Archive for December 2018

Belajar Merencanakan Keuangan


Belajar Merencanakan Keuangan

Bismillahirrahmanirrahim

Kemarin ceritanya saya menghadiri seminar yang diadakan salah satu teman sekomunitas, Teh Nunuy FIM dengan CERIA (Cerita Ibu dan Anak). Tema seminar ini tentang Millenial Penakluk Dunia; Agama Melekat, Prestasi Melesat, Finansial Menguat. Duuh, berat ya temanya. Tapi justru karena berat itulah, saya jadi penasaran untuk datang. Apalagi kesempatan kali ini pembicaranya kece-kece. Ada Mbak Fanny Yulinda yang sudah terkenal sebagai finance advisor dan Mbak Dewi Nur Aisyah yang keren banget karena segudang prestasi akademiknya di samping menjadi ibu.

Nah, sekarang saya mau coba membagikan apa yang sedikit saya pahami tentang perencanaan keuangan yang disampaikan oleh Mbak Fany.

~~~

Kalau ditanya berapa penghasilan per bulan, setiap orang pasti bisa menjawab dengan cepat dan tepat. Lalu ketika ditanya berapa pengeluaran per bulan, sudah bisa dipastikan akan ada banyak yang bingung menjawabnya, mulai memperkirakan nominalnya, atau bahwa ada yang tidak bisa menjawab sama sekali. Kenapa hal ini bisa terjadi? Jawabannya cuma satu. Karena kita tidak pernah merencanakan akan kemana uang kita setiap bulannya.

Hal ini juga terjadi kepada saya. Kadang tahu berapa jumpah pengeluaran, tapi lebih sering tidak tahunya. Ya itulah yang terjadi, karena saya dan mungkin juga buibu dan calon ibu yang membaca tulisan ini jarang bahkan tidak pernah merencanakan keuangan.

Perencanaan Keuangan?

Sebelum membahas panjang lebar tentang perencanaan keuangan, kita mesti tahu dulu nih apa itu perencanaan keuangan. Kalau dari penjelasan Mbak Fany simpelnya perencanaan keuangan itu adalah proses mencapai tujuan-tujuan keuangan kita. Jadi harus selalu ada perencanaan nih untuk setiap rupiah yang kita punya.

Terus rencana yang dimaksud itu yang seperti apa sih? Jadi, rencana keuangan yang dimaksud ini bukan tentang rencana mau beli apa dan mengeluarkan uang untuk apa ya. Hehehe. Tapi ini lebih kepada kemana perginya atau alokasi si uang ini sendiri. Mbak Fany bilang kalau setidaknya ada tiga hal yang berkaitan dengan perencanaan ini, yaitu manajemen kekayaan, manajemen asuransi, manajemen pesiun.

Nah loh, manajemen belajannya kok tidak ada? Tenang, buibu dan calon ibu. Manajemen belanja itu masuk ke dalam manajemen kekayaan kok. Nanti akan saya jabarkan sebatas pemahaman saya yang terbatas juga ya. Hihihihi.

Kenapa Merencanakan Keuangan?

Ini nih sebelumnya saya juga sering bingung kenapa harus direncanakan segala. Alasan yang diberikan Mbak Fany sangat masuk akal dan membantu saya meyakinkan diri lagi untuk rajin mengeek keuangan sebenarnya. Pertama, jelas karena faktor ekonomi di mana nilai uang semakin tahun semakin beda, harga kebutuhan pokok menaik cepat tapi penghasilan menaiknya lambat atau justru tetap alias gak naik. Duuuh!

Kedua adalah tentang kondisi-kondisi di luar kendali kita seperti ketika kita atau ada anggota keluarga yang sakit bahkan meninggal. Dan yang terakhir adalah karena kita cuma punya peluang mengendalikan pengeluaran, bukan pemasukannya. Hehe. Alasan terakhir ini miris sih tapi memang benar adanya >,<

Terus solusinya bagaimana dong? Harus hemat? Waah mengencangkan ikat pinggang demi hemat dan menahan diri kayaknya akan sangat sulit buat sebagian orang. Kalau harus gulung lengan baju untuk cari pemasukan tambahan pun kayaknya kurang efektif kalau kita tetap tidak mengatur pengeluaran. Jawaban sebenarnya adalah be wise spender!

Be wise spender mungkin jadi jawaban yang sangat muluk untuk kita yang masih belajar tentang perencanaan keuangan. Tapi kalau dipikir-pikir memang ini masalah kita yang sering kebablasan dengan pengeluaran; karena tidak bijak dengan uang. Kalau kata Mbak Fany, ini karena kita belum mengubah pandangan kita terhadap uang. Maksudnya adalah ketika kita menilai bahwa uang adalah segalanya yang membuat hidup ini bisa lebih mudah, lebih nyaman, sehingga kita bisa menikmati apapun sesuai keinginan kita. Minset seperti di atas inilah yang berbahaya, karena akhirnya kita malah memilih mengeluarkan uang karena gengsi, bukan karena benar-benar butuh.

“Money is not everything, but everything need money.”

Quote di atas bisa menjadi acuan kita bagaimana semestinya uang yang kita punya dialirkan. Wise spenders akan selalu memikirkan bagaimana mendapatkan kebutuhannya dengan nilai uang yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. Dari sinilah nanti kita berangkat merencanakan keuangan kita.

Langkah-Langkah Perencanaan Keuangan

Sebelum merencanakan keuangan, hal pertama yang harus kita lakukan adalah dengan melakukan financial check up. Apa lagi itu? Ini adalah tahapan kita mengenali keuangan kita sendiri selama ini atau sebelum kita belajar merencanakan keuangan. Untuk melakukan financial check up ini, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Bagi yang sudah menikah bisa dimulai dari menyepakati siapa yang akan mengatur keuangan keluarga untuk yang single, sudah tahulah ya pastinya akan mengurus keuangan dirinya sendiri. Langkah selanjutnya adalah cek semua pemasukan dan pengeluaran tetap dan tidak tetap kita setiap bulan.  Kemudian kita juga harus mengecek kekayaan yang kita punya. Kekayaan ini bisa dihitung dengan mengurangi aset yang kita punya dengan hutang-hutang yang sedang dicicil atau belum dibayar.

Langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan keuangan. Bagian ini sifatnya jangka panjang dan kita harus tahu keuangan kita nanti akan dikeluarkan untuk apa saja. Semua yang tertulis dari tujuan keuangan ini harus disertai nominal dan jangka waktunya. Misalnya 2 tahun lagi punya Rp50.000.000 untuk menikah, 8 tahun lagi untuk naik haji sekeluarga Rp120.000.000, atau 10 tahun lagi punya Rp600.000.000 untuk membeli rumah dan kendaraan pribadi, dan sebagainya.

Setelah semua tujuan keuangan kita tertulis, barulah kita mulai mengatur perencanaan keuangan. Sebelum memulai langkah ini, hal terpenting yang harus diperhatikan adalah semua yang tercatat harus relaistis. Dalam mengatur perencanaan keuangan ini sangat disarankan untuk membagi keuangan kita ke dalam beberapa pos disertai dengan persentase dari penghasilan tiap bulan. Contoh pos-pos pengeluaran yang umum adalah membagi pengeluaran ke pos sedekah 2.5%, tabungan dan dana darurat 10%, biaya hidup 40%, dan pos membayar hutang 30%. Persentase dari pos-pos ini adalah presentase yang sangat disarankan oleh Mbak Fany dan para financial advisor lainnya. Terutama untuk persentase biaya hidup dan pembayaran hutang ya, mohon jangan coba-coba melebihi persentase di atas :)

Untuk lebih jelasnya tentang langkah perencanaan keuangan di atas, Mbak Fany memberikan worksheet untuk peserta seminar yang bisa digunakan untuk mengatur keuangan bulanan. Worksheet ini sangat mudah dipahami menurut saya dan sangat membantu memetakan keuangan. Pada worksheet di bawah ini, ada kolom budget dan aktual. Pada kolom budget adalah dana yang kita punya untuk tipe pengeluaran tersebut dan sifatnya bisa berubah-ubah sesuai dengan kondisi keuangan bulanan kita. Sedangkan untuk kolom aktual adalah nilai realistis yang kita keluarkan pada bulan itu. Setelah itu barulah kita masukkan selisih dari budget dan aktual di kolom selisih. Di kolom selisih inilah kita bisa melihat apakah pengeluaran kita sesuai rencana, di bawah rencana, atau justru melebihi rencana.

Worksheet perencanaan keuangan

Tips and Tricks

Setelah tahu langkah-langkah perencanaan keuangan, ada beberapa tips dan tricks dari Mbak Fany yang disampaikan dan saya pikir sangat bermanfaat nih untuk diterapkan setidaknya oleh saya.

Pisahkan tabungan pribadi dan dana darurat. Awalnya saya bingung kenapa mesti dipisah, toh sama-sama tabungan saya. Ternyata ini terkait dengan tujuan dari uang itu sendiri. Tabungan akan tetap menjadi tabungan yang tidak akan digunakan sampai tujuan keuangan itu sendiri tercapai. Baca lagi bagian menetapkan tujuan keuangan  di atas ya :) Dan sedangkan dana darurat adalah dana yang bisa digunakan saat kondisi darurat sehingga tabungan pribadi kita tidak terganggu jika ada situasi yang tak terkendali.

Buat lebih dari satu rekening bank. Untuk rekening bank ini, Mbak Fany bilang kalau kita bisa membagi rekening ke dalam 3 jenis, yaitu rekening tabungan utuh (yang tidak boleh digunakan sama sekali), rekening dana darurat, dan rekening kebutuhan sehari-hari. Untuk rekening tabungan utuh sebaiknya jangan membuat kartu ATM-nya, karena toh tidak akan digunakan. Untuk rekening dana darurat, kita bisa tetap memiliki kartu ATM-nya tetapi sangat disarankan tidak pernah membawa kartu ATM-nya. Tapi jika tiga rekening dianggap terlalu banyak, kita bisa menggunakan dua rekening berbeda saja. Rekening pertama untuk tabungan dan dana darurat, rekening kedua untuk kebutuhan sehari-hari. Eh tapi peraturan kartu ATM tetap harus dijalankan ya. Kartu ATM untuk rekening tabungan dan dana darurat tetap tidak boleh dibawa berpergian.

Terakhir adalah tips dan tricks tentang arus masuk dan keluar uang. Jika ada pengeluaran tambahan, kita bisa mengakalinya dengan membuat penghasilan tambahan. Misalnya buibu dan calon buibu di sini membuat pos pengeluaran untuk salon dan pulsa dari penghasilan sampingan berupa online shop. Jadi, ada atau tidaknya pos untuk salon dan pulsa tergantung dengan penghasilan online shop tadi.

Kira-kira begitulah tentang perencanaan keuangan yang saya pahami dari pemaparan Mbak Fany. Semoga apa yang saya sampaikan ulang ini bisa dipahami buibu dan calon buibu yang membaca dan bisa diaplikasikan dengan baik. Allahumma aamiin. Untuk sesi kedua, sesi sharing bersama Mbak Dewi insya Allah tulisannya menyusul setelah ini ya ^^

Terima kasih sudah membaca. Semoga bermanfaat dan menginspirasi dalam kebaikan.

@fatinahmunir | 24 Desember 2018


24 December 2018
Posted by Fatinah Munir

Pada Jumat 14



Setiap Jumat hendak datang, selalu ada rasa yang berbeda. Sesak yang tak pernah terbendung, seperti semua perasaan memaksa untuk dibebaskan dari dada. Ketika matahari Kamis hendak turun, selalu ada wajahnya yang menahan sakit dengan segenap rahasia yang rapi disimpannya.

Mata sayunya masih lekat terlihat di mata saya, hingga menjelang Jumat datang saya lebih sering tak sanggup mememejamkan mata. Lalu berharap Kamis malam itu pun saya tidak terpejam sedikit pun demi terakhir kali membersamai malamnya.

Setiap matahari Jumat muncul sayup-sayup, perasaan-perasaan yang tertahan selalu semakin memberatkan dada. Semakin kencang memaksa untuk diluapkan entah dengan jeritan di balik bantal atau tangisan di antara suara air keran yang sengaja dideraskan.

Tangannya yang keriput dan kasar masih terasa di tangan saya, hingga saya selalu membayangkan bagaimana khikmatnya mencium tangan itu untuk terakhir kalinya. Bagaimana nikmatnya mencium keningnya yang mendingin untuk terakhir kalinya, tepat setelah salat subuh dan tanpanya.

Pada Jumat, semua perasaan yang ada selalu semakin menyesakkan saja, Pak. Lalu tumpah melebihi biasanya, bersama airmata dan doa-doa yang mengalir deras untukmu, Pak. Sama seperti Jumat 14 itu, saat Bapak pergi dan semua impian saya menjadi tak lagi berarti.

Selalu sayang dan rindu, Pak.
Terima kasih lagi untuk semua yang Bapak lakukan selama ini.
Semoga Allah hadiahkan surga terbaik-Nya buat Bapak.
Semoga bisa bertemu lagi di surga, Pak.

@fatinahmunir | Jumat, 14 Desember 2018

Sesak!
hanya mau dipeluk bapak
walau cuma sebentar
walau cuma dalam mimpi

14 December 2018
Posted by Fatinah Munir

Belajar dari Jepang: Sistem Pendidikan Hati untuk Anak Usia Dini


Konnichiwa, Minna-san!
Hallo semuanya!

Kali ini saya mau membicarakan tentang salah satu negara yang saya kagumi, terutama tentang pendidikannya. Jepang, bagi saya adalah negara luar biasa karena negara ini tumbuh dan berkembang dengan teknologi yang terus dimutakhirkan tanpa menanggalkan tradisi dan budayanya. Dua hal yang berseberangan ini tidak asal dipadu-padankan di sana, tetapi benar-benar digabungkan denga harmonis dan membuat negara ini menjadi begitu besar sekaligus manis buat saya.

Walaupun saya belum pernah ke Jepang (Semoga bisa segera tinggal di sana, ya Allah!^^), tapi saya suka membaca buku-buku dan reality show di Jepang terutama yang berkaitan dengan pendidikan dan budayanya. Nah, belakangan ini saya suka banget membaca tentang pendidikan anak usia dini di Jepang di buku, blog, atau ipusnas. Tulisan kali ini adalah buah dari membaca buku-buku tersebut yang saya pikir akan bermanfaat kalau dibaca oleh orang lain. Semua hal yang saya tulis di sini benar-benar terinspirasi dari system pendidikan anak usia dini di sana yang saya namakan sebagai Sistem Pendidikan Hati. Mohon bersabar selama membaca tulisan sebanyak hampir 3000 kata ini ya ^^3

Sebelum membahas tentang sistem pendidikan hati pada anak usia dini. Saya mau menjelaskan dulu kenapa harus anak usia dini dan mengapa harus dibahas sekarang. Ini ada kaitannya dengan Indonesia Emas 2045 nanti.

Indonesia Emas 2045

Ada yang menarik dari perjalanan menuju seabad kemerdekaan Indonesia. Genap seratus tahun lepas dari penjajahan, Indonesia diramalkan akan memiliki bonus demografi yang hanya hadir ribuan tahun sekali. Pada 2045 nanti Indonesia diprediksi memiliki 70% penduduk dengan usia produktif atau usia 15-64 tahun dan 30%  penduduk sisanya berusia tidak produktif atau usia kurang dari 14 tahun. Bonus demografi inilah yang menjadi asal muasal digaungkannya Indonesia Emas. Di mana pada seabad usianya, Indonesia diasumsikan memiliki banyak pemuda.

Dominasi para pemuda dalam 70% penduduk berusia produktif pada 2045 nanti, pastinya tidak sekadar menjadi pembahasan kuantitas dong ya. Pastinya ada napas cita-cita besar Indonesia yang mengalir di dalamnya. Ada Indonesia yang maju, mandiri, makmur, dan adil yang menanti untuk diwujudkan keberadaannya oleh para pemuda. Lalu kekhawatiran pun mengemuka tentang seperti apa 70% penduduk usia produktif yang akan dimiliki Indonesia kelak dan bagaimana kualitas pemuda yang akan mendominasi di dalamnya.

Masih ada waktu 27 tahun untuk menjawab kekhawatiran di atas. Itu artinya pemuda yang berusia 27 tahun hingga 35 tahun pada masa itu baru saja dilahirkan atau sedang tumbuh pada 2018 ini. Bersamaan dengan itu, pemuda saat ini yang berusia kisaran 20 tahun, akan menginjak usia 50 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa bayi-bayi dan anak-anak Indonesia saat inilah yang akan menjadi generasi emas Indonesia.

Kekhawatiran akan Indonesia di usia emasnya ini terus timbul tenggelam bersama harapan akan hadirnya karakter pemuda yang tidak hanya produktif dan inovatif, tetapi juga bermoral baik, damai, sehat, dan secara sadar menjaga keseimbangan alam. Di sinilah sebenarnya memastikan Indonesia melahirkan pemuda cerdas beradab adalah haluan utama dari perjalanan menuju Indonesia Emas dan menjadikan pendidikan sebagai kendaraan untuk mencapainya.

Indonesia Emas dan Pendidikan Anak Usia Dini

Well. Mengingat bahwa bayi dan anak-anak di masa sekarang adalah para calon generasi emas Indonesia, maka memberikan pendidikan terbaik kepada anak-anak usia dini, usia 0 hingga 8 tahun atau hingga anak mencapai pendidikan kelas 3 Sekolah Dasar, adalah solusi fundamental untuk mempersiapkan generasi yang cerdas beradab. Pendidikan ini harus menguatkan karakter anak menjadi pemuda yang modern tetapi tetap Indonesia. Pendidikan yang tidak hanya menjadikan pemuda sebagai pengguna tapi juga berdaya cipta. Nah, di Jepang memang seperti ini konsen pendiidikannya.

Di Jepang, semua pendidikan usia dini mengembalikan pendidikan kepada fitrahnya sendiri. Maksudnya anak harus dilihat sebagai individu utuh yang tidak hanya memiliki kemampuan berpikir, tetapi juga punya hati yang mampu mengontrol segala pekertinya. Pendidikan juga harus menjadi sarana anak mengembangkan diri sesuai kebutuhkannya. Oleh sebab itu, pendidikan anak usia dini harus dijalankan dengan sistem pendidikan hati, sebagaimana yang dilakukan di Jepang, di mana sekolah menjadi tempat anak mengoptimalkan pengembangan hati sekaligus bertumbuh kembang sesuai dengan tahapan usianya.  

Ki Hajar Dewantara dan Soerjono –atau lebih dikenal dengan panggilan Pak Kasur, pernah bilang kalau pelaksanaan pendidikan harus melatih rasa, di mana anak usia dini bermain untuk menyempurnakan hati, mengembangkan budi pekerti, dan meluhurkan budaya bangsa sendiri. Dengan kata lain, sistem pendidikan hati untuk anak usia dini memusatkan pendidikan pada hati, pikiran, mentalitas dan kemanusiaan dibandingkan dengan tugas akademik yang belum terlalu dibutuhkan oleh perkembangan anak pada saat itu. Keren ya pemikiran beliau-beliau. Love you both so much Bapak Pendidikan Indonesia dan Bapak Pejuang Pendidikan Anak :*

Okay, lanjut ya. Untuk mengelaborasi apa yang dimaksud dengan sistem pendidikan hati pada anak usia dini ini, ada beberapa aspek yang perlu disiapkan terlebih dahulu. Di antaranya adalah kurikulum tersembunyi yang bermodifikasi, kegiatan harian berbasis disiplin mandiri, aktivitas keterampilan dasar, dan pengoptimalan kebersihan dan kesehatan.

Kurikulum Tersembunyi yang Bermodifikasi

Kurikulum tersembunyi yang bermodifikasi adalah kurikulum yang memiliki dua cara kerja yang berjalan secara beriringan, yakni tersembunyi sekaligus bermodifikasi. Kurikulum tersembunyi adalah kurikulum di mana segala aspek pendidikan yang mengembangkan kemampuan anak tidak tertuang dalam bentuk mata pelajaran. Dengan menggunakan kurikulum tersembunyi ini, justru target-target pendidikan dipadukan langsung ke dalam aktivitas harian anak.

Tujuan sistem pendidikan hati yang saya pelajari dari buku-buku pendidikan di Jepang memang berfokus kepada mempersiapkan anak menjadi generasi cerdas beradab, tapi bukan berarti sistem ini mengharuskan adanya mata pelajaran adab atau budi pekerti. Pada sistem pendidikan hati, adab atau budi pekerti dimasukkan ke dalam setiap aktivitas harian anak di tempat anak belajar, yakni di sekolah ataupun di rumah.

Sebagai contohnya adalah tujuan pendidikan dalam mengembangkan anak menjadi warga negara yang berkasih sayang kepada sesama mahluk tidak menjadikan sistem pendidikan hati memiliki mata pelajaran kasih sayang. Sebaliknya, pelajaran berkasih sayang dileburkan ke dalam aktivitas menyiram tanaman atau memelihara hewan peliharaan bersama-sama di lingkungan belajar di Jepang. Bahkan ada sebuh buku yang memaparkan kalau salah satu tugas anak kelas 1-3 SD adalah merawat tanaman di rumah atau memelihara serangga. Lalu anak-anak diminta mencatat, menggambar, dan menceritakan pertumbuhan tanaman atau serang itu di rumah.

Demikian juga ketika pendidikan menargetkan anak menjadi warga negara yang inovatif, tidak serta merta membuat sekolah memiliki mata pelajaran inovasi dan kreasi. Dalam sistem pendidikan hati yang dianut Jepang, anak dapat dikondisikan bermain secara berkelompok untuk membangun sebuah menara dari tumpukan stik es krim. Atau pada contoh lainnya, anak melakukan membuat kreasi bangunan dari lego secara kelompok. Beberapa referensi yang saya dapatkan malah menyebutkan kalau di SD ada matapelajaran kreasi. Anak-anak biasanya diminta membawa barang bekas atau sampah yang bisa didaur ulang. Nanti di sekolah anak-anak akan berkreasi dengan projek daur ulang masing. Kalau sudah begini, katanya yang heboh bukan hanya anak-anaknya melainkan ibu-ibunya yang harus selalu mengumpulkan sampah rumah tangga yang bisa dikreasikan anak.

Pada contoh ini materi inovasi dan kreasi dalam kurikulum tersembunyi sebenarnya dapat dilakukan secara individu. Namun jauh lebih baik jika dilakukan secara berkelompok. Hal ini dikarenakan untuk sekaligus menjadikan aktivitas ini sebagai sarana bermain sambil belajar hidup berkelompok untuk saling percaya, interaksi sosial dan kerja sama sebagaimana kondisi nyata kehidupan.

Contoh pengaplikasian kurikulum tersembunyi yang lainnya adalah aktivitas berbincang-bincang singkat di setiap akhir kelas. Di sini guru dan murid dapat membicarakan aktivitas yang terjadi selama sehari penuh di tempat belajar, termasuk permasalahan yang ada pada hari itu. Dengan sistem pendidikan hati, guru di Jepang sepertinya punya kesadaran yang lebih besar untuk menstimulus kemampuan anak mengemukakan perasaan dan pendapatnya di dalam bincang-bincang kelas ini. Ketika kelas membahas suatu masalah, guru pun dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan stimulus agar anak bisa berdiskusi dengan teman sekelasnya untuk memecahkan masalah tersebut bersama.

Beralih kepada kurikulum bermodifikasi, yakni kurikulum yang terpusat pada pemerintah tetapi sekolah atau tempat belajar mempunyai hak untuk memodifikasi kurikulum tersebut sesuai kebutuhan anak dan budaya yang ada di lingkungan belajar tersebut. Artinya walaupun menggunakan kurikulum yang sama dan mempunyai target pendidikan yang serupa, pelaksanaan pendidikan usia dini di beberapa daerah pasti akan berbeda sesuai dengan kebutuhan anak di daerah tersebut. Akan tetapi meskipun berdampak pada berbedanya pengaplikasian kurikulum di lapangan, tetapi modifikasi kurikulum ini tetap harus dilakukan tanpa melenceng dari acuan kurikulum pusat. FYI, kurikulum pendidikan Jepang terpusat loh, tapi fleksibel dan sekolah bisa dengan leluasa menyesuaikannya dengan kebutuhan anak-anak.

Sebagaimana penjelasan di atas, maka kurikulum tersembuyi yang bermodifikasi menjalankan nilai-nilai pengembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik secara bersamaan. Kemudian semua aspek dalam kurikulum bukan berbentuk penyampaian materi di dalam kelas melainkan terintegrasi ke dalam aktivitas anak bersama lingkungan belajarnya di sekolah ataupun di rumah.

Kegiatan Harian Berbasis Disiplin Mandiri

Kemudian ada aspek kegiatan harian berbasis disiplin mandiri yang bagian pelaksanaannya sangat melekat dalam hampir seluruh aktivitas anak. Karena kegiatan harian berbasis disiplin mandiri ini adalah bagian dari kurikulum tersembunyi, maka sama seperti sebelumnya, tidak ada pemberian materi tentang apa itu disiplin dan mandiri. Tetapi lingkungan dan aktivitas dibentuk untuk mengembangkan anak menjadi pribadi yang disiplin juga mandiri. Anak dikembangkan kemampuannya untuk berdisiplin atas tanggung jawabnya sendiri tanpa mendapatkan ancaman dalam bentuk apapun.

Kedisiplinan anak dalam konsep sistem pendidikan hati ini tidak hanya mengarahkan anak untuk mengikuti aturan atau perintah. Akan tetapi secara tidak langsung guru juga telah memberikan tanggung jawab dan kepercayaan kepada anak, sekaligus memberikan anak ruang untuk belajar bekerja sama dengan anak lain di dalam kelompoknya. Kemandirian anak dalam konsep sistem pendidikan hati bukan hanya menjadikan anak dapat melakukan berbagai hal secara mandiri. Tetapi kembali lagi kepada memberikan anak kepercayaan bahwa apa yang menjadi tugas anak adalah tanggung jawabnya sendiri dan harus diselesaikan sendiri.

Implementasi disiplin mandiri ini dapat melalui pemberian tanggung jawab kepada anak secara berkelompok. Misalnya guru memberikan tanggung jawab kepada lima sampai enam anak yang berbeda di setiap harinya untuk membereskan mainan atau perlengkapan kelas. Dapat pula guru memberikan tanggung jawab bergilir kepada anak secara individu atau berkelompok untuk mengelap kaca di kelas setiap pulang sekolah. Penerapan tugas secara berkelompok pada aspek aktivitas disiplin mandiri ini ditujukan agar anak memahami bahwa mandiri tidak berarti dilakukan sendirian saja tanpa teman atau bersosialisasi. Akan tetapi anak dipahamkan bahwa mandiri dalam lingkungan berkelompok berarti setiap individu mempunyai dan menyelesaikan tugasnya sendiri. 

Dalam praktik aktivitas berbasis disiplin mandiri di atas, guru, orang tua, dan lingkungan belajar sangat tidak dianjurkan nih untuk memberikan ancaman atau perintah tanpa contoh. Sebagai gantinya, anak harus diberikan kepercayaan penuh dan tetap dibantu jika anak mengalami kesulitan. Maksudnya adalah dalam segala aktivitas belajarnya bukan berarti anak dibiarkan sendirian ya. Tetapi tetap ada pengawasan guru atau orang dewasa ketika anak sedang menikmati ruang dan waktunya untuk belajar dari pengalaman dan kesalahan yang dilakukan bersama-sama dengan teman sebayanya.

Aktivitas Keterampilan Dasar

Aspek selanjutnya adalah aktivitas keterampilan dasar yang dalam sistem pendidikan hati aspek ini akan membantu anak mengembangkan keterampilan hidup dan daya kreativitasnya. Pada aktivitas ini anak diberikan kesempatan untuk berimajinasi dan mengekspresikan diri. Secara tidak langsung, jiwa anak diberi stimulus pembelajaran agar tumbuh menjadi pemuda yang merasa dan mencipta.

Dalam penerapannya, anak diberikan aktivitas belajar yang berkaitan langsung dengan keterampilan hidup. Contohnya adalah aktivitas merapikan dan membersihkan ruang belajar bersama-sama, menyapu, mengepel, dan mengelap kursi dan meja bersama. Melalui aktivitas ini anak disiapkan menjadi pemuda yang merasa, yang sedikit demi sedikit diberi aktivitas nyata agar anak mempunyai pengalaman dan mampu saling menjaga.  

Aktivitas lainnya adalah aktivitas seni dasar seperti  bernyanyi, bermain alat musik, dan mendaur ulang sampah menjadi prakarya baru dalam bentuk projek individu ataupun kelompok. Pada keterampilan inilah anak diberikan pengalaman untuk mencipta melalui kesenian dan projek yang dibuatnya sendiri.

Pengoptimalan Kebersihan Dan Kesehatan

Terakhir adalah aspek pengoptimalan kebersihan dan kesehatan anak usia dini. Aspek yang kerap kali diremehkan oleh masyarakat Indonesia ini tanpa disadari memiliki dampak yang cukup besar dalam tumbuh kembang anak usia dini loh. Karena jika kebersihan dan kesehatan anak tidak diperhatikan, maka anak dapat mudah terkena penyakit hingga aktivitas anak menjadi terhambat dan terbatas. Kalau sudah begini, pastinya sia-sia sudah semua sarana dan prasarana pendidikan sebagus apapun itu.

Pengoptimalan kebersihan dan kesehatan pada sistem pendidikan hati tetap diterapkan dalam bentuk bermain dan beraktivitas keseharian di lingkungan belajar. Contohnya adalah merutinkan aktivitas pagi dengan menyikat gigi bersama dan mencuci tangan. Dapat pula diterapkan dalam aktivitas membersihkan tempat belajar setiap hari bersama-sama dan bermain olahraga setiap pekannya. Kalau yang ini sudah sering lihat mungkin ya di film atau dorama Jepang saat anak-anak SD mengepel lantai kelas atau menyikat kamar mandi. Aktivitas ini bukan hal yang aneh di Jepang, karena kebersihan sekolah adalah tanggung jawab seluruh warga sekolah dan tidak akan pernah ada petugas kebersihan di SD.

Tidak cukup sampai di situ, kebersihan tempat belajar dan pelaksanaan olahraga bersama juga perlu ditunjang dengan terpantaunya gizi dan nutri. Makan siang bersama dengan gizi seimbang yang disiapkan oleh sekolah adalah contoh usaha besar dari sistem pendidikan hati agar anak usia dini tetap terjaga asupan nutrisinya. Melalui penerapan makan siang ini, anak yang berasal dari keluarga berekonomi rendah pun tetap memiliki setidaknya satu kali asupan gizi yang baik dalam sehari.

Akan lebih baik lagi jika sekolah melakukan pemeriksaan pertumbuhan anak seperti mencatat perubahan berat badan dan tinggi badan anak setiap semesternya. Pencatatan berat dan tinggi badan anak bertujuan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya permasalahan pertumbuhan anak. Pencatatan BB dan TB ini benar-benar dilakukan di Jepang. Jadi selain ada buku laporan perkembangan kemampuan social dan akademik anak, ada juga loh buku laporan yang isinya perkembangan kesehatan anak yang ditulis oleh dokter anak yang ditugaskan ke sekolah setiap semesternya.

Berbagai aspek dari sistem pendidikan hati untuk anak usia dini di atas pastinya diperkirakan membutuhkan fasilitas yang tidak sedikit. Tapi sebenarnya karena segala aspek tersebut merupakan aktivitas keseharian. Maka untuk menerapkannya sekolah cukup dengan memaksimalkan fasilitas yang ada di dalam atau di lingkungan sekolah. Tidak perlu media khusus untuk menerapkan sistem pendidikan hati ini karena segala aspeknya merupakan bagian dari kehidupan keseharian anak.

Dalam pengaplikasiannya, sistem pendidikan hati untuk anak usia dini ini menuntut keterlibatan penuh dari setiap figur lingkup pendidikan anak.  Tidak hanya guru dan orang tua, tetapi staff sekolah atau lembaga pendidikan juga berperan sebagai motor pendidikan. Artinya orang tua bukanlah klien guru dan staff di sekolah, melainkan rekan sesama motor pendidikan yang menjadikan anak sebagai objek utama pendidikan itu sendiri. Oleh sebab itu para motor pendidikan harus memiliki komunikasi, kerja sama, dan rasa saling percaya.

 Jauh lebih dalam lagi, motor pendidikan perlu menyadari betul bahwa pekerjaan-pekerjaan yang ada di dalam sistem ini adalah pekerjaan lahir untuk mendidik batin. Hal ini tentu saja demi mencapai tujuan jangka panjang sistem pendidikan hati, yakni agar anak-anak tumbuh menjadi pemuda yang berpekerti baik dan menggunakan kecerdasannya untuk kemaslahatan bersama.

Sistem pendidikan hati yang dirancang Jepang ini agaknya bisa kita tiru untuk menyiapkan generasi emas Indonesia yang cerdas beradab ini akan berjalan dengan baik jika wajib belajar diterapkan sebagaimana mestinya. Yang mana wajib belajar seharusnya menjadi masa anak memperoleh hak belajarnya tanpa ada tinggal kelas dan ujian masuk atau ujian penentu kelulusan selama dalam masa tersebut. Jika wajib belajar diterapkan cara demikian, program wajib belajar telah mendukung sepenuhnya kebutuhan perkembangan anak dan hal ini sama dengan mendukung menyiapkan generasi emas Indonesia yang cerdas beradab.

Dalam sistem pendidikan hati pada anak usia dini ini tentunya pendidikan tidak begitu saja melupakan aspek kognitif dan meniadakan aktivitas akademik anak usia dini. Pengenalan ruang, bentuk, meningkatan motorik kasar dan halus, semuanya tetap ada meskipun dileburkan ke dalam aktivitas keseharian. Aktivitas ini dapat tidak melulu menggunakan kertas dan gunting, anak bisa belajar ruang dan bentuk dari contoh benda-benda di sekitar lingkungan belajar. Demikian juga dengan pengenalan huruf dan angka, tidak selalu dilakukan murid dengan kertas dan pensil. Aspek kognitif ini tetap dileburkan dalam aktivitas keseharian seperti aktivitas mengenal huruf dan angka di atas pasir, mengenal hitungan sederhana dari dengan mengenal jumlah bangku di dalam kelas saat merapikan kelas, dan sebagainya.

Tugas besar para motor pendidikan untuk menerapkan sistem pendidikan hati ini pastinya adalah bagaimana memindahkan segala tuntutan kurikulum ke dalam aktivitas keseharian. Hal ini tentu tidak mudah, tetapi akan menjadi mudah jika membaginya ke dalam aspek-aspek sistem pendidikan hati seperti yang telah dijelaskan di atas.

Seperti itulah rancangan sistem pendidikan hati pada anak usia dini yang diterapkan di Jepang. Jadi tidak heran lagi ya, bagaimana orang-orang Jepang didominasi dengan orang-orang yang inovatif tapi tetap punya budi pekerti yang tinggi. Kalau kata teman Jepang saya mungkin karena budaya malu di Jepang sangat tinggi, jadinya orang akan selalu berhati-hati bersikap dan tidak mau merepotkan atau menggangu orang lain. Kembali ke sistem pendidikan hati pada anak usia dini ya. Siapa tahu ada teman-teman yang mau mendirikan sekolah atau sudah punya anak dan mau menerapkan system seperti ini, kayaknya akan sangat bagus untuk Indonesia ke depannya nih. Ya kalau diterapkan kita semua bisa bersama-sama menaruh napas-napas harapan, untuk menyiapkan anak-anak Indonesia menjadi generasi emas yang cerdas beradab dan mampu menjadikan Indonesia bersinar di usia emasnya. Aamiin.

@fatinahmunir | 11 Desember 2018
11 December 2018
Posted by Fatinah Munir

Sehari Memperingati Hari Disabilitas untuk Selamanya Berarti



Masih dalam suasana memperingati Hari Disabilitas Internasional 2018, saya jadi kepikiran bagaimana peringatan yang hanya satu hari ini bisa memberikan arti dalam jangka waktu yang lama untuk banyak orang. Tidak untuk individu dengan disabilitas saja tetapi juga untuk semua kalangan dalam lingkungan social kita.

Kalau mengengok lagi semangat pencanangan Hari Disabilitas Internasional (HDI) dalam tulisan saya sebelumnya, peringatan HDI ini semestinya untuk me-refresh pemahaman masyarakat umum atas keberadaan individu dengan disabilitas. Juga sekaligus memberikan harapan baru kepada individu dengan disabilitas untuk semakin dapat diterima oleh masyarakat dengan cara yang baik.

Apalagi tema HDI 2018 ini yang sangat visioner, Empowering Persons with Disabilities and Ensuring Inclusiveness and Equality. Memberdayakan Individu dengan Disabilitas serta Memastikan Keinklusian dan Kesetaraan. Tema ini dibuat sebagai bentuk harapan PBB atas Agenda Pengembangan Jangka Panjang 2030 nanti. Pada agenda ini, PBB menjanjikan leave no one behind alias tidak meninggalkan seorang pun. Ini artinya PBB menargetkan 2030 nanti setiap kalangan masyarakat, yang memiliki keterbatan fisik, keterbatasan ekonomi, dan kalangan etnis minoritas, dalam berkembangan bersama sebagaimana masyarakat pada umumnya sebagaimana nilai-nilai keinklusian itu semestinya dijalankan.

Terus bagaimana dong supaya peringatan yang satu hari ini bisa berarti dalam jangka panjang untuk teman-teman disabilitas ataupun nondisabilitas? Di bawah ini saya insya Allah akan sedikit sharing pemikiran saya yang semoga bisa ditiru oleh teman-teman semua , baik teman-teman disabilitas, teman-teman nondisabilitas yang sudah mengenal baik dunia disabilitas ataupun tidak tahu sama sekali tentang kedisabilitasan.

Pertama, kenalkan dunia disabilitas kepada masyarakat umum dengan cara terbaik versimu. Untuk teman-teman disabilitas dan yang sudah mengenal baik dunia kedisabilitasan, hal ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Misalnya dengan bercerita tentang pengalaman kalian yang berhubungan dengan dunia kedisabilitasn melalui lisan atau tulisan. Teman-teman bisa cerita saat kumpul-kulmpul atau hang out. Bagi yang aktif menggunakan social media, teman-teman bisa sesekali posting tentang kedisabilitasan dalam feed atau story kalian.

Saya pribadi memilih menjadikan social media yang saya punya termasuk blog ini sebagai media mengenalkan dunia murid-murid saya, keautistikan, kepada teman-teman saya. Kadang saya juga memberikan tips mengajar atau cara yang saya gunakan dalam berinteraksi dengan mereka.

Nah, dalam satu hari atau sepekan sejak peringatan HDI 2018, teman-teman bisa membuat tema feed teman-teman menjadi special mengenalkan dunia disabilitas. Atau bisa juga teman-teman ikut membagikan berbagai info kegiatan yang berhubungan dengan kedisabilitasan. Tapi perlu diingat, ketika ingin posting info-info tentang kedisabilitasan dan ada foto teman disabilitas di sana, pastikan foto itu sudah mendapat izin publikasi dari teman disabilitas tersebut. Kalaupun tidak memungkinkan meminta izin, teman-teman bisa menghindari posting bagian wajah atau cukup menggunakan foto ilustrasi yang banyak tersebar bebas di google.

Kedua, biasakan melihat kelebihan setiap individu dengan disabilitas daripada kekurangannya. Sejak kuliah pendidikan khusus, dosen-dosen saya selalu menekankan bahwa label pada setiap individu disabilitas tidaklah penting. Ketika kita tahu hambatan atau masalah pada individu dengan disabilitas tersebut, kami para guru selalu dituntut menemukan kelebihan mereka. Sekecil apapun itu kelebihan atau potensinya. Kemudian kami akan berusaha sebisa mungkin untuk melibatkan mereka dengan kemampuan yang mereka miliki dan mengembangkan kemampuan tersebut menjadi lebih maksimal.

Saya pikir konsep ini semestinya tidak hanya digunakan oleh pengajar individu dengan disabilitas seperti saya, tetapi juga harus dimiliki oleh setiap masyarakat. Jika setiap orang memiliki persepsi seperti ini, focus kepada kelebihan orang lain, maka sangat mungkin pandangan dengan rasa iba, takut, jijik, atau merendahkan akan hilang dengan sendirinya. Bahkan konsep fokus pada kelebihan orang lain ini tidak hanya akan membuka peluang bagi individu dengan disabilitas, tetapi membuka mata dan hati kita untuk lebih menghargai setiap orang yang kita temui.

Ketiga dan keempat, dua cara yang tidak dapat dipisahkan yaitu libatkan teman-teman dengan disabilitas dalam aktivitas kalian dan beri akses pada aktivitas tersebut. Setiap dari kita pasti punya aktivitas rutin atau kesukaan. Nah, mulai sekarang coba sedikit demi sedikit untuk melibatkan teman-teman dengan disabilitas dalam aktivitas kalian.

Misalnya buat kalian yang suka menonton film, coba sesekali ajak teman dengan disabilitas netra (masalah penglihatan) untuk nonton bareng di bioskop. Tapi jangan lupa memberikan akses kepada mereka dengan membisikkan alur cerita jika tidak ada dialog dalam adegan film tersebut supaya teman-teman dengan disabilitas netra bisa memahami alur ceritanya. Atau jika teman-teman suka datang ke agenda seminar, talkshow, atau kajian keagamaan, teman-teman bisa ajak teman-teman dengan disabilitas dengar (tuli) untuk mengikuti agenda tersebut. Tapi tetap berikan akses berupa interpreter atau penerjemah bahasa isyarat agar teman-teman tuli bisa memahami apa yang disampaikan oleh pembicara.

Kalau teman-teman mau melibatkan teman-teman dengan disabilitas lebih dalam lagi, teman-teman yang suka membuat projek atau sedang manjalankan start-up bisa melibatkan teman-teman dengan disabilitas dalam pekerjaan ini. Jangan lupa cara kedua (melihat kelebihan mereka) dan berikan akses agar mereka bisa terlibat dan mengembangkan diri mereka dengan maksimal ya.

Lima, ajak teman-teman yang belum mengenal disabilitas untuk ikut serta. Kalau teman-teman sudah mencoba tiga-empat hal di atas, jangan lupa untuk ajak teman-teman yang masih awam dengan dunia kedisabilitasan untuk ikut bergabung atau setidaknya ikut hang out dan berteman dengan teman-teman dengan disabilitas. Karena keinklusian ini akan berjalan dengan baik jika semakin banyak orang yang terlibat.

Lima setengah, ikut sebarkan tulisan ini agar semakin banyak yang membaca dan memahami cara memperingati Hari Disabilitas Internasional 2018 ini agar berarti untuk selamanya. Hehehe. Ini setengah promosi blog sebenarnya, tapi semoga apa yang saya tuliskan di sini benar-benar bermanfaat ya. ^^3

Kurang lebih begitulah beberapa cara yang menurut saya bisa kita lakukan untuk mendukung teman-teman dengan disabilitas. Semoga dengan lima langkah kecil ini, bisa membuka jalan merealisasikan keinklusivan dalam kehidupan kita semua.

Lima cara di atas kok kayaknya cuma bisa dilakukan oleh teman-teman yang nondisabilitas ya. Lalu apa yang bisa dilakukan oleh teman-teman dengan disabilitas itu sendiri?

Untuk teman-teman dengan disabilitas, dari banyak sharing bersama teman-teman dengan disabilitas masalah dari dalam diri mereka hanya satu yakni self-esteem atau mengakui kemampuan diri sendiri. Teman-teman dengan disabilitas hanya butuh sedikit lebih percaya diri, membuka diri atas kemampuan yang teman-teman miliki dan berani terlibat dengan masyarakat. Pastinya hal ini membutuhkan kepercayaan diri yang tinggi karena risiko yang diambil pasti tidak kecil. Seperti gagal di usaha pertama, tidak diacuhkan, bahkan diragukan kemampuannya. Tapi teman-teman dengan disabilitas harus tetap maju.

Mas Dimas (disabilitas netra) dengan kartunet.com-nya, Senna (disabilitas netra) dengan karier kepenulisannya, Annisa Rahmania  (tuli) dengan dakwah hijrahnya untuk teman-teman tuli, Mbak Cucu Saidah dan Mas Faizal (disabilitas fisik) dengan aktivitas advokasi keinklusiannya, dan Muhammad Ikbar Ishomi (Spektrum Autisme) dengan prestasi anggarnya, atau Ananda Sukarlan (Asperger) dengan prestasi permainan pianonya. Nama-nama ini mungkin bisa menjadi contoh buat teman-teman dengan disabilitas di luar sana, bahwa fokus kepada kemampuan yang dimiliki dan menghargai kemampuan diri sendiri adalah kunci utama sebelum teman-teman dengan disabilitas terjun lebih jauh lagi ke masyarakat yang lebih luas lagi.

Perlu kita ingat sekali lagi, bahwa keberadaan Hari Disabilitas Internasional ini lahir dengan semangat harapan jangka panjang akan keinklusian masyarakat. Tujuan ini hanya bisa dicapai dengan kerjasama antar teman-teman dengan disabilitas dan masyarakat nondisabilitas untuk saling mendukung, menjalankan peran maisng-masing dengan maksimal, dan saling mengoreksi demi terciptanya lingkungan yang inklusi untuk semua kalangan.

Jadi, mari kita rayakan bersama keinklusian ini mulai dari diri sendiri, dari hal yang kecil, dari hal yang paling mudah kita lakukan.

Selamat Hari Disabilitas Internasional!

@fatinahmunir | 5 Desember 2018

05 December 2018
Posted by Fatinah Munir

Siapa yang Memperingati Hari Disabilitas?


Bagi sebagian masyarakat umum, Hari Disabilitas Internasional mungkin diartikan sebagai hari euphoria bagi individu dengan disabilitas. Atau dianggap sebagai euphoria orang-orang yang terlibat dengan disabilitas, misalnya keluarga dan orang terdekat mereka, atau tim yang menangani mereka seperti guru, terapis, dan psikolog.

Kalau boleh sedikit bercerita, sebenarnya sebelum ada Hari Disabilitas Internasional atau dalam versi aslinya disebut International Day of Persons with Disabilities, pada 1981 PBB terlebih dahulu mencetuskan Tahun Disabilitas Internasional (International Year of Disabled Persons). Tema yang diangkat saat itu adalah Full Participation and Equality (Partisipasi Penuh dan Kesetaraan).

Sejak ada IYDP, berbagai organisasi dan pemerintahan berbagai negara mulai melibatkan disabilitas dalam banyak lini kehidupan. Setelah itu untuk lebih meningkatkan tujuan ini, barulah pada 1992 PBB mencanangkan tanggal 3 Desember sebagai Hari Disabilitas Internasional.

Berubahnya IYDP menjadi IDPD sejak 26 tahun lalu ini karena PBB merasa bahwa waktu hampir 10 tahun yang digunakan sejak ada IYDP dapat digerakan menjadi lebih besar lagi di bawah program dunia yang dikendalikan PBB. Selain itu, PBB punya harapan agar setiap orang bisa ikut andil dalam membantu individu dengan disabilitas untuk dapat terlibat dalam segala lini kehidupan dan mendapatkan kesempatan yang sama dengan yang lainnya.

Nah. Kalau kita tengok lagi, itu artinya tidak ada banyak euphoria atau perayaan yang sesungguhnya dalam Hari Disabilitas Internasional ini sebab hari ini lahir dengan napas perjuangan untuk memberikan dan mendapatkan apa yang seharuskan dimiliki setiap individu dengan disabilitas. Dalam keriuhan peringatan Hari Disabilitas Internasional ini setiap orang tanpa terkecuali diharapkan dapat ikut menyebarluaskan tentang dunia kedisabilitasan, menerima individu dengan disabilitas sebagaimana mereka menjadi bagian dari lingkungan sosial, dan memberikan mereka kesempatan yang sama sebagaimana masyarakat umum memilikinya. 

Membicarakan hal ini, saya jadi teringat beberapa hari lalu menjelang Hari Disabilitas Internasional 2018 (International Day of Persons with Disabilities 2018). Saat itu saya berbincang santai dengan salah seorang teman sekaligus rekan mengajar. Topik perbincangan kami bermula dari satu pertanyaan simpel dan yang mungkin sudah kami simpan selama bertahun-tahun di kepala masing-masing.

Mengapa setiap agenda Hari Disabilitas Internasional kedisabilitasan peserta yang hadir didominasi oleh individu dengan disabilitas itu sendiri, keluarga yang mempunyai anggota keluarga dengan disabilitas, atau para calon pengajar dan pengajar individu dengan disabilitas?

Ya, kurang lebih mungkin tulisan ini menjadi jawabannya. Yaitu karena masih banyak masyarakat yang menganggap Hari Disabilitas Internasional hanya milik setiap individu dengan disabilitas dan orang-orang yang terlibat langsung dengan mereka. Padahal setiap kita secara tidak langsung adalah yang terlibat dengan mereka. Karena setiap hal yang kita lakukan dan peluang yang dimiliki ada milik mereka.

Jadi, siapa yang memperingati Hari Disabilitas?
Jawabannya adalah kita semua. Dengan cara ikut mengenal mereka dengan baik, melibatkan mereka dengan cara yang baik, dan memberikan mereka ruang untuk meraih kesempatan yang sama dengan kita semua.

Selamat Hari Disabilitas Internasional!
Mari kita rayakan bersama!

@fatinahmunir | 3 Desember 2018

03 December 2018
Posted by Fatinah Munir

You are The

Hallo Happy Readers!

Hallo Happy Readers!
Selamat datang di blog pribadi saya. Di blog ini teman-teman akan membaca tulisan-tulisan saya seputar pendidikan, kedisabilitasan dan inklusivitas, pengalaman mengajar, dan tulisan-tulisan lainnya yang dibuat atas inspirasi di sekitar saya. Semoga tulisan dalam blog ini bermanfaat dan menginspirasi pada kebaikan. Selamat membaca!

Contact Me

@fatinahmunir

fatinahmunir@gmail.com

Educator | Writer | Adventurer

Berbakti | Berkarya | Berarti

My Friends

- Copyright © Fatinah Munir -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -