang yang bisa dipakai ulang. Contoh kecil dari tahap reuse
adalah dengan menggunakan kembali plastik-plastik yang ada di rumah untuk
berbelanja hingga plastik-plastik tersebut benar-benar tidak bisa digunakan
kembali. Atau menggunakan saputangan atau handuk kecil yang bisa dipakai
berulang kali sebagai pengganti tisu. Contoh lainnya adalah menggunakan botol
minum yang bisa dipakai berkali-kali.
Recycle,
mendaur ulang barang-barang yang tidak bisa ditolak, dikurangi, dan dipakai
ulang. Misalnya kita bisa memeriksa barang-barang yang kita punya dan sekiranya
sudah tidak bisa lagi digunakan. Lalu menggunakan barang-barang tersebut dengan
fungsi berbeda. Misalnya menggunakan kaos bekas yang tidak mungkin dipakai atau
disumbangkan untuk menjadi lap dapur atau dijahit menjadi tas belanja. Atau
bisa juga menggunakan kantung-kantung plastik yang sudah ada di rumah menjadi
pengganti benang rajut dan merajutnya menjadi tas seperti yang dilakukan Teh Ncie
di projek Merajut Indonesia miliknya.
Rot,
mengkomposkan sisanya atau sampah-sampah organik yang tidak bisa didaur ulang.
Untuk komposing ini sendiri ada banyak sekali ilmunya yang akan harus
dipelajari. Selain itu, karena banyak sistem pengomposan maka kita harus
menemukan sistem pengomposan yang cocok dengan konsisi dapur dan rumah kita.
Sekali lagi, dalam pelaksanaannya 5R's ini harus dilakukan secara berurutan. Jadi kita harus bisa refuse (menolak), reduce (mengurangi), dan reuse (memakai ulang) barang di sekitar kita terlebih dahulu. Barulah barang-barang yang berpotensi menjadi sampah dan tidak bisa melawati tiga tahapan di atas dapat kita recycle (daur ulang). Sisanya, sampah-sampah organik yang tidak bisa didaur ulang bisa kita komposkan. So, jika 5R's ini diterapkan dengan konsisten maka jumlah sampah rumah tangga yang kita miliki untuk dibuang ke TPA pada akhirnya akan sangat sedikit.
Sekali lagi, dalam pelaksanaannya 5R's ini harus dilakukan secara berurutan. Jadi kita harus bisa refuse (menolak), reduce (mengurangi), dan reuse (memakai ulang) barang di sekitar kita terlebih dahulu. Barulah barang-barang yang berpotensi menjadi sampah dan tidak bisa melawati tiga tahapan di atas dapat kita recycle (daur ulang). Sisanya, sampah-sampah organik yang tidak bisa didaur ulang bisa kita komposkan. So, jika 5R's ini diterapkan dengan konsisten maka jumlah sampah rumah tangga yang kita miliki untuk dibuang ke TPA pada akhirnya akan sangat sedikit.
Melakukan 5R’s
hingga tahap pengomposan memang tidak mudah dan tidak harus ke tahap itu dengan
cepat. Butuh proses untuk menuju tahap paling tinggi ini dan yang terpenting
adalah kita bahagia menjalankannya. So, mari ikut hidup nol sampah!
Referensi:
www.zerowastehome.com
Kelas Intensif Hijrah Nol Sampah, Institut Ibu Profesional
Kelas Intensif Hijrah Nol Sampah, Institut Ibu Profesional
@fatinahmunir | 17 Agustus 2018