- Back to Home »
- Zero Waste Life Journey »
- Zero Waste Life Journey: Mindfulness, Persiapan Hijrah Nol Sampah
Posted by : Fatinah Munir
17 August 2018
Zero Waste Life Journey
Mindfulness, Persiapan Hidup Nol Sampah
Setelah
merencanakan beberapa langkah pertama untuk memulai zero waste life, langkah
selanjutnya adalah belajar tentang praktik baik nol sampah. Tapi sebelum praktik
langsung hidup nol sampah, ada dua langkah persiapan yang harus dilakukan.
Pertama adalah mencari alasan terkuat yang
membuat kita memilih hidup nol sampah. Harus ada alasan yang akan
mengingatkan kita untuk tetap konsisten dengan pilihan ini. Di samping itu, alasan
kuat kita bisa dijadikan bagian dari strategi mengajak orang lain untuk ikut
hidup nol sampah. Alasan ini juga sebaiknya dituliskan dan ditempel di berbagai
tempat yang akan sering kita lihat. Jika hal pertama ini sudah kita lakukan,
selanjutnya adalah tentang hal paling fundamental untuk memulai zero waste
life.
Buat saya
pribadi, alasan terkuat saya hijrah ke hidup nol sampah adalah prinsip
mindfulness yang saya punya. Mindfulness atau kesadaran dan kehati-hatian
adalah prinsip hidup saya. Maksudnya adalah setiap yang saya lakukan dalam
hidup ini harus didasari oleh kesadaran dan kehati-hatian pada sekitar saya,
pada orang dan lingkungan saya. Saya berusaha untuk tidak merusak, menyusahkan,
mengganggu, dan menyepelekan sekitar saya. Maka mindfulness atas menjaga
lingkungan untuk kebaikan jangka panjang kehidupan di atas bumi ini melalui
zero waste life adalah alasan terkuat saya.
Mindfulness
ini biasanya saya tuliskan di tempat wallpaper hape dan laptop dan saya tempel
di meja mengajar. Tulisan mindfulness-nya sendiri saya ambil dari www.unsplash.com.
Di samping
itu, sebagai seorang muslimah, agama saya melarang untuk berbuat kerusakan di
bumi. Setidaknya ada 26 ayat dalam al-Qur’an yang menyebutkan kerusakan di
bumi. Di setiap ayat tersebut berisi keterangan bahwa manusialah yang sering
kali berbuat kerusakan di bumi karena kerakusan dan rasa tidak bersyukur
mereka. Melalui pilihan hidup nol sampah ini saya berharap untuk semaksimal
mungkin bisa menjadi muslimah yang tidak berbuat kerusakan di atas bumi ini. Lebih
jauh lagi, dengan menerapkan hidup nol sampah saya berharap tidak hanya bisa membantu
menjaga lingkungan tetapi juga bisa meninggalkan jejak-jejak kebaikan yang bisa
ditiru oleh banyak orang.
Sumber: www.unsplash.com |
Kedua adalah refleksi sampah yang
dihasilkan diri sendiri. Di sini saatnya kita berintrospeksi diri
sampah-sampah apa saja yang selama ini banyak kita hasilkan. Caranya bisa
dengan memeriksa sampah-sampah rumah tangga yang ada di rumah dan melihat sampah
jenis apa yang paling banyak kita hasilkan.
Di rumah
saya, karena kami berasal dari keluarga pedagang makanan maka sampah rumah
tangga yang paling banyak kami hasilkan adalah dari produksi makanan yang akan
dijual. Misalnya kulit bawang, tulang ayam, dan kulit telur, dan plastik-plastik
belanja bahan-bahan untuk berjualan. Sedangkan sampah saya pribadi, yang paling
banyak adalah sampah kertas. Entah itu kertas memo, notes untuk mencatat
jadwal, atau untuk mencatat ide-ide tulisan.
Saya pikir
akan susah kalau saya memulai dari dapur yang notabene bukan wilayah kekuasaan
saya di rumah, karena kakak pertama dan ibu saya yang mengelola dagangan dan
dapur. Jadi saya putuskan untuk memulai semuanya dari diri saya sendiri
terlebih dulu, yakni dengan mengurangi sampah kertas.
Selanjutnya
adalah melihat barang-barang yang saya pakai dan berpotensi menjadi sampah. Ada
dua barang yang saya punya yang pastinya akan menjadi sampah, yaitu notes kecil
untuk mencatat beberapa hal yang saya khawatir akan lupa dan tisu kemasan
travel pack. Jadi, saya mencoba untuk tidak menggunakan kertas notes terlalu
banyak dan sepenuhnya meninggalkan tisu.
Ini baru
persiapannya zero waste life, belum mulai mempraktikkannya. Semoga istiqomah
untuk seterusnya. Aamiin.
@fatinahmunir | 17 Agustus 2018