- Back to Home »
- Gangguan Emosi dan Tingkah Laku »
- Faktor Penyebab Gangguan Emosi dan Tingkah Laku
Posted by : Lisfatul Fatinah
28 August 2012
Dinamika keadaan yang melatarbelakangi anak GETL beserta gejala-gejalanya perlu ditelusuri untuk memberikan pemahaman yang jelas tentang anak GETL. Dengan memahami hal itu akan mempermudah dalam usaha menanggulangi atau memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Dari
berbagai faktor yang berkaitan dengan masalah anak GETL, berikut dibahas
mengenai kondisi atau keadaan fisik, masalah perkembangan lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat.
a.
Faktor
Kondisi atau Keadaan Fisik
Beberapa
ahli meyakini bahwa disfungsi kelenjar endokrin dapat mempengaruhi timbulnya
gangguan tingkah laku atau dengan kata lain kelenjar endokrin berpengaruh
terhadap respon emosional seseorang. Bahkan dari hasil penelitiannya, Gunzburg
(Simanjuntak, 1947) menyimpulkan bahwa disfungsi kelenjar endokrin merupakan
salah satu penyebab timbulnya kejahatan. Kelenjar endokrin ini mengeluarkan
hormone yang memengaruhi tenaga seseorang. Bila secara terus menerus fungsinya
mengalami gangguan, maka dapat berakibat terganggunya perkembangan fisik dan
mental seseorang sehingga akan berpengaruh terhadap perkembangan wataknya.
Kondisi
fisik ini dapat pula berupa kelainan atau kecacatan baik tubuh maupun sensoris
yang dapat memengaruhi perilaku seseorang. Kecacatan yang dialami seseorang
mengakibatkan timbulnya keterbatasan dalam memenuhi kebutuhannya baik berupa
kebutuhan fisik-biologis maupun kebutuhan psikisnya.
Masalah
ini menjadi kompleks dengan adanya sikap atau perlakuan negative dari
lingkungannya. Sebagai akibatnya, timbul perasaan rendah diri, perasaan tidak
berdaya atau tidak mampu, mudah putus
asa, dan merasa tidak berguna sehingga menimbulkan kecenderungan menarik
diri dari lingkungan pergaulan atau sebaliknya, memperlihatkan tingkah laku
agresif, atau bahkan memanfaatkan kelainannya untuk menarik belas kasih
lingkungannya. Dengan demikian, jelaslah bahwa kondisi atau keadaan fisik yang
dinyatakan secara langsung dalam ciri-ciri kepribadian atau secara tidak
langsung dalam reaksi menghadapi kenyataan memiliki implikasi bagi penyesuaian
diri sesorang.
b.
Faktor
Masalah Perkembangan
Erikson
(Singgih D. Gunarsa, 1985: 107) menyatakan bahwa setiap memasuki fase
perkembangan baru, individu dihadapkan pada berbagai tantangan atau krisis
emosi. Anak biasanya dapat mengatasi krisis emosi ini jika pada dirinya tumbuh
kemampuan baru yang berasal dari adanya proses kematangan yang menyertai
perkembangan. Apabila ego anak dapat mengatasi krisis ini, keegoan yang matang
akan terjadi, sehingga individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosial dan masyarakatnya.
Adapun
ciri yang menonjol dari masa krisis individu adalah sikap menentang dan keras
kepala. Kecenderungan ini disebabkan karena anak sedang dalam proses menemukan
jati dirinya. Anak menjadi merasa tidak puas dengan otoritas lingkungan,
sehingga timbul gejolak emosi yang meledak-ledak seperti marah, menegang,
memberontak, dan keras kepala.
Sebagaimana
diuraikan di atas bahwa segala tindakan yang dilakukan anak pada masa kritis
bertujuan untuk menarik perhatian yang didorong oleh tuntutan pengakuan egonya.
Jika pada masa ini anak banyak mendapatkan rintangan dan tantangan, akan timbul
akibat yang dapat merugikan kelangsungan fungsi-fungsi dan psikis pada masa ini
dan dapat mengakibatkan kemunduran individu.
Pada
masa ini jiwa anak masih labil dan banyak mengandung risiko. Jika anak kurang
mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari orang dewasa, anak akan mudah
terjerumus pada penyimpangan tertentu dan menjadikan anak termasuk dalam anak
GETL.
c.
Faktor
Lingkungan Keluarga
Dalam
pembahasan sosial, keluarga menjadi ruang sosial pertama bagi anak. Keluarga
pulalah yang memiliki pengaruh terbesar akan kelangsungan perkembangan anak.
Karena, dari keluargalah anak menadapatkan pengalaman pertama perasaan dan
sikap sosial. Lingkungan keluarga yang tidak mampu memberikan dasar perasaan
aman dan dasar untuk perkembangan sosial dapat menjadikan anak GETL. Dalam hal
ini, ada banyak aspek keluarga yang menyebabkan terjadinya anak GETL, seperti
faktor kasih sayang, keharmonisan keluarga, dan ekonomi keluarga.
Kurangnya
kasih sayang yang diterima anak dapat mengakibatkan anak mencari kasih sayang
dan perhatian di luar rumah. Dalam kasus lain, anak mugkin saja tidak mencari
kasih sayang di luar rumah, tetapi anak dengan sengaja melakukan tindakan yang
tidak sesuai norma untuk menarik perhatian lingkungan keluarganya.
Lain
halnya dengan kasus di atas, sebagian anak ada yang mendapatkan kasih sayang
yang berlebihan dari keluarga hingga anak tumbuh menjadi anak yang manja. Karena
perlakuan ini anak menjadi ketergantungan dan mudah menyerah, sehingga anak
tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri dan rendah diri.
Keharmonisan
dalam keluarga juga berpengaruh dalam perkembangan anak. Kondisi rumah yang
kacau dan keluarga yang terpecah sangat berpeluang menjadikan anak dalam
keluarga sebagai anak GETL.
Di
samping hal di atas, lemahnya kondisi ekonomi keluarga dapat pula menjadi salah
satu penyebab tidak terpenuhi kebutuhan anak.Padahal, hal seperti yang kita
ketahui bersama pada tingkat perkembnagan tertentu anak memiliki keinginan-keinginan
untuk menyamai teman yang lainnya.
Tidak
terpenuhinya kebutuhan anak dalam keluarga akibat ekonomi lemah mendorong anak
mencari jalan sendiri yang kadang mengarah pada tindakan antisosial. G.W.
Bawengan (1977) menyatakan bahwa kondisis-kondisi seperti kemiskinan atau
pengangguran secara relative dapat melengkapi rangsangan-rangsangan untuk
melakukan pencurian, penipuan, dan perilaku menyimpang lainnya.
d.
Faktor
Lingkungan Sekolah
Selain
sebagai tempat pendidikan, tak jarang sekolah menjadi tempat penyebab timbulnya
gangguan tingkah laku dan emosi pada anak. Hal ini seperti yang dikemukakan
Sofyan Willis (1978) bahwa dalam rangka pembinaan anak didik kea rah
kedewasaan, kadang-kadang sekolah juga menjadi penyebab dari timbulnya
kenakalan remaja.
e.
Faktor Lingkungan
Masyarakat
Bandura
(Kirk dan Gallagher, 1986) menyatakan bahwa salah satu hal yang nampak
memengaruhi pola perilaku anak dalam lingkungan sosial adalah keteladanan,
yaitu meniru perilaku orang lain. Di samping meniru hal-hal positif, di lingkungan
masyarakat juga terdapat banyak sumber yang merupakan pengaruh negative yang
dapat memicu munculnya perilaku menyimpang. Hal ini dapat terjadi lebih tinggi
lagi di kota-kota besar yang mana di dalamnya tersedia berbagai fasilitas
tontonan dan hiburan yang kurang tersaring oleh budaya lokal.
Masuknya
pengaruh kebudayaan asing yang kurang sesuai dengan tradisi yang dianut
masyarakat yang diterima begitu saja oleh kalangan remaja dapat menimbulkan
konflik yang bersifat negative. Di satu piahk para remaja menganggap kebudayaan
asih tersebut benar, sementara di pihak lain masyarakat masih memegang
norma-norma yang bersumber pada adat istiadat dan agama.
Selanjutnya,
konflik juga timbul pada diri anak sendiri yang disebabkan norma yang dianut di
rumah bertentangan dengan norma dan kenyataan yang ada dalam masyarakat.
Misalnya, seorang anak dalam keluarga ditekankan untuk bertingkah laku sopan
dan menghargai orang lain, akan tetapi ia menemukan kenyataan lain dalam
masyarakat di mana banyak ditemukan tindakan kekerasan dan tidak adanya sikap
saling menghargai.
Terimakasih tulisannya sangat bermanfaat
ReplyDeleteMy blog