Archive for December 2018
Belajar Merencanakan Keuangan
Belajar Merencanakan Keuangan
Bismillahirrahmanirrahim
Kemarin ceritanya saya menghadiri seminar yang diadakan salah
satu teman sekomunitas, Teh Nunuy FIM dengan CERIA (Cerita Ibu dan Anak). Tema
seminar ini tentang Millenial Penakluk
Dunia; Agama Melekat, Prestasi Melesat, Finansial Menguat. Duuh, berat ya
temanya. Tapi justru karena berat itulah, saya jadi penasaran untuk datang.
Apalagi kesempatan kali ini pembicaranya kece-kece. Ada Mbak Fanny Yulinda yang
sudah terkenal sebagai finance advisor dan Mbak Dewi Nur Aisyah yang keren
banget karena segudang prestasi akademiknya di samping menjadi ibu.
Nah, sekarang saya mau coba membagikan apa yang sedikit
saya pahami tentang perencanaan keuangan yang disampaikan oleh Mbak Fany.
~~~
Kalau ditanya berapa penghasilan per bulan, setiap orang
pasti bisa menjawab dengan cepat dan tepat. Lalu ketika ditanya berapa
pengeluaran per bulan, sudah bisa dipastikan akan ada banyak yang bingung
menjawabnya, mulai memperkirakan nominalnya, atau bahwa ada yang tidak bisa
menjawab sama sekali. Kenapa hal ini bisa terjadi? Jawabannya cuma satu. Karena
kita tidak pernah merencanakan akan kemana uang kita setiap bulannya.
Hal ini juga terjadi kepada saya. Kadang tahu berapa
jumpah pengeluaran, tapi lebih sering tidak tahunya. Ya itulah yang terjadi,
karena saya dan mungkin juga buibu dan calon ibu yang membaca tulisan ini
jarang bahkan tidak pernah merencanakan keuangan.
Perencanaan
Keuangan?
Sebelum membahas panjang lebar tentang perencanaan
keuangan, kita mesti tahu dulu nih apa itu perencanaan keuangan. Kalau dari
penjelasan Mbak Fany simpelnya perencanaan keuangan itu adalah proses mencapai
tujuan-tujuan keuangan kita. Jadi harus selalu ada perencanaan nih untuk setiap
rupiah yang kita punya.
Terus rencana yang dimaksud itu yang seperti apa sih?
Jadi, rencana keuangan yang dimaksud ini bukan tentang rencana mau beli apa dan
mengeluarkan uang untuk apa ya. Hehehe. Tapi ini lebih kepada kemana perginya
atau alokasi si uang ini sendiri. Mbak Fany bilang kalau setidaknya ada tiga
hal yang berkaitan dengan perencanaan ini, yaitu manajemen kekayaan, manajemen
asuransi, manajemen pesiun.
Nah loh, manajemen belajannya kok tidak ada? Tenang,
buibu dan calon ibu. Manajemen belanja itu masuk ke dalam manajemen kekayaan
kok. Nanti akan saya jabarkan sebatas pemahaman saya yang terbatas juga ya.
Hihihihi.
Kenapa
Merencanakan Keuangan?
Ini nih sebelumnya saya juga sering bingung kenapa harus
direncanakan segala. Alasan yang diberikan Mbak Fany sangat masuk akal dan
membantu saya meyakinkan diri lagi untuk rajin mengeek keuangan sebenarnya. Pertama,
jelas karena faktor ekonomi di mana nilai uang semakin tahun semakin beda,
harga kebutuhan pokok menaik cepat tapi penghasilan menaiknya lambat atau
justru tetap alias gak naik. Duuuh!
Kedua adalah tentang kondisi-kondisi di luar kendali kita
seperti ketika kita atau ada anggota keluarga yang sakit bahkan meninggal. Dan yang
terakhir adalah karena kita cuma punya peluang mengendalikan pengeluaran, bukan
pemasukannya. Hehe. Alasan terakhir ini miris sih tapi memang benar adanya >,<
Terus solusinya bagaimana dong? Harus hemat? Waah mengencangkan
ikat pinggang demi hemat dan menahan diri kayaknya akan sangat sulit buat
sebagian orang. Kalau harus gulung lengan baju untuk cari pemasukan tambahan
pun kayaknya kurang efektif kalau kita tetap tidak mengatur pengeluaran. Jawaban
sebenarnya adalah be wise spender!
Be wise spender mungkin jadi jawaban yang sangat muluk
untuk kita yang masih belajar tentang perencanaan keuangan. Tapi kalau
dipikir-pikir memang ini masalah kita yang sering kebablasan dengan
pengeluaran; karena tidak bijak dengan uang. Kalau kata Mbak Fany, ini karena
kita belum mengubah pandangan kita terhadap uang. Maksudnya adalah ketika kita
menilai bahwa uang adalah segalanya yang membuat hidup ini bisa lebih mudah,
lebih nyaman, sehingga kita bisa menikmati apapun sesuai keinginan kita. Minset
seperti di atas inilah yang berbahaya, karena akhirnya kita malah memilih
mengeluarkan uang karena gengsi, bukan karena benar-benar butuh.
“Money
is not everything, but everything need money.”
Quote di atas bisa menjadi acuan kita bagaimana
semestinya uang yang kita punya dialirkan. Wise spenders akan selalu memikirkan
bagaimana mendapatkan kebutuhannya dengan nilai uang yang sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhannya. Dari sinilah nanti kita berangkat merencanakan
keuangan kita.
Langkah-Langkah
Perencanaan Keuangan
Sebelum merencanakan keuangan, hal pertama yang harus
kita lakukan adalah dengan melakukan financial
check up. Apa lagi itu? Ini adalah tahapan kita mengenali keuangan kita
sendiri selama ini atau sebelum kita belajar merencanakan keuangan. Untuk
melakukan financial check up ini, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan.
Bagi yang sudah menikah bisa dimulai dari menyepakati siapa yang akan mengatur
keuangan keluarga untuk yang single, sudah tahulah ya pastinya akan mengurus
keuangan dirinya sendiri. Langkah selanjutnya adalah cek semua pemasukan dan pengeluaran tetap dan tidak tetap kita setiap bulan.
Kemudian kita juga harus mengecek
kekayaan yang kita punya. Kekayaan ini bisa dihitung dengan mengurangi aset
yang kita punya dengan hutang-hutang yang sedang dicicil atau belum dibayar.
Langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan keuangan. Bagian ini sifatnya jangka panjang dan kita
harus tahu keuangan kita nanti akan dikeluarkan untuk apa saja. Semua yang
tertulis dari tujuan keuangan ini harus disertai nominal dan jangka waktunya. Misalnya
2 tahun lagi punya Rp50.000.000 untuk menikah, 8 tahun lagi untuk naik haji
sekeluarga Rp120.000.000, atau 10 tahun lagi punya Rp600.000.000 untuk membeli
rumah dan kendaraan pribadi, dan sebagainya.
Setelah semua tujuan keuangan kita tertulis, barulah kita
mulai mengatur perencanaan keuangan.
Sebelum memulai langkah ini, hal terpenting yang harus diperhatikan adalah
semua yang tercatat harus relaistis.
Dalam mengatur perencanaan keuangan ini sangat disarankan untuk membagi
keuangan kita ke dalam beberapa pos disertai dengan persentase dari penghasilan
tiap bulan. Contoh pos-pos pengeluaran yang umum adalah membagi pengeluaran ke
pos sedekah 2.5%, tabungan dan dana darurat 10%, biaya hidup 40%, dan pos
membayar hutang 30%. Persentase dari pos-pos ini adalah presentase yang sangat
disarankan oleh Mbak Fany dan para financial advisor lainnya. Terutama untuk
persentase biaya hidup dan pembayaran hutang ya, mohon jangan coba-coba
melebihi persentase di atas :)
Untuk lebih jelasnya tentang langkah perencanaan keuangan
di atas, Mbak Fany memberikan worksheet untuk peserta seminar yang bisa
digunakan untuk mengatur keuangan bulanan. Worksheet ini sangat mudah dipahami
menurut saya dan sangat membantu memetakan keuangan. Pada worksheet di bawah
ini, ada kolom budget dan aktual. Pada kolom budget adalah dana yang kita punya
untuk tipe pengeluaran tersebut dan sifatnya bisa berubah-ubah sesuai dengan
kondisi keuangan bulanan kita. Sedangkan untuk kolom aktual adalah nilai
realistis yang kita keluarkan pada bulan itu. Setelah itu barulah kita masukkan
selisih dari budget dan aktual di kolom selisih. Di kolom selisih inilah kita
bisa melihat apakah pengeluaran kita sesuai rencana, di bawah rencana, atau
justru melebihi rencana.
Worksheet perencanaan keuangan |
Tips and Tricks
Setelah tahu langkah-langkah perencanaan keuangan, ada
beberapa tips dan tricks dari Mbak Fany yang disampaikan dan saya pikir sangat
bermanfaat nih untuk diterapkan setidaknya oleh saya.
Pisahkan tabungan
pribadi dan dana darurat. Awalnya saya bingung kenapa mesti dipisah, toh
sama-sama tabungan saya. Ternyata ini terkait dengan tujuan dari uang itu
sendiri. Tabungan akan tetap menjadi tabungan yang tidak akan digunakan sampai
tujuan keuangan itu sendiri tercapai. Baca lagi bagian menetapkan tujuan
keuangan di atas ya :) Dan sedangkan
dana darurat adalah dana yang bisa digunakan saat kondisi darurat sehingga
tabungan pribadi kita tidak terganggu jika ada situasi yang tak terkendali.
Buat lebih dari
satu rekening bank. Untuk rekening bank ini, Mbak Fany bilang kalau kita
bisa membagi rekening ke dalam 3 jenis, yaitu rekening tabungan utuh (yang
tidak boleh digunakan sama sekali), rekening dana darurat, dan rekening
kebutuhan sehari-hari. Untuk rekening tabungan utuh sebaiknya jangan membuat
kartu ATM-nya, karena toh tidak akan digunakan. Untuk rekening dana darurat,
kita bisa tetap memiliki kartu ATM-nya tetapi sangat disarankan tidak pernah
membawa kartu ATM-nya. Tapi jika tiga rekening dianggap terlalu banyak, kita
bisa menggunakan dua rekening berbeda saja. Rekening pertama untuk tabungan dan
dana darurat, rekening kedua untuk kebutuhan sehari-hari. Eh tapi peraturan
kartu ATM tetap harus dijalankan ya. Kartu ATM untuk rekening tabungan dan dana
darurat tetap tidak boleh dibawa berpergian.
Terakhir adalah tips dan tricks tentang arus masuk dan keluar uang. Jika
ada pengeluaran tambahan, kita bisa mengakalinya dengan membuat penghasilan
tambahan. Misalnya buibu dan calon buibu di sini membuat pos pengeluaran untuk
salon dan pulsa dari penghasilan sampingan berupa online shop. Jadi, ada atau
tidaknya pos untuk salon dan pulsa tergantung dengan penghasilan online shop
tadi.
Kira-kira begitulah tentang perencanaan keuangan yang
saya pahami dari pemaparan Mbak Fany. Semoga apa yang saya sampaikan ulang ini
bisa dipahami buibu dan calon buibu yang membaca dan bisa diaplikasikan dengan
baik. Allahumma aamiin. Untuk sesi kedua, sesi sharing bersama Mbak Dewi insya
Allah tulisannya menyusul setelah ini ya ^^
Terima kasih sudah membaca. Semoga bermanfaat dan
menginspirasi dalam kebaikan.
@fatinahmunir | 24 Desember 2018
Pada Jumat 14
Setiap Jumat hendak datang, selalu ada rasa yang berbeda.
Sesak yang tak pernah terbendung, seperti semua perasaan memaksa untuk dibebaskan
dari dada. Ketika matahari Kamis hendak turun, selalu ada wajahnya yang menahan
sakit dengan segenap rahasia yang rapi disimpannya.
Mata sayunya masih lekat terlihat di mata saya, hingga menjelang
Jumat datang saya lebih sering tak sanggup mememejamkan mata. Lalu berharap
Kamis malam itu pun saya tidak terpejam sedikit pun demi terakhir kali
membersamai malamnya.
Setiap matahari Jumat muncul sayup-sayup, perasaan-perasaan
yang tertahan selalu semakin memberatkan dada. Semakin kencang memaksa untuk
diluapkan entah dengan jeritan di balik bantal atau tangisan di antara suara
air keran yang sengaja dideraskan.
Tangannya yang keriput dan kasar masih terasa di tangan
saya, hingga saya selalu membayangkan bagaimana khikmatnya mencium tangan itu
untuk terakhir kalinya. Bagaimana nikmatnya mencium keningnya yang mendingin
untuk terakhir kalinya, tepat setelah salat subuh dan tanpanya.
Pada Jumat, semua perasaan yang ada selalu semakin
menyesakkan saja, Pak. Lalu tumpah melebihi biasanya, bersama airmata dan doa-doa
yang mengalir deras untukmu, Pak. Sama seperti Jumat 14 itu, saat Bapak pergi dan
semua impian saya menjadi tak lagi berarti.
Selalu sayang dan rindu, Pak.
Terima kasih lagi untuk semua yang Bapak lakukan selama
ini.
Semoga Allah hadiahkan surga terbaik-Nya buat Bapak.
Semoga bisa bertemu lagi di surga, Pak.
@fatinahmunir | Jumat, 14 Desember 2018
Sesak!
hanya mau dipeluk bapak
walau cuma sebentar
walau cuma dalam mimpi
Belajar dari Jepang: Sistem Pendidikan Hati untuk Anak Usia Dini
Konnichiwa,
Minna-san!
Hallo semuanya!
Kali ini saya mau membicarakan tentang
salah satu negara yang saya kagumi, terutama tentang pendidikannya. Jepang,
bagi saya adalah negara luar biasa karena negara ini tumbuh dan berkembang
dengan teknologi yang terus dimutakhirkan tanpa menanggalkan tradisi dan
budayanya. Dua hal yang berseberangan ini tidak asal dipadu-padankan di sana,
tetapi benar-benar digabungkan denga harmonis dan membuat negara ini menjadi
begitu besar sekaligus manis buat saya.
Walaupun saya belum pernah ke Jepang
(Semoga bisa segera tinggal di sana, ya Allah!^^), tapi saya suka membaca
buku-buku dan reality show di Jepang terutama yang berkaitan dengan pendidikan
dan budayanya. Nah, belakangan ini saya suka banget membaca tentang pendidikan anak
usia dini di Jepang di buku, blog, atau ipusnas. Tulisan kali ini adalah buah
dari membaca buku-buku tersebut yang saya pikir akan bermanfaat kalau dibaca
oleh orang lain. Semua hal yang saya tulis di sini benar-benar terinspirasi
dari system pendidikan anak usia dini di sana yang saya namakan sebagai Sistem
Pendidikan Hati. Mohon bersabar selama membaca tulisan sebanyak hampir 3000
kata ini ya ^^3
Sebelum membahas tentang sistem pendidikan
hati pada anak usia dini. Saya mau menjelaskan dulu kenapa harus anak usia dini
dan mengapa harus dibahas sekarang. Ini ada kaitannya dengan Indonesia Emas
2045 nanti.
Indonesia Emas 2045
Ada yang menarik dari perjalanan menuju
seabad kemerdekaan Indonesia. Genap seratus tahun lepas dari penjajahan,
Indonesia diramalkan akan memiliki bonus demografi yang hanya hadir ribuan
tahun sekali. Pada 2045 nanti Indonesia diprediksi memiliki 70% penduduk dengan
usia produktif atau usia 15-64 tahun dan 30% penduduk sisanya berusia tidak produktif atau usia
kurang dari 14 tahun. Bonus demografi inilah yang menjadi asal muasal digaungkannya
Indonesia Emas. Di mana pada seabad usianya, Indonesia diasumsikan memiliki
banyak pemuda.
Dominasi para pemuda dalam 70% penduduk
berusia produktif pada 2045 nanti, pastinya tidak sekadar menjadi pembahasan kuantitas
dong ya. Pastinya ada napas cita-cita besar Indonesia yang mengalir di
dalamnya. Ada Indonesia yang maju, mandiri, makmur, dan adil yang menanti untuk
diwujudkan keberadaannya oleh para pemuda. Lalu kekhawatiran pun mengemuka
tentang seperti apa 70% penduduk usia produktif yang akan dimiliki Indonesia kelak
dan bagaimana kualitas pemuda yang akan mendominasi di dalamnya.
Masih ada waktu 27 tahun untuk menjawab
kekhawatiran di atas. Itu artinya pemuda yang berusia 27 tahun hingga 35 tahun pada
masa itu baru saja dilahirkan atau sedang tumbuh pada 2018 ini. Bersamaan
dengan itu, pemuda saat ini yang berusia kisaran 20 tahun, akan menginjak usia
50 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa bayi-bayi dan anak-anak Indonesia saat
inilah yang akan menjadi generasi emas Indonesia.
Kekhawatiran akan Indonesia di usia
emasnya ini terus timbul tenggelam bersama harapan akan hadirnya karakter pemuda
yang tidak hanya produktif dan inovatif, tetapi juga bermoral baik, damai,
sehat, dan secara sadar menjaga keseimbangan alam. Di sinilah sebenarnya memastikan
Indonesia melahirkan pemuda cerdas beradab adalah haluan utama dari perjalanan
menuju Indonesia Emas dan menjadikan pendidikan sebagai kendaraan untuk mencapainya.
Indonesia Emas dan Pendidikan Anak Usia
Dini
Well. Mengingat bahwa bayi dan anak-anak
di masa sekarang adalah para calon generasi emas Indonesia, maka memberikan
pendidikan terbaik kepada anak-anak usia dini, usia 0 hingga 8 tahun atau
hingga anak mencapai pendidikan kelas 3 Sekolah Dasar, adalah solusi
fundamental untuk mempersiapkan generasi yang cerdas beradab. Pendidikan ini
harus menguatkan karakter anak menjadi pemuda yang modern tetapi tetap
Indonesia. Pendidikan yang tidak hanya menjadikan pemuda sebagai pengguna tapi juga
berdaya cipta. Nah, di Jepang memang seperti ini konsen pendiidikannya.
Di Jepang, semua pendidikan usia dini
mengembalikan pendidikan kepada fitrahnya sendiri. Maksudnya anak harus dilihat
sebagai individu utuh yang tidak hanya memiliki kemampuan berpikir, tetapi juga
punya hati yang mampu mengontrol segala pekertinya. Pendidikan juga harus menjadi
sarana anak mengembangkan diri sesuai kebutuhkannya. Oleh sebab itu, pendidikan
anak usia dini harus dijalankan dengan sistem pendidikan hati, sebagaimana yang
dilakukan di Jepang, di mana sekolah menjadi tempat anak mengoptimalkan
pengembangan hati sekaligus bertumbuh kembang sesuai dengan tahapan usianya.
Ki Hajar Dewantara dan Soerjono –atau
lebih dikenal dengan panggilan Pak Kasur, pernah bilang kalau pelaksanaan
pendidikan harus melatih rasa, di mana anak usia dini bermain untuk
menyempurnakan hati, mengembangkan budi pekerti, dan meluhurkan budaya bangsa
sendiri. Dengan kata lain, sistem pendidikan hati untuk anak usia dini
memusatkan pendidikan pada hati, pikiran, mentalitas dan kemanusiaan
dibandingkan dengan tugas akademik yang belum terlalu dibutuhkan oleh perkembangan
anak pada saat itu. Keren ya pemikiran beliau-beliau. Love you both so much
Bapak Pendidikan Indonesia dan Bapak Pejuang Pendidikan Anak :*
Okay, lanjut ya. Untuk mengelaborasi apa
yang dimaksud dengan sistem pendidikan hati pada anak usia dini ini, ada beberapa
aspek yang perlu disiapkan terlebih dahulu. Di antaranya adalah kurikulum tersembunyi
yang bermodifikasi, kegiatan harian berbasis disiplin mandiri, aktivitas
keterampilan dasar, dan pengoptimalan kebersihan dan kesehatan.
Kurikulum Tersembunyi yang Bermodifikasi
Kurikulum tersembunyi yang bermodifikasi
adalah kurikulum yang memiliki dua cara kerja yang berjalan secara beriringan,
yakni tersembunyi sekaligus bermodifikasi. Kurikulum tersembunyi adalah kurikulum
di mana segala aspek pendidikan yang mengembangkan kemampuan anak tidak
tertuang dalam bentuk mata pelajaran. Dengan menggunakan kurikulum tersembunyi
ini, justru target-target pendidikan dipadukan langsung ke dalam aktivitas harian
anak.
Tujuan sistem pendidikan hati yang saya
pelajari dari buku-buku pendidikan di Jepang memang berfokus kepada
mempersiapkan anak menjadi generasi cerdas beradab, tapi bukan berarti sistem
ini mengharuskan adanya mata pelajaran adab atau budi pekerti. Pada sistem
pendidikan hati, adab atau budi pekerti dimasukkan ke dalam setiap aktivitas
harian anak di tempat anak belajar, yakni di sekolah ataupun di rumah.
Sebagai contohnya adalah tujuan
pendidikan dalam mengembangkan anak menjadi warga negara yang berkasih sayang kepada
sesama mahluk tidak menjadikan sistem pendidikan hati memiliki mata pelajaran kasih
sayang. Sebaliknya, pelajaran berkasih sayang dileburkan ke dalam aktivitas
menyiram tanaman atau memelihara hewan peliharaan bersama-sama di lingkungan
belajar di Jepang. Bahkan ada sebuh buku yang memaparkan kalau salah satu tugas
anak kelas 1-3 SD adalah merawat tanaman di rumah atau memelihara serangga.
Lalu anak-anak diminta mencatat, menggambar, dan menceritakan pertumbuhan tanaman
atau serang itu di rumah.
Demikian juga ketika pendidikan
menargetkan anak menjadi warga negara yang inovatif, tidak serta merta membuat
sekolah memiliki mata pelajaran inovasi dan kreasi. Dalam sistem pendidikan
hati yang dianut Jepang, anak dapat dikondisikan bermain secara berkelompok
untuk membangun sebuah menara dari tumpukan stik es krim. Atau pada contoh
lainnya, anak melakukan membuat kreasi bangunan dari lego secara kelompok. Beberapa
referensi yang saya dapatkan malah menyebutkan kalau di SD ada matapelajaran
kreasi. Anak-anak biasanya diminta membawa barang bekas atau sampah yang bisa
didaur ulang. Nanti di sekolah anak-anak akan berkreasi dengan projek daur ulang
masing. Kalau sudah begini, katanya yang heboh bukan hanya anak-anaknya
melainkan ibu-ibunya yang harus selalu mengumpulkan sampah rumah tangga yang
bisa dikreasikan anak.
Pada contoh ini materi inovasi dan
kreasi dalam kurikulum tersembunyi sebenarnya dapat dilakukan secara individu.
Namun jauh lebih baik jika dilakukan secara berkelompok. Hal ini dikarenakan
untuk sekaligus menjadikan aktivitas ini sebagai sarana bermain sambil belajar hidup
berkelompok untuk saling percaya, interaksi sosial dan kerja sama sebagaimana
kondisi nyata kehidupan.
Contoh pengaplikasian kurikulum tersembunyi
yang lainnya adalah aktivitas berbincang-bincang singkat di setiap akhir kelas.
Di sini guru dan murid dapat membicarakan aktivitas yang terjadi selama sehari
penuh di tempat belajar, termasuk permasalahan yang ada pada hari itu. Dengan
sistem pendidikan hati, guru di Jepang sepertinya punya kesadaran yang lebih
besar untuk menstimulus kemampuan anak mengemukakan perasaan dan pendapatnya di
dalam bincang-bincang kelas ini. Ketika kelas membahas suatu masalah, guru pun
dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan stimulus agar anak bisa berdiskusi
dengan teman sekelasnya untuk memecahkan masalah tersebut bersama.
Beralih kepada kurikulum bermodifikasi,
yakni kurikulum yang terpusat pada pemerintah tetapi sekolah atau tempat
belajar mempunyai hak untuk memodifikasi kurikulum tersebut sesuai kebutuhan
anak dan budaya yang ada di lingkungan belajar tersebut. Artinya walaupun
menggunakan kurikulum yang sama dan mempunyai target pendidikan yang serupa,
pelaksanaan pendidikan usia dini di beberapa daerah pasti akan berbeda sesuai
dengan kebutuhan anak di daerah tersebut. Akan tetapi meskipun berdampak pada
berbedanya pengaplikasian kurikulum di lapangan, tetapi modifikasi kurikulum
ini tetap harus dilakukan tanpa melenceng dari acuan kurikulum pusat. FYI, kurikulum
pendidikan Jepang terpusat loh, tapi fleksibel dan sekolah bisa dengan leluasa
menyesuaikannya dengan kebutuhan anak-anak.
Sebagaimana penjelasan di atas, maka
kurikulum tersembuyi yang bermodifikasi menjalankan nilai-nilai pengembangan
kognitif, afektif, dan psikomotorik secara bersamaan. Kemudian semua aspek
dalam kurikulum bukan berbentuk penyampaian materi di dalam kelas melainkan terintegrasi
ke dalam aktivitas anak bersama lingkungan belajarnya di sekolah ataupun di
rumah.
Kegiatan Harian Berbasis Disiplin
Mandiri
Kemudian ada aspek kegiatan harian
berbasis disiplin mandiri yang bagian pelaksanaannya sangat melekat dalam
hampir seluruh aktivitas anak. Karena kegiatan harian berbasis disiplin mandiri
ini adalah bagian dari kurikulum tersembunyi, maka sama seperti sebelumnya, tidak
ada pemberian materi tentang apa itu disiplin dan mandiri. Tetapi lingkungan
dan aktivitas dibentuk untuk mengembangkan anak menjadi pribadi yang disiplin
juga mandiri. Anak dikembangkan kemampuannya untuk berdisiplin atas tanggung
jawabnya sendiri tanpa mendapatkan ancaman dalam bentuk apapun.
Kedisiplinan anak dalam konsep sistem
pendidikan hati ini tidak hanya mengarahkan anak untuk mengikuti aturan atau
perintah. Akan tetapi secara tidak langsung guru juga telah memberikan tanggung
jawab dan kepercayaan kepada anak, sekaligus memberikan anak ruang untuk
belajar bekerja sama dengan anak lain di dalam kelompoknya. Kemandirian anak
dalam konsep sistem pendidikan hati bukan hanya menjadikan anak dapat melakukan
berbagai hal secara mandiri. Tetapi kembali lagi kepada memberikan anak
kepercayaan bahwa apa yang menjadi tugas anak adalah tanggung jawabnya sendiri
dan harus diselesaikan sendiri.
Implementasi disiplin mandiri ini dapat melalui
pemberian tanggung jawab kepada anak secara berkelompok. Misalnya guru memberikan
tanggung jawab kepada lima sampai enam anak yang berbeda di setiap harinya untuk
membereskan mainan atau perlengkapan kelas. Dapat pula guru memberikan tanggung
jawab bergilir kepada anak secara individu atau berkelompok untuk mengelap kaca
di kelas setiap pulang sekolah. Penerapan tugas secara berkelompok pada aspek
aktivitas disiplin mandiri ini ditujukan agar anak memahami bahwa mandiri tidak
berarti dilakukan sendirian saja tanpa teman atau bersosialisasi. Akan tetapi
anak dipahamkan bahwa mandiri dalam lingkungan berkelompok berarti setiap
individu mempunyai dan menyelesaikan tugasnya sendiri.
Dalam praktik aktivitas berbasis
disiplin mandiri di atas, guru, orang tua, dan lingkungan belajar sangat tidak
dianjurkan nih untuk memberikan ancaman atau perintah tanpa contoh. Sebagai
gantinya, anak harus diberikan kepercayaan penuh dan tetap dibantu jika anak
mengalami kesulitan. Maksudnya adalah dalam segala aktivitas belajarnya bukan
berarti anak dibiarkan sendirian ya. Tetapi tetap ada pengawasan guru atau
orang dewasa ketika anak sedang menikmati ruang dan waktunya untuk belajar dari
pengalaman dan kesalahan yang dilakukan bersama-sama dengan teman sebayanya.
Aktivitas Keterampilan Dasar
Aspek selanjutnya adalah aktivitas
keterampilan dasar yang dalam sistem pendidikan hati aspek ini akan membantu anak
mengembangkan keterampilan hidup dan daya kreativitasnya. Pada aktivitas ini
anak diberikan kesempatan untuk berimajinasi dan mengekspresikan diri. Secara
tidak langsung, jiwa anak diberi stimulus pembelajaran agar tumbuh menjadi
pemuda yang merasa dan mencipta.
Dalam penerapannya, anak diberikan
aktivitas belajar yang berkaitan langsung dengan keterampilan hidup. Contohnya
adalah aktivitas merapikan dan membersihkan ruang belajar bersama-sama,
menyapu, mengepel, dan mengelap kursi dan meja bersama. Melalui aktivitas ini
anak disiapkan menjadi pemuda yang merasa, yang sedikit demi sedikit diberi
aktivitas nyata agar anak mempunyai pengalaman dan mampu saling menjaga.
Aktivitas lainnya adalah aktivitas seni
dasar seperti bernyanyi, bermain alat
musik, dan mendaur ulang sampah menjadi prakarya baru dalam bentuk projek
individu ataupun kelompok. Pada keterampilan inilah anak diberikan pengalaman
untuk mencipta melalui kesenian dan projek yang dibuatnya sendiri.
Pengoptimalan Kebersihan Dan Kesehatan
Terakhir adalah aspek pengoptimalan
kebersihan dan kesehatan anak usia dini. Aspek yang kerap kali diremehkan oleh
masyarakat Indonesia ini tanpa disadari memiliki dampak yang cukup besar dalam
tumbuh kembang anak usia dini loh. Karena jika kebersihan dan kesehatan anak
tidak diperhatikan, maka anak dapat mudah terkena penyakit hingga aktivitas
anak menjadi terhambat dan terbatas. Kalau sudah begini, pastinya sia-sia sudah
semua sarana dan prasarana pendidikan sebagus apapun itu.
Pengoptimalan kebersihan dan kesehatan pada
sistem pendidikan hati tetap diterapkan dalam bentuk bermain dan beraktivitas
keseharian di lingkungan belajar. Contohnya adalah merutinkan aktivitas pagi
dengan menyikat gigi bersama dan mencuci tangan. Dapat pula diterapkan dalam aktivitas
membersihkan tempat belajar setiap hari bersama-sama dan bermain olahraga
setiap pekannya. Kalau yang ini sudah sering lihat mungkin ya di film atau dorama
Jepang saat anak-anak SD mengepel lantai kelas atau menyikat kamar mandi. Aktivitas
ini bukan hal yang aneh di Jepang, karena kebersihan sekolah adalah tanggung
jawab seluruh warga sekolah dan tidak akan pernah ada petugas kebersihan di SD.
Tidak cukup sampai di situ, kebersihan
tempat belajar dan pelaksanaan olahraga bersama juga perlu ditunjang dengan
terpantaunya gizi dan nutri. Makan siang bersama dengan gizi seimbang yang
disiapkan oleh sekolah adalah contoh usaha besar dari sistem pendidikan hati
agar anak usia dini tetap terjaga asupan nutrisinya. Melalui penerapan makan
siang ini, anak yang berasal dari keluarga berekonomi rendah pun tetap memiliki
setidaknya satu kali asupan gizi yang baik dalam sehari.
Akan lebih baik lagi jika sekolah
melakukan pemeriksaan pertumbuhan anak seperti mencatat perubahan berat badan
dan tinggi badan anak setiap semesternya. Pencatatan berat dan tinggi badan
anak bertujuan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya permasalahan
pertumbuhan anak. Pencatatan BB dan TB ini benar-benar dilakukan di Jepang.
Jadi selain ada buku laporan perkembangan kemampuan social dan akademik anak,
ada juga loh buku laporan yang isinya perkembangan kesehatan anak yang ditulis
oleh dokter anak yang ditugaskan ke sekolah setiap semesternya.
Berbagai aspek dari sistem pendidikan
hati untuk anak usia dini di atas pastinya diperkirakan membutuhkan fasilitas
yang tidak sedikit. Tapi sebenarnya karena segala aspek tersebut merupakan
aktivitas keseharian. Maka untuk menerapkannya sekolah cukup dengan memaksimalkan
fasilitas yang ada di dalam atau di lingkungan sekolah. Tidak perlu media
khusus untuk menerapkan sistem pendidikan hati ini karena segala aspeknya
merupakan bagian dari kehidupan keseharian anak.
Dalam pengaplikasiannya, sistem
pendidikan hati untuk anak usia dini ini menuntut keterlibatan penuh dari setiap
figur lingkup pendidikan anak. Tidak
hanya guru dan orang tua, tetapi staff sekolah atau lembaga pendidikan juga
berperan sebagai motor pendidikan. Artinya orang tua bukanlah klien guru dan
staff di sekolah, melainkan rekan sesama motor pendidikan yang menjadikan anak
sebagai objek utama pendidikan itu sendiri. Oleh sebab itu para motor
pendidikan harus memiliki komunikasi, kerja sama, dan rasa saling percaya.
Jauh
lebih dalam lagi, motor pendidikan perlu menyadari betul bahwa
pekerjaan-pekerjaan yang ada di dalam sistem ini adalah pekerjaan lahir untuk
mendidik batin. Hal ini tentu saja demi mencapai tujuan jangka panjang sistem pendidikan
hati, yakni agar anak-anak tumbuh menjadi pemuda yang berpekerti baik dan
menggunakan kecerdasannya untuk kemaslahatan bersama.
Sistem pendidikan hati yang dirancang Jepang
ini agaknya bisa kita tiru untuk menyiapkan generasi emas Indonesia yang cerdas
beradab ini akan berjalan dengan baik jika wajib belajar diterapkan sebagaimana
mestinya. Yang mana wajib belajar seharusnya menjadi masa anak memperoleh hak
belajarnya tanpa ada tinggal kelas dan ujian masuk atau ujian penentu kelulusan
selama dalam masa tersebut. Jika wajib belajar diterapkan cara demikian,
program wajib belajar telah mendukung sepenuhnya kebutuhan perkembangan anak
dan hal ini sama dengan mendukung menyiapkan generasi emas Indonesia yang
cerdas beradab.
Dalam sistem pendidikan hati pada anak
usia dini ini tentunya pendidikan tidak begitu saja melupakan aspek kognitif
dan meniadakan aktivitas akademik anak usia dini. Pengenalan ruang, bentuk,
meningkatan motorik kasar dan halus, semuanya tetap ada meskipun dileburkan ke
dalam aktivitas keseharian. Aktivitas ini dapat tidak melulu menggunakan kertas
dan gunting, anak bisa belajar ruang dan bentuk dari contoh benda-benda di
sekitar lingkungan belajar. Demikian juga dengan pengenalan huruf dan angka,
tidak selalu dilakukan murid dengan kertas dan pensil. Aspek kognitif ini tetap
dileburkan dalam aktivitas keseharian seperti aktivitas mengenal huruf dan
angka di atas pasir, mengenal hitungan sederhana dari dengan mengenal jumlah
bangku di dalam kelas saat merapikan kelas, dan sebagainya.
Tugas besar para motor pendidikan untuk
menerapkan sistem pendidikan hati ini pastinya adalah bagaimana memindahkan
segala tuntutan kurikulum ke dalam aktivitas keseharian. Hal ini tentu tidak
mudah, tetapi akan menjadi mudah jika membaginya ke dalam aspek-aspek sistem
pendidikan hati seperti yang telah dijelaskan di atas.
Seperti itulah rancangan sistem
pendidikan hati pada anak usia dini yang diterapkan di Jepang. Jadi tidak heran
lagi ya, bagaimana orang-orang Jepang didominasi dengan orang-orang yang
inovatif tapi tetap punya budi pekerti yang tinggi. Kalau kata teman Jepang
saya mungkin karena budaya malu di Jepang sangat tinggi, jadinya orang akan
selalu berhati-hati bersikap dan tidak mau merepotkan atau menggangu orang
lain. Kembali ke sistem pendidikan hati pada anak usia dini ya. Siapa tahu ada
teman-teman yang mau mendirikan sekolah atau sudah punya anak dan mau
menerapkan system seperti ini, kayaknya akan sangat bagus untuk Indonesia ke
depannya nih. Ya kalau diterapkan kita semua bisa bersama-sama menaruh
napas-napas harapan, untuk menyiapkan anak-anak Indonesia menjadi generasi emas
yang cerdas beradab dan mampu menjadikan Indonesia bersinar di usia emasnya.
Aamiin.
@fatinahmunir | 11 Desember 2018
Sehari Memperingati Hari Disabilitas untuk Selamanya Berarti
Masih dalam suasana memperingati Hari Disabilitas
Internasional 2018, saya jadi kepikiran bagaimana peringatan yang hanya satu hari
ini bisa memberikan arti dalam jangka waktu yang lama untuk banyak orang. Tidak
untuk individu dengan disabilitas saja tetapi juga untuk semua kalangan dalam lingkungan
social kita.
Kalau mengengok lagi semangat pencanangan Hari Disabilitas
Internasional (HDI) dalam tulisan saya sebelumnya, peringatan HDI ini semestinya untuk me-refresh pemahaman masyarakat umum atas
keberadaan individu dengan disabilitas. Juga sekaligus memberikan harapan baru kepada
individu dengan disabilitas untuk semakin dapat diterima oleh masyarakat dengan
cara yang baik.
Apalagi tema HDI 2018 ini yang sangat visioner, Empowering Persons with Disabilities and
Ensuring Inclusiveness and Equality. Memberdayakan Individu dengan
Disabilitas serta Memastikan Keinklusian dan Kesetaraan. Tema ini dibuat
sebagai bentuk harapan PBB atas Agenda Pengembangan Jangka
Panjang 2030 nanti. Pada agenda ini, PBB menjanjikan leave no one behind alias tidak
meninggalkan seorang pun. Ini artinya PBB menargetkan 2030 nanti setiap
kalangan masyarakat, yang memiliki keterbatan fisik, keterbatasan ekonomi, dan
kalangan etnis minoritas, dalam berkembangan bersama sebagaimana masyarakat
pada umumnya sebagaimana nilai-nilai keinklusian itu semestinya dijalankan.
Terus bagaimana dong
supaya peringatan yang satu hari ini bisa berarti dalam jangka panjang untuk
teman-teman disabilitas ataupun nondisabilitas? Di bawah ini saya insya Allah
akan sedikit sharing pemikiran saya yang semoga bisa ditiru oleh teman-teman semua , baik teman-teman disabilitas, teman-teman nondisabilitas yang sudah mengenal baik dunia disabilitas
ataupun tidak tahu sama sekali tentang kedisabilitasan.
Pertama, kenalkan
dunia disabilitas kepada masyarakat umum dengan cara terbaik versimu. Untuk
teman-teman disabilitas dan yang sudah mengenal baik dunia kedisabilitasan, hal
ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Misalnya dengan bercerita
tentang pengalaman kalian yang berhubungan dengan dunia kedisabilitasn melalui
lisan atau tulisan. Teman-teman bisa cerita saat kumpul-kulmpul atau hang out.
Bagi yang aktif menggunakan social media, teman-teman bisa sesekali posting
tentang kedisabilitasan dalam feed atau story kalian.
Saya pribadi memilih menjadikan social media yang saya
punya termasuk blog ini sebagai media mengenalkan dunia murid-murid saya,
keautistikan, kepada teman-teman saya. Kadang saya juga memberikan tips mengajar
atau cara yang saya gunakan dalam berinteraksi dengan mereka.
Nah, dalam satu hari atau sepekan sejak peringatan HDI
2018, teman-teman bisa membuat tema feed teman-teman menjadi special mengenalkan
dunia disabilitas. Atau bisa juga teman-teman ikut membagikan berbagai info
kegiatan yang berhubungan dengan kedisabilitasan. Tapi perlu diingat, ketika
ingin posting info-info tentang kedisabilitasan dan ada foto teman disabilitas
di sana, pastikan foto itu sudah mendapat izin publikasi dari teman disabilitas
tersebut. Kalaupun tidak memungkinkan meminta izin, teman-teman bisa
menghindari posting bagian wajah atau cukup menggunakan foto ilustrasi yang
banyak tersebar bebas di google.
Kedua, biasakan
melihat kelebihan setiap individu dengan disabilitas daripada kekurangannya. Sejak
kuliah pendidikan khusus, dosen-dosen saya selalu menekankan bahwa label pada
setiap individu disabilitas tidaklah penting. Ketika kita tahu hambatan atau
masalah pada individu dengan disabilitas tersebut, kami para guru selalu
dituntut menemukan kelebihan mereka. Sekecil apapun itu kelebihan atau
potensinya. Kemudian kami akan berusaha sebisa mungkin untuk melibatkan mereka
dengan kemampuan yang mereka miliki dan mengembangkan kemampuan tersebut
menjadi lebih maksimal.
Saya pikir konsep ini semestinya tidak hanya digunakan
oleh pengajar individu dengan disabilitas seperti saya, tetapi juga harus dimiliki
oleh setiap masyarakat. Jika setiap orang memiliki persepsi seperti ini, focus kepada kelebihan orang lain, maka
sangat mungkin pandangan dengan rasa iba, takut, jijik, atau merendahkan akan
hilang dengan sendirinya. Bahkan konsep fokus pada kelebihan orang lain ini
tidak hanya akan membuka peluang bagi individu dengan disabilitas, tetapi membuka
mata dan hati kita untuk lebih menghargai setiap orang yang kita temui.
Ketiga dan
keempat, dua cara yang tidak dapat dipisahkan yaitu libatkan teman-teman dengan
disabilitas dalam aktivitas kalian dan beri akses pada aktivitas tersebut.
Setiap dari kita pasti punya aktivitas rutin atau kesukaan. Nah, mulai sekarang
coba sedikit demi sedikit untuk melibatkan teman-teman dengan disabilitas dalam
aktivitas kalian.
Misalnya buat kalian yang suka menonton film, coba
sesekali ajak teman dengan disabilitas netra (masalah penglihatan) untuk nonton
bareng di bioskop. Tapi jangan lupa memberikan akses kepada mereka dengan
membisikkan alur cerita jika tidak ada dialog dalam adegan film tersebut supaya
teman-teman dengan disabilitas netra bisa memahami alur ceritanya. Atau jika
teman-teman suka datang ke agenda seminar, talkshow, atau kajian keagamaan,
teman-teman bisa ajak teman-teman dengan disabilitas dengar (tuli) untuk
mengikuti agenda tersebut. Tapi tetap berikan akses berupa interpreter atau
penerjemah bahasa isyarat agar teman-teman tuli bisa memahami apa yang
disampaikan oleh pembicara.
Kalau teman-teman mau melibatkan teman-teman dengan
disabilitas lebih dalam lagi, teman-teman yang suka membuat projek atau sedang
manjalankan start-up bisa melibatkan teman-teman dengan disabilitas dalam
pekerjaan ini. Jangan lupa cara kedua (melihat kelebihan mereka) dan berikan
akses agar mereka bisa terlibat dan mengembangkan diri mereka dengan maksimal
ya.
Lima, ajak
teman-teman yang belum mengenal disabilitas untuk ikut serta. Kalau
teman-teman sudah mencoba tiga-empat hal di atas, jangan lupa untuk ajak
teman-teman yang masih awam dengan dunia kedisabilitasan untuk ikut bergabung
atau setidaknya ikut hang out dan berteman dengan teman-teman dengan
disabilitas. Karena keinklusian ini akan berjalan dengan baik jika semakin
banyak orang yang terlibat.
Lima setengah,
ikut sebarkan tulisan ini agar semakin banyak yang membaca dan memahami cara
memperingati Hari Disabilitas Internasional 2018 ini agar berarti untuk
selamanya. Hehehe. Ini setengah promosi blog sebenarnya, tapi semoga apa
yang saya tuliskan di sini benar-benar bermanfaat ya. ^^3
Kurang lebih begitulah beberapa cara yang menurut saya
bisa kita lakukan untuk mendukung teman-teman dengan disabilitas. Semoga dengan
lima langkah kecil ini, bisa membuka jalan merealisasikan keinklusivan dalam kehidupan
kita semua.
Lima cara di atas kok kayaknya cuma bisa dilakukan oleh teman-teman
yang nondisabilitas ya. Lalu apa yang bisa dilakukan oleh teman-teman dengan
disabilitas itu sendiri?
Untuk teman-teman dengan disabilitas, dari banyak sharing
bersama teman-teman dengan disabilitas masalah dari dalam diri mereka hanya
satu yakni self-esteem atau mengakui kemampuan diri sendiri. Teman-teman dengan
disabilitas hanya butuh sedikit lebih percaya diri, membuka diri atas kemampuan
yang teman-teman miliki dan berani terlibat dengan masyarakat. Pastinya hal ini
membutuhkan kepercayaan diri yang tinggi karena risiko yang diambil pasti tidak
kecil. Seperti gagal di usaha pertama, tidak diacuhkan, bahkan diragukan
kemampuannya. Tapi teman-teman dengan disabilitas harus tetap maju.
Mas Dimas (disabilitas netra) dengan kartunet.com-nya,
Senna (disabilitas netra) dengan karier kepenulisannya, Annisa Rahmania (tuli) dengan dakwah hijrahnya untuk
teman-teman tuli, Mbak Cucu Saidah dan Mas Faizal (disabilitas fisik) dengan
aktivitas advokasi keinklusiannya, dan Muhammad Ikbar Ishomi (Spektrum Autisme)
dengan prestasi anggarnya, atau Ananda Sukarlan (Asperger) dengan prestasi
permainan pianonya. Nama-nama ini mungkin bisa menjadi contoh buat teman-teman
dengan disabilitas di luar sana, bahwa fokus kepada kemampuan yang dimiliki dan menghargai
kemampuan diri sendiri adalah kunci utama sebelum teman-teman dengan
disabilitas terjun lebih jauh lagi ke masyarakat yang lebih luas lagi.
Perlu kita ingat sekali lagi, bahwa keberadaan Hari Disabilitas
Internasional ini lahir dengan semangat harapan jangka panjang akan keinklusian
masyarakat. Tujuan ini hanya bisa dicapai dengan kerjasama antar teman-teman
dengan disabilitas dan masyarakat nondisabilitas untuk saling mendukung,
menjalankan peran maisng-masing dengan maksimal, dan saling mengoreksi demi
terciptanya lingkungan yang inklusi untuk semua kalangan.
Jadi, mari kita rayakan bersama keinklusian ini mulai
dari diri sendiri, dari hal yang kecil, dari hal yang paling mudah kita
lakukan.
Selamat Hari
Disabilitas Internasional!
@fatinahmunir | 5 Desember 2018
Siapa yang Memperingati Hari Disabilitas?
Bagi sebagian masyarakat umum, Hari Disabilitas Internasional mungkin diartikan sebagai hari euphoria bagi individu dengan disabilitas. Atau dianggap sebagai euphoria orang-orang yang terlibat dengan disabilitas, misalnya keluarga dan orang terdekat mereka, atau tim yang menangani mereka seperti guru, terapis, dan psikolog.
Kalau boleh sedikit bercerita, sebenarnya sebelum ada
Hari Disabilitas Internasional atau dalam versi aslinya disebut International
Day of Persons with Disabilities, pada 1981 PBB terlebih dahulu mencetuskan Tahun Disabilitas
Internasional (International Year of Disabled Persons). Tema yang diangkat saat
itu adalah Full Participation and Equality (Partisipasi Penuh dan Kesetaraan).
Sejak ada IYDP, berbagai organisasi dan pemerintahan
berbagai negara mulai melibatkan disabilitas dalam banyak lini kehidupan.
Setelah itu untuk lebih meningkatkan tujuan ini, barulah pada 1992 PBB
mencanangkan tanggal 3 Desember sebagai Hari Disabilitas Internasional.
Berubahnya IYDP menjadi IDPD sejak 26 tahun lalu ini
karena PBB merasa bahwa waktu hampir 10 tahun yang digunakan sejak ada IYDP dapat digerakan menjadi lebih besar lagi di bawah program dunia yang
dikendalikan PBB. Selain itu, PBB punya harapan agar setiap orang bisa ikut
andil dalam membantu individu dengan disabilitas untuk dapat terlibat dalam
segala lini kehidupan dan mendapatkan kesempatan yang sama dengan yang lainnya.
Nah. Kalau kita tengok lagi, itu artinya tidak ada banyak
euphoria atau perayaan yang sesungguhnya dalam Hari Disabilitas Internasional
ini sebab hari ini lahir dengan napas perjuangan untuk memberikan dan mendapatkan apa
yang seharuskan dimiliki setiap individu dengan disabilitas. Dalam keriuhan
peringatan Hari Disabilitas Internasional ini setiap orang tanpa terkecuali
diharapkan dapat ikut menyebarluaskan tentang dunia kedisabilitasan, menerima
individu dengan disabilitas sebagaimana mereka menjadi bagian dari lingkungan sosial,
dan memberikan mereka kesempatan yang sama sebagaimana masyarakat umum
memilikinya.
Membicarakan hal ini, saya jadi teringat beberapa hari
lalu menjelang Hari Disabilitas Internasional 2018 (International Day of
Persons with Disabilities 2018). Saat itu saya berbincang santai dengan salah
seorang teman sekaligus rekan mengajar. Topik perbincangan kami bermula dari
satu pertanyaan simpel dan yang mungkin sudah kami simpan selama bertahun-tahun
di kepala masing-masing.
Mengapa setiap agenda Hari Disabilitas Internasional kedisabilitasan
peserta yang hadir didominasi oleh individu dengan disabilitas itu sendiri, keluarga
yang mempunyai anggota keluarga dengan disabilitas, atau para calon pengajar
dan pengajar individu dengan disabilitas?
Ya, kurang lebih mungkin tulisan ini menjadi jawabannya.
Yaitu karena masih banyak masyarakat yang menganggap Hari Disabilitas
Internasional hanya milik setiap individu dengan disabilitas dan orang-orang
yang terlibat langsung dengan mereka. Padahal setiap kita secara tidak langsung
adalah yang terlibat dengan mereka. Karena setiap hal yang kita lakukan dan peluang
yang dimiliki ada milik mereka.
Jadi, siapa yang memperingati Hari Disabilitas?
Jawabannya adalah kita semua. Dengan cara ikut mengenal
mereka dengan baik, melibatkan mereka dengan cara yang baik, dan memberikan mereka ruang untuk meraih kesempatan yang
sama dengan kita semua.
Selamat Hari Disabilitas Internasional!
Mari kita rayakan bersama!
Mari kita rayakan bersama!
@fatinahmunir | 3 Desember 2018