- Back to Home »
- Sepotong Inspirasi »
- Hi, 2015!
Posted by : Fatinah Munir
06 January 2015
Sudah matahari keenam di tahun 2015. Tak pernah disangka aku
bisa menghirup udara, menatap mentari, dan memandang langit 2015 yang meskipun
sama seperti tahun-tahun sebelumnya, tapi mereka membawa dan menemani cerita
yang berbeda. Apalagi semalam, saat purnama pertama tahun ini datang, seperti
sebuah keajaiban di musim hujan Ibu Kota. Semalam, untuk pertama kalinya
melihat purnama tahun ini, aku bisa melihat banyak bintang berkedip di langit
Jakarta yang lebih cerah dari malam-malam sebelumnya.
Begitu banyak hal yang ingin aku lakukan di tahun ini,
banyak impian, banyak harapan, dan juga doa. Sama seperti tahun lalu yang
berjalan dengan banyak impian dan doa
yang panjang.
Terima kasih untuk Allah yang selalu berbaik hati kepadaku,
karena sudah memberikanku kesempatan untuk lagi dan lagi terbnagun dari tidur
dan bergerak untuk mewujudkan impianku satu satu. Terima kasih untuk Allah Maha
Kasih yang sudah mengirimkan cita dan cinta dan membuatku melihat banyak hal di
sekelilingku. Terima kasih atas banyak petualangan di tahun lalu, itu semua
membuatku lebih beruntung dari siapapun dan aku bersyukur karenanya.
Dua nol satu lima. Tahun ganjil yang kudengar dari banyak
orang adalah tahun di mana segala urusan menjadi mudah dan di tahun itulah kita
harus berusaha mewujudkan banyak impian kita. Tapi bagiku, semua hari-hariku
akan jadi sangat mudah dan berarti karena ada diri-Mu.
Januari. Di bulan pertama tahun ini aku hanya ingin
melanjutkan proses kelulusanku. Di bulan pertama tahun ini aku harus Seminar
Hasil Penelitian dan Sidang Skripsi. Mohon lancarkan urusanku yang satu ini,
Allah!
Februari. Bulan kedua yang pada beberapa kisah yang pernah
kubaca diyakini pada Februari ratusan tahun lalu Pangeran Valentino meninggal dan kematiannya
menjadikan bulan Februari sebagai bulan cinta kasih. Di bulan kedua ini, di
bulan kelahiranku ini, aku ingin pergi ke salah satu Panti Asuhan di sekitar
Jakarta, ingin berbagi kebahagiaan dengan mereka. Di bulan kedua ini pula aku
ingin mengikuti tes TOEFL dan melakukan pemberkasan untuk kelulusan.
Maret. Bulan ketiga yang setiap mendengar namanya muncullah
alunan musik March dari Remioromen yang bercerita tentang musim semi yang dinanti. Maka tidak berbeda dengan itu,
aku ingin bulan ketiga di tahun ini benar-benar menjadi musim semi bagiku. Semoga
di bulan ketiga tahun ini aku wisuda dan resmi menjadi sarjana pendidikan
khusus bidang anak dengan autisme. Kelulusanku juga akan menjadi kado terindah
yang akan persembahkan pada Bapak yang berulang tahun pada Maret ini. Pada Maret ini pula aku ingin merayakan
kelulusanku dengan mendaki Gunung Arjuna, Malang. Bismillah! Semoga Allah
mengizinkan dan melancarkan prosesnya!
April. Bulan keempat yang selalu aku sebut bulan biru. Kenapa?
Karena April adalah bulan untuk anak-anak dengan autisme yang karakternya
seperti warna biru, begitu banyak gradasi biru yang membuat setiap anak autisme
tidak memiliki kesamaan kasus atau ciri dengan anak autisme lainnya. Pada bulan
ini aku ingin mendaki gunung lagi. Entah gunung apa. Mungkin gunung itu lagi
itu lagi. Ya, meskipun aku sudah mengantungi tiket ke Makassar pada akhir April
untuk mendaki Latimojong. Tapi entah jadi atau tidak. We’ll see! Pada April ini
aku bertekad harus sudah diterima di salah satu Sekolah Alam atau Komunitas
Homeschooling di Jakarta untuk menangani anak dengan autisme. Ya, bismillah! Insya
Allah bisa!
Mei. Bulan kelima tahun ini yang saat menuliskan namanya
terngiang revolusi Indonesia. Pada bulan kelima ini aku ingin mendaki gunung
Ciremai, gunung yang pernah kudaki dan membuatku menyimpan trauma pada angin.
Di bulan ini pula aku ingin mulai menabung untuk memulai usaha Nasi Bebek
Surabaya yang sudah aku rencanakan sejak tahun lalu.
Juni. Bulan keenam sekaligus bulan awal tahun ajaran baru. Pada
Juni ini aku akan merasakan pengalaman baru menjadi guru di tempat yang baru. Berharap
saat bekerja aku sudah tidak ketergantungan dengan angkutan umum lagi. Ya,
semoga bisa membawa kendaraan pribadi saat bekerja. Oh iya, Juni ini aku ingin
mengajak anak-anak mendaki gunung Papandayan. Semoga bisa! Amin!
Juli. Bulan ketujuh sekaligus Ramadhan di tahun ini. Aku
hanya ingin satu hal. Aku ingin berbagi lagi, menjalankan projek sosial lagi
seperti yang sudah dilakukan tahun lalu bersama teman-teman baru! Tapi Ramadhan
tahun ini aku ingin lebih banyak di rumah, ingin lebih banyak bersama
Emak-Bapak.
Agustus. Bulan kedelapan dan bulan kemerdekaan untuk
Indonesia. Aku ingin merintis usaha Nasi Bebek Surabaya bersama Emak. Semoga bisa
menjadi awal yang baik!
September. Bulan kesembilan yang katanya bulan keceriaan. Tapi
yang aku tahu di bulan inilah hujan pertama turun untuk musim hujan selama enam
bulan ke depan. Pada September ini mungkin aku masih akan tetap bekerja sambil
mengurus Nasi Bebek bersama Emak. Tapi tidak lupa, bulan ini akan tetap naik
gunung. Ya mungkin gunung yang dekat-dekat dulu.
Oktober. Bulan kesepuluh yang menurutku adalah bulan penentu
cerita akhir tahun. Pada bulan ini aku ingin ke Karimunjawa. Semoga Allah
mengizinkan! Amin.
November. Bulan kesebelas tahun ini yang jika aku mendengar
dan mengingatnya maka yang ada di mataku adalah hujan. Ya, di bulan ini hujan
sudah mulai turun dengan konsisten. Mungkin ini juga alasan Guns and Roses
memilih kata hujan di belakang nama bulan ini sampai lagu itu menjadi lagu legendaris
music hard rock. Pada bulan ini aku
ingin mendaki gunung lagi, mungkin menengok Mandalawangi lagi.
Desember. Bagian terakhir dari kisah setiap tahun yang harus
menjadi bagian yang paling bagus di antara sebelumnya. Memasuki Desember ini
aku ingin ke Pulau Tegal, Lampung. Mungkin akan menghabiskan waktu libur
panjang di sana untuk mengajar anak-anak di pulau terpencil.
Dari sekian banyak keinginan yang tertulis di sini, ada satu
hal yang paling pertama ingin aku sampaikan pada Allah. Pada tahun ini aku
ingin lebih banyak tersenyum dan tidak banyak menangis seperti dua bulan
terakhir ini. Aku tidak ingin menangis di hampir setiap malamku. Maka aku
minta, dengan tangan-Mu, buat aku tersenyum. Tersenyum. Lalu tersenyum.