- Back to Home »
- Teori Belajar Pembelajaran »
- Tokoh-Tokoh Teori Belajar Kognitivisme
Posted by : Lisfatul Fatinah
24 November 2012
Dalam perkembangannya, teori belajar
kognitivisme didukung oleh beberapa tokoh.
1.
Teori Gestalt
Teori Gestalt termasuk kelompok
aliran kognitif holistic. Teori Gestalt dikembangkan oleh Koffka, Kohler, dan
Wertheimer. Teori ini berbeda dengan teori-teori yang telah dijelaskan
terdahulu. Menurut teori Gestalt, belajar adalah proses pengembangan insight.
Insight adalah pemahaman terhadap
hubungan antarbagian di dalam suatu situasi permasalahan. Berbeda dengan teori
behavioristik yang menganggap belajar atau tingkah laku itu bersifat
mekanistis, sehingga mengabaikan atau menghindari peran insight. Teori Gestalt
justru menganggap bahwa insight adalah inti dari pembentukkan tingkah laku.
Kohler menyimpan simpanse pada sebuah
jeruji. Di dalam sebuah jeruji tersebut disediakan sebuah tongkat, dan di luar
jeruji disimpan sebuah pisang. Setelah dibiarkan beberapa lama, ternyata
simpanse berhasil meraih pisang yang berada di luar jeruji dengan tongkat yang
disediakan itu.
Dari percobaaan tersebut, simpanse
mampu mengembangkan insight, artinya ia dapat menghubungkan antara jeruji,
tongkat, dan pisang. Ia paham bahwa pisang adalah makanan, dan ia paham juga
bahwa tongkat dapat digunakan untuk meraih pisang yang berada di luar jeruji.
Inilah hakikat belajar. Belajar terjadi karena kemampuan menangkap makna dan
keterhubungan antara komponen yang ada di lingkungannnya.
Insight yang merupakan inti dari
belajar menurut teori Gestalt, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Kemampuan insight seseorang tergantung kepada
kemampuan dasar orang tersebut, sedangkan kemampuan dasar itu tergantung kepada
usia dan posisi yang bersangkutan dalam kelompoknya.
b.
Insight dipengaruhi atau tergantung kepada pengalaman
masa lalunya yang relavan.
c. Insight tergantung kepada pengaturan dan penyediaan
lingkungannya. Simpanse tidak dapat mungkin meraih pisang yang ada di luar
jerujinya apabila tidak disediakan tongkat.
Pengertian merupakan inti dari
insight. Melalui pengertian, seseorang akan dapat memecahkan persoaalan.
Pengertian itulah yang bisa menjadi kendaraan dalam memecahkan persoalan lain
pada situasi yang berlainan.
Apabila insight telah diperoleh, maka
dapat digunakan untuk menghadapi persoalan dalam situasi lain. Di sini terdapat
semacam transfer belajar, namun yang ditransfer bukanlah materi yang
dipelajari, tetapi relasi-relasi dan generalisasi yang diperoleh melalui
insight.
2.
Teori Medan
Teori Medan dikembangkan oleh Kurt
Lewin. Sama seperti teori Gestalt, teori Medan menganggap bahwa belajar adalah
proses pemecahan masalah. Beberapa hal yang berkaitan proses pemecahan masalah
menurut Lewin dalam belajar adalah:
a. Perubahan struktur kognitif. Setiap orang akan dapat
memecahkan masalah jika ia bisa mengubah struktur kognitif.
b. Pentingnya motivasi. Motivasi adalah faktor yang dapat
mendorong setiap individu untuk berperilaku. Motivasi muncul karena adanya daya
tarik tertentu. Motivasi juga bisa juga muncul karena pengalaman yang
menyenangkan, misalkan pengalaman kesuksesan. Seseorang yang mengalami
keberhasilan mencapai sukses seperti berhasil meraih angka tertinggi dari suatu
tes, maka yang bersangkutan akan termotivasi untuk melakukan tindakan lebih
bagus, ia akan senang, gembira, dan akan merasa puas. Sebaliknya, seseorang
yang gagal meraih sukses akan merasa sedih, malu, tidak merasa puas, yang pada
gilirannya akan melemahkan motivasi mereka untuk bertindak lebih lanjut.
3.
Teori Konstruktivistik
Teori ini dikembangkan oleh Jean Piaget
pada pertengahan abad 20. Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya setiap
individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi
pengetahuannnya sendiri. Pengetahuan yang dikonstruksi oleh anak sebagai
subjek, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Sedangkan pengetahuan yang
diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang
bermakna. Pengetahuan tersebut hanya untuk diingat sementara setelah itu
dilupakan. Menurut Piaget, proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan,
yakni (1) asimilasi, (2) akomodasi, dan (3) equilibrasi (penyeimbangan).
Asimilasi adalah proses
pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada. Akomodasi
adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru.
Sedangkan equilibrasi adalah penyesuaian kesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi. Sebagai contoh, seorang murid yang sudah mengetahui prinsip-prinsip
penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka terjadilah
proses pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada di benak murid)
dengan prinsip perkalian (sebagai informasi yang baru), inilah yang dimaksud
dengan proses asimilasi. Jika murid diberi sebuah soal perkalian, maka situasi
tersebut disebut akomodasi. Dalam hal ini berarti penerapan prinsip perkalian
dalam situasi yang baru dan spesifik.
Agar murid dapat terus berkembang dan
bertabah ilmunya, tetapi sekaligus menjaga stabilitas mental dalam dirinya
diperlukan penyeimbangan. Proses inilah yang disebut sebagai equilibras,
penyeimbangan antara dunia luar dan dunia dalam. Tanpa proses ini perkembangan
kognitif seseorang akan tesendat-sendat dan tidak berjalan dengan teratur.
Seseorang dengan kemampuan equilibrasi yang baik akan mampu menata berbagai
informasi yang diterimanya dalam urutan yang baik, jernih, dan logis.
Sebaliknya, jika kemampuan equilibrasi seseorang rendah, ia cenderung menyimpan
semua informasi yang ada pada dirinya secara kurang teratur, sehingga ia tampil
sebagai orang yang alur berpikirnya ruwet, tidak logis, dan berbelit-belit.
4.
Teori Gagne
Salah satu teori belajar yang berasal dari psikologi kognitif adalah
teori pemprosesan informasi (Information Processing Theory) yang dikemukakan
oleh Gagne. Menurut teori ini, belajar dipandang sebagai proses pengolahan otak
manusia sendiri yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Receptor (alat-alat indera) menerima
rangsangan dari lingkungan dan mengubahnya menjadi rasangan neural, memberikan
simbol-simbol informasi yang diterimanya.
b. Sensory register (penampungan kesan-kesan sensoris) yang terdapat pada
syaraf pusat, fungsinya menampung kesan-kesan sensoris dan mengadakan seleksi,
sehingga terbentuk suatu kebulatan perceptual (persepsi selektif).
Informasi-informasi yang masuk, sebagian diteruskan ke memori jangka pendek,
sebagian hilang dari system.
c. Short-term
memory (memory
jangka pendek) menampung hasil pengolahan perceptual dan menyimpannya.
Informasi tertentu disimpan lebih lama dan diolah untuk menentukan maknanya.
Memori jangka pendek dikenal juga dengan memori kerja (working memory),
kapasitasnya sangat terbatas, waktu penyimpanannya juga pendek. Informasi dalam
memori ini dapat ditransformasi dalam bentuk kode-kode dan selanjutnya
diteruskan ke memori jangka panjang.
d. Long-term
memory (memori
jangka panjang), menampung hasil pengolahan yang ada di memori jangka pendek.
Informasi disimpan dalam jangka panjang dan bertahan lama, siap untuk dipakai
bila diperlukan. Saat tranformasi informasi, informasi-informasi baru
terintegrasi dengan informasi-informasi lama yang sudah tersimpan. Pengeluaran
kembali atas informasi-informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang
adalah dengan pemanggilan. Ada dua cara pemanggilan, (1) informasi mengalir
dari memori jangka panjang ke memori jangka pendek dan kemudian ke response
generator, (2) informasi mengalir langsung dari memori jangka panjang ke
response generator selama pemanggilan (respon otomatis).
e. Response
generator (pencipta
respon), menampung informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang dan
mengubahnya menjadi reaksi jawaban.
Menurut psikologi kognitif, reinforcement sangat penting
juga dalam belajar sebagai feedback, mengurangi
keragu-raguan sehingga mengarah
kepada pemahaman.