Posted by : Fatinah Munir 02 July 2017



Beberapa waktu lalu, ibu meminta saya membantu seorang tetangga di kampung. Menurut penuturan ibu, beliau adalah seorang lelaki yang kesusahan secara materil dan psikisnya. Salah satu hal yang ibu tekankan dalam kisahnya adalah lelaki ini mengalami stress setelah pernikahannya, katanya karena sikap istrinya. Lelaki ini kini telah menginggalkan ajaran-ajaran Islam, jauh dari keislaman. Beliau tidak shalat ataupun mengaji dan wajah beliau katanya tampak lebih tua daripada usianya. Padahal menurut kisah ibu, di masa bujangnya lelaki ini dikenal sebagai pemuda berilmu agama, pandai membaca Qur'an ataupun kitab-kitab gundul serta menjadi panutan bagi teman-temannya.

Kemudian saya jadi teringat tentang kisah sepupu saya. Seorang lelaki yang bisa dibilang "badung" dan memilih menikahi seorang wanita mantan tunasusila. Tetapi setelah pernikahannya, sepupu saya justru menjadi dekat dengan majelis-majelis ilmu, senang berkumpul dengan ulama, dan kini beliau menjadi guru mengaji untuk remaja di masjid sekitar rumahnya. Bahkan kini, beliau menjadi tokoh masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya, disegani karena ilmunya.

Demikian pula dengan istrinya yang kini berhijab, beliau menjalankan usaha kuliner di rumah, dan tidak pernah meluputkan pesantren sebagai tempat pendidikan anak-anaknya. Jika ada orang yang bertemu dengan beliau, tidak akan ada yang bisa mengira pekerjaan yang pernah beliau lakukan sebelumnya.

Dua cerita di atas setidaknya menjadi sedikit contoh dari banyak cerita serupa yang ada di kehidupan kita. Tentang kebaikan yang memudar dan menyisakan keburukan atau keburukan yang meluluh dan menjadikannya kebaikan.

Kedua kisah di atas sama-sama tentang pernikahan, hal indah yang selalu dinanti pemuda-pemudi. Tetapi keduanya memiliki perbedaan pada akhirnya; ada yang melemahkan iman, ada yang semakin menguatkan iman dan saling mengangkat derajat di hadapan-Nya.


Sebagaimana yang Allah sampaikan dalam Qur'an bahwa semestinya menikah adalah ibadah yang memampukan bagi yang miskin, yang menenteramkan bagi yang gelisah, serta yang melembutkan hati sesiapa di dalamnya. Tapi agaknya semua itu hanya bisa diraih jika setiap pasangan bisa saling mengisi kekosongan dan meluruskan kebengkokan dalam keimanan. Sehingga dapat pula dirasakan bahwa setiap pasangan semestinya menjadi keberkahan bagi satu sama lainnya.

Mengutip nasihat Syaikh Muhammad Mukhtar as-Syinqithi dalam salah satu tulisan Rania Arif Mahmud, istri dr. Gamal Albinsaid, dikatakan bahwa sebagian wanita adalah berkah. Wanita yang berkah, ketika dinikahi lelaki maka hartanya diberkahi, rizkinya diberkahi, dan pekerjaannya diberkahi.

Tampaknya demikian pula setiap orang di dunia ini yang sebagian bisa menjadi berkah bagi sebagian lainnya. Seperti teman yang menjadi keberkahan bagi teman lainnya, anak yang menjadi keberkahan bagi orang tuanya ataupun sebaliknya, dan setiap orang dengan berbagai profesinya yang menjadi keberkahan bagi lingkungannya.

Sebab sebagaimana keberadaan orang-orang yang menjadi berkah bagi orang lain, ada sebagian orang yang juga menjadi masalah bagi yang lainnya. Lalu di manakah kini dan nantinya posisi kita? Hanya Allah yang Tahu Jawabnya, menyesuaikan ikhtiar kita untuk selalu memperbaiki diri atau nyaman dalam kealpaan.

Sebaimana fitrahnya setiap manusia yang menginginkan kebaikan, semoga diri kita bisa menjadi lebih baik lagi sikap dan ilmunya, demi bisa menjadi yang berkah. Semoga kita bisa menjadi berkah bagi kedua orang tua, lingkungan, dan pasangan kelak. Agar semoga setiap kebersamaan mendekatkan pada taat.

Leave a Reply

Terima kasih atas komentarnya :)

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

You are The

Hallo Happy Readers!

Hallo Happy Readers!
Selamat datang di blog pribadi saya. Di blog ini teman-teman akan membaca tulisan-tulisan saya seputar pendidikan, kedisabilitasan dan inklusivitas, pengalaman mengajar, dan tulisan-tulisan lainnya yang dibuat atas inspirasi di sekitar saya. Semoga tulisan dalam blog ini bermanfaat dan menginspirasi pada kebaikan. Selamat membaca!

Contact Me

@fatinahmunir

fatinahmunir@gmail.com

Educator | Writer | Adventurer

Berbakti | Berkarya | Berarti

My Friends

- Copyright © Fatinah Munir -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -