- Back to Home »
- Kesulitan Belajar »
- Mengenal Macam-Macam Kesulitan Belajar
Posted by : Lisfatul Fatinah
07 September 2012
Banyak orang menganggap bahwa kesulitan belajar hanya teridiri
dari disleksia. Padahal, ada banyak macam-macam kesulitan belajar yang dapat
dialami murid terdapat. Lantas, apa sajakah yang termasuk dalam kesulitan belajar?
Mulyono Abdurrahman dalam Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar (2009)
secara garis besar membagi kesulitan belajar ke dalam dua kelompok; (1)
kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental
learning disabilities), (2) kelompok kesulitan belajar akademik (academic
learning disabilities).
Dua kelompok kesulitan belajar di
atas dibagi lagi ke dalam kelompok yang lebih spesifik. Kesulitan belajar
yang berhubungan dengan perkembangan meliputi; (1) kesulitan belajar
bahasa, (2) kesulitan belajar kognitif, dan (3) gangguan motorik dan persepsi.
Dan, kesulitan belajar akademik menunjuk kepada; (1) kesulitan belajar
menulis, (2) kesulitan belajar mambaca, dan (3) kesulitan belajar aritmatika
dan matematika.
Pertama, kesulitan belajar bahasa.
Menurut Lerner (1988: 311) bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang
terintegrasi, mencakup bahasa ujaran, membaca, dan menulis. Dengan demikian, kita
simpulkan bahwa kesulitan belajar bahasa adalah ketidakmampuan
seseorang pada satu atau lebih dari komponen bahasa yang menimbulkan kesulitan
wicara. Akan tetapi, orang yang miliki kesulitan wicara tidak selalu memiliki
kesulitan bahasa.
Kedua, Kesulitan belajar kognitif.
Singgih D. Gunarsa (1981: 234) berpendapat, kognisi merupakan
aspek-aspek struktur intelek yang dipergunakan untuk mengetahui sesuatu.
Sehingga, kognisi dapat juga didefinisikan sebagai fungsi mental yang meliputi
persepsi, pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan masalah.
Dari pengertian di atas, kita
simpulkan bahwa kognitif berkaitan dengan kemampuan anak dalam
memecahkan masalah. Anak kesulitan belajar kognitif merupakan anak yang
memiliki kesulitan dalam mengembangkan kemampuannya memecahkan masalah,
terutama permasalahan dalam akademiknya.
Ketiga,
gangguan perkembangan motorik dan persepsi. Lerner (1981: 189) mengemukakan
gangguan perkembangan motorik sering diperlihatkan dalam bentuk adanya gerakan
melimpah (misalnya ketika anak ingin menggerakkan tangan kanan, tanpa disengaja
tangan kiri ikut bergerak), kurangnya koordinasi dalam aktivitas motorik,
kesulitan dalam koordinasi motorik halus, kurang mempunyai penghayatan tubuh
(body image), kekurangan pemahaman dalam hubungan keruangan dan arah,
kebingungan literalitas.
Lerner
juga pernah mengemukakan persepsi adalah batasan yang digunakan pada proses
memahami dan menginterpretasikan informasi sensori, atau kemampuan intelek
untuk mencarikan makna dari data yang diterima oleh berbagai indera (Lerner,
1988: 282). Sehingga, anak kesulitan belajar yang memiliki gangguan perkembangan
persepsi memiliki kesulitan dalam memahami dan menginterpretasikan informasi
sensori, atau kemampuan intelek untuk mengetahui makna dari informasi yang
diterima oleh indera.
Lalu, kesulitan
belajar membaca. Soedarso (1983: 4) mengemukakan bahwa membaca adalah
aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah,
mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan, dan ingatan. Kesulitan
belajar membaca adalah kesulitan mempelajari komponen-komponen bacaan (kata dan
kalimat) juga kesulitan dalam memahami bacaan yang dibacanya, seperti hubungan
urutan bacaan, tema, dan isi bacaan.
Kemudian,
kesulitan belajar menulis. Lerner (1985: 413) menyatakan bahwa menulis
adalah menuangkan ide-ide dalam bentuk visual. Taringan (1986: 21) mengemukakan
menulis sebagai melukiskan lambang-lambang grafis dari bahasa yang dipahami
oleh penulisnya maupun orang lain yang menggunakan bahasa yang sama dengan
penulisnya.
Bertolak
pada kedua pengertian di atas, kita simpulkan bahwa kesulitan belajar menulis adalah
kesulitan dalam mengekpresikan pikiran, perasaan, dan ide ke dalam bentuk
lambang-lambang grafis yang meliputi kesulitan menulis, mengeja bacaan, dan
mengarang (mengemukakan melalui tulisan).
Terakhir,
kesulitan belajar aritmatika dan matematika. Banyak orang kerap
mempertukarkan pengertian antara aritmatika dan matematika. Padahal, kedua hal
ini berbeda. Johnson dan Myklebust (1967: 244) berpendapat bahwa matematika
adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan
hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, sedangkan fungsi teoretisnya
adalah untuk memudahkan berpikir. Aritmatika itu sendiri merupakan bagian dari
matematika. Aritmatika lebih tepat didefinisikan
sebagai ilmu hitung dasar dari
matematika yang berupa penjumlahan, pengulangan, perkalian, pembagian, dan
aritmatika turunannya yang lebih kompleks.
Berdasarkan
pengertian di atas, kita ambil kesimpulan bahwa kesulitan belajar matematika
adalah gangguan dalam hubungan keruangan, abnormalitas persepsi visual,
asosiasi visual motorik, perseverasi, kesulitan mengenal dan memahami simbol,
dan gangguan penghayatan tubuh.
Dalam
beberapa kasus, kesulitan belajar perkembangan memang sering memiliki
keterkaitan dengan kegagalan mencapai prestasi akademik. Akan tetapi, hubungan
ini tidak selalu jelas. Karena, ada anak yang gagal dalam belajar membaca yang
menunjukkan ketidakmampuan dalam fungsi-fungsi perseptual motoriknya dan ada
juga anak yang mampu belajar membaca tetapi tidak memiliki ketidakmampuan dalam
fungsi-fungsi perseptual motorik. Hal ini menjelaskan bahwa anak kesulitan
belajar sangat beragam dan setiap kasus berbeda-beda sesuai dengan setiap anak
dan harus ditangani berdasarkan kesulitan belajarnya masing-masing.