- Back to Home »
- Catatan Seminar »
- Passionpreneur; Memulai Membisniskan Passion
Posted by : Fatinah Munir
03 August 2017
Beberapa hari lalu saya menghadiri sebuah seminar
entrepreneurship yang diadakan oleh mahasiswa S1 Branding Prasetya Mulia di
Jakarta Creative Hub, Thamrin, Jakarta Pusat. Sebagai orang yang baru ingin
menseriusi bisnis, banyak ilmu baru tentang entrepreneurship yang saya terima
disini. Dan saya pikir sayang jika hanya dinikmati sendiri. Oleh sebab itu,
melalui postingan ini saya akan menyampaikan sedikit ilmu yang saya pahami dari
pertemuan ini. Tapi sebelumnya saya mohon maaf jika ada info yang kurang tepat
dan mohon bantu meluruskan melalui kolom komentar di postingan ini.
Well, acara ini diisi oleh tiga
orang keren yang bergelut di bidang entrepreneur. Setiap pembicara membagi ilmu
berdasarkan keahliannya masing-masing yang mana setiap ilmu mereka adalah
hal-hal penting yang kadang luput dari entrepreneur pemula, terutama yang masih
buta pada entrepreneurship seperti saya.
Ketiga pembicara tersebut adalah
Muhammad Assad (@muh_assad), CEO Rayyan Capital dan penulis buku best seller Notes
from Qattar yang baru saja membuka perusahaan baru bernama Tamasia. Ada juga
Pak Rene De Paus, seorang Business and Strategy Director dari Brand Union,
sebuah lembaga konsultasi bisnis yang sudah menangani branding bisnis perusahaan
ternama seperti Gojek, Re Juve, dan banyak lain. Terakhir adalah Adanu Prasetyo
(@AdanuPrasetyo) seorang entrepreneur muda pemilik Kopi Tuku yang sedang hits
di kalangan anak muda sekarang.
Success with Value
Secara terang-terangan Mas Assad berpendapat bahwa hampir semua pemuda saat ini ingin menjadi orang yang
sukses muda, punya tempat tinggal pribadi, punya kendaraan pribadi, dan lain
sebagainya. Tetapi, menurut Mas Assad, mental pemuda saat ini belum cukup kuat
untuk mencapai semua keinginannya. Kalau pun ada pemuda yang berusaha, biasanya
akan banyak yang ingin jalan cepat menuju kesuksesan dan tidak sabar dengan
prosesnya.
Ketika mendengarkan pendapat ini,
saya memang langsung mengangguk-angguk, mengiyakan semua itu terutama untuk
diri saya sendiri. Hiks.
Berangkat dari fenomena inilah Mas
Assad mencerahkan para peserta acara dengan prinsip Success with Value. Yaitu
sebuah prinsip menuju kesuksesan yang tidak sembarang sukses, tetapi juga
berdampak positif bagi diri kita dan
orang lain.
Success with value digambarkan
berupa segitiga kesuksesan yang terdiri dari positive, persistence, dan
pray. Tiga
komponen sukses ini harus berjalan secara bersamaan, tidak boleh berkurang
satu apalagi dua dalam prosesnya.
Menjadi sukses, menurut Mas Assad
harus menjadi orang yang positif. Tidak hanya positif kepada konsep diri
sendiri tetapi juga kita harus positif kepada orang lain dan lingkungan kita.
Berpositif dalam hal ini adalah meyakinkan diri sendiri bahwa kita bisa
mencapai imipian-impian kita dan melihat sisi positif dari orang lain, sebuah
kejadian, dan lingkungan agar kita bisa mendapatkan peluang untuk kesuksesan
kita. Perlu diingat, bahwa kesuksesan itu lebih sering terwujud karena ada
peluang yang dimanfaat dengan sangat baik.
Selain menjadi positif, kita juga
harus persistence atau tahan banting. Poin ini benar-benar ditekankan mengingat
belakangan ini banyak fenomena cara serba instan. Selalu diingat bahwa setiap
kesuksesan membutuhkan proses dan kesempatan, jadi tidak pernah ada kesuksesan
yang instan (yaa walaupun mie instan merek sukses ada sih, enak dan isinya
banyak. Hahaha –abaikan xD).
Last but the strongest element of
success is pray. Berdoalah, mintalah kepada Tuhan tentang kesuksean-kesuksesan
yang kita inginkan. Kita juga bisa meminta orang tua atau kerabat dekat untuk ikut mendoakan
impian-impian kita. Jangan lupa untuk berdoa dengan spesifik dan bersedekahlah.
Pray makes you strong! Sedekah makes you rich!
Dalam hal bisnis sendiri, Mas Assad
yang sudah memiliki beberapa perusahaan menyarankan para pemula untuk memilih
satu dari tiga kondisi yang harus diciptakan sendiri. Ketiga kondisi tersebut
adalah; be the first atau be different atau be the best. Saya
sisipkan kata atau pada ketiga kondisi ini karena kita sama-sama tahu
membangun bisnin itu tidaklah mudah. Maka untuk sebuah bisnis, kita bisa cukup
memilih satu di antara ketiga pilihan tersebut. Bersyukur jika bisnis kita bisa
memilki dua kondisi, misalnya menjadinya yang pertama sekaligus yang terbaik.
Personal Branding
Berbicara tentang bisnis, brand
adalah salah satu hal yang sangat krusial. Dalam penjelasannya, Pak Rene yang
berkerja sebagai business consultant mengatakan bahwa brand adalah hal yang
akan menghubungkan produk kita dengan emosial konsumen. Maksudnya adalah brand
inilah yang akan menjadi pengalaman konsumen saat berinteraksi dengan produk
kita, yang mana interaksi tersebut bisa berupa apa saja mulai dari
logo,penggunaan produk, konsep produk, hingga hal principal yang tersirat dalam
produk yang kita miliki. So, brand bukan hanya berarti merek atau nama produk.
Setelah kita tahu bahwa branding
atau costumer experience sangat penting untuk sebuah bisnis, kini saatnya kita
membuat sebuah framework untuk menciptakan pengalaman konsumen. Pak Rene
sendiri memberikan empat rancangan costumer experience framework, yaitu
impression, interaction, responsiveness, yang terakhir saya lupa dan belum
ingat meskipun sudah berkali-kali mengingatnya. (Maafkan saya para pembaca yang
budiman >_<)
Tentang impression, produsen sangat
perlu menciptakan good first impression kepada konsumen. First impression bisa
diciptakan sesuai dengan kekreativan
produsen, misalnya dari produk itu sendiri, logo produk, kekhasan produk, atau
kemasan produk. Impression menjadi sangat penting karena hal inilah yang
menjadi ujung tombak pengalaman konsumen berinteraksi dengan produk kita.
Ketika berinteraksi dengan produk kita, jangan lupa bahwa kita sedang
melibatkan emosi konsumen (baca lagi pengertian branding). Sehingga ketika
emosi konsumen sudah terikat dengan
produk kita, dengan sendirinya konsumen akan terus memakai produk kita
bahkan ikut mempromosikannya.
Terakhir dari yang saya ingat tentang
costumer experience adalah responsiveness atau ketanggapan. Sebagai produsen,
kita perlu tanggap atau reaktif dengan pengalaman konsumen menggunakan produk
kita. Hal ini bisa membuat kita terus berevaluasi diri dan memperbaiki bisnis
kita. Di sisi lain ketanggapan bisa diartikan sebagai melihat peluang yang ada.
Maksudnya adalah kita harus peka terhadap perkembangan social sekecil apapun
sehingga produk kita bisa terus diinovasi mengikuti tren.
Setelah mengetahui costumer
experience framework ini saya sempat membaca beberapa artikel bisnis dengan
tema yang sama untuk memperdalam lagi pemahaman saya. Tapi yang saya temukan
pada artikel-artikel yang bertebaran di google tidak ada satu pun komponen
costumer experience framework yang baku. Sehingga jika teman-teman membaca
artikel-artikel serupa, akan ada banyak sekali pola costumer experience
framework ini meskipun pada dasarnya sama-sama untuk mengatur terciptanya
branding yang baik. Berikut ini adalah link artikel costumer experience
framework dalam versi yang berbeda dengan Pak Rene tetapi insya Allah ilmunya
kurang lebih sama. Klik di sini ya! :)
Jika sudah memahami experience
framework, sekarang saatnya kita megangkar brand yang kita miliki! Agar lebih
mudah mengusung brand, Pak Rene menyarankan bahwa brand yang kita miliki
haruslah sesuai passion kita. Passion apakah yang dimaksud? Bukankah kebanyakan
orang berbisnis pada bidang yang diminatinya?
Memang sebaiknya kita berbisnis sesuai dengan bidang atasu passion kita, tetapi passion yang dimaksud oleh Pak Rene sedikit berbeda. Passion yang dimaksud dalam branding
ini adalah karakteristik yang kuat pada diri pembisnis yang akan diusung
menjadi brand produknya atau karakteristik produk yang akan memperngaruhi arah
kemana produk kita akan berkembang. Secara sederhana kita sebut hal ini sebagai
brand personality atau kepribadian suatu produk.
Uniknya, ternyata kepribadian produk
ini tidak sesimpel yang kita pikirkan seperti tinggal membuat logo dengan
desain dan warna kesukaan lalu diberi tagline yang mewakili produk kita. No,
it’s that really simple!
Brand personality atau tipe
kepribadian produk berhubungan erat dengan psikologi produsen dan konsumen yang
akan saling mempengaruhi dan membuat ikatan yang kuat nantinya. Karakter sebuah
produk direpresentasikan melalui duabelah kepribadian produk yang disebut 12
Archetypes. (Keren ya namanya, baru tahu saya!:D)
Ternyata, 12 archetypes ini benar-benar
mempengaruhi bagaimana konsumen berinterkasi dengan produk kita. Sehingga
archetypes yang kita pilih akan menentukan kemana arah bisnis kita di masa
depan. Sehingga sebelum kita membuat sebuah logo atau desain bisnis kita, ada
baiknya kita menentukan satu karakteristik produk atau bisnis yang ingin kita
jalani dari 12 archetypes yang ada.
Teman-teman
yang ingin mempelajari brand personality pada 12 archetypes bisa membacanya disini atau di sini.
Jangan lupa baca juga contoh-contoh produk yang menggunakan prinsip 12
archetypes di slide ini,
slidenya keren loh! Ada artikel bagus juga tentang hubungan 12 archetypes dan
pemasaran di artikel ini.
Insya Allah artikel-artikel pada link tersebut bisa menambah wawasan tentang 12
archetypes atau kepribadian produk sehingga dapat memperkuat passion yang kita bisniskan.
Ini adalah contoh produk-produk besar di dunia berdasarkan kepribadiannya dalam 12 archetypes |
Produsen
yang Baik
Sesi belajar bisnis kali ini ditutup oleh Mas Adanu, alumnus Prasetya Mulya yang kini membuka bisnis minuman kopi yang sedang hits di gofood, Kopi Tuku. Saat sesi Mas Adanu berlangsung, peserta acara dibagikan original cream coffee ice secara gratis. Honestly, it was my first time drink his coffee and it was great! The real rich soft coffee, not really bold and I loved it! :P
Kopi Tuku |
Pada
sesi ini Mas Adanu lebih banyak sharing tentang bisnisnya yang dari isi
sharingnya ternyata benar semua yang dikatakan oleh Mas Assad dan Pak Rene
dalam materi mereka. Well saya tidak akan menuliskan tentang proses Mas Adanu
membangun bisnisnya, karena dan teman-teman bisa membacanya di media-media
online yang pernah mengangkat profile beliau. Sekarang saya ingin membagikan
ilmu yang Mas Adanu berikan yang belum disampaikan oleh dua pembicara
sebelumnya.
Mas
Adanu berpendapat bahwa untuk menjadi pembisnis yang baik, strategi pasar
bukanlah hal paling pertama yang harus dipikirkan. Lalu apa yang harus
dipikirkan pertama kali? Guess what? Jawabannya adalah hal yang harus
dipikirkan pertama kali untuk memulai bisnis adalah brand yang mana brand
yang dimaksud adalah seperti yang saya tuliskan di muka berdasarkan penjelasan
Pak Rene. (bisa dibaca ulang kalau lupa ya ^^)
Setelah
menentukan brand dan memahami betul karakteristik bisnis yang akan dijalani,
saat itulah kita bis amemulai dengan menyiapkan product service attitude, yaitu
konsep atau sikap-sikap pelayanan. Hal ini sepele tapi harus menjadi pegangan
untuk para pebisnis dengan tujuan agar harapan brand yang kita miliki bisa seimbang
dengan harapan konsumen.
Karena
Mas Adanu berbisnis minuman kopi, beliau pasti memiliki pengetahuan yang banyak
tentang kopi. Tetapi harus diingat bahwa tidak setiap penikmati kopi paham
betul tentang kopi. Saya mengamini hal ini karena saya termasuk dalam golongan
ini; penikmat kopi yang tidak paham betul tentang perbedaan kopi, teknik
pembuatan kopi, teknik mixing kopi, dalam lain sebagainya.
Ketika
produsen memahami kondisi di atas, maka produsen harus menyeimbangkan
pengetahuannya dengan ekspektasi konsumen. Tujuannya adalah agar penimat kopi
yang tidak paham tentang kopi misalnya bisa tetap menikmati kopi dengan kultur,
pengetahuan, dan kondisi social yang ada. Bingung ya? Hehehe jadi biarlah
penikmati kopi menikmati kopinya tanpa harus
kita memajang menu-menu kopi dengan nama yang ngejelimet, ribet, dan
membingungkan pembelinya. Biarkan penikmat kopi yang tidak punya ilmu kopi
menikmati inovasi kopi yang dimiliki, termasuk dengan menghilangkan prinsip “gula
menghilangkan nilai kopi” pada pecinta kopi yang kadang malah menjadi “gula
menambah kenikmatan kopi” pada penikmat kopi.
Terakhir
sekaligus menjadi nasihat Mas Adanu yang paling simple dan paling berpengaruh
dalam bisnis adalah jika ingin menjadi produsen yang baik maka jadilah
konsumen yang baik yang mampu menganalisa setiap produk yang kita gunakan.
Well,
that’s all yang bisa saya tuliskan dari acara Passionpreneur 2017 yang saya
hadiri. Semoga bermanfaat untuk para pembaca. Semangat memulai bisnis sesuai
passion yang kita miliki! ^^
Jakarta, Agustus 2017
@fatinahmunir
https://www.membisnis.com/contoh-usaha-bidang-perikanan-di-indonesia/
ReplyDelete