Archive for November 2012
Jalan-Jalan Ke Pusat Pelayanan Terpadu Low Vision (Bag. 4 Intervensi Dini)
Intervensi
Dini Low Vision
Agar
anak low vision yang telah direhabilitasi bisa hidup di lingkungan habitatnya
secara inklusif, maka intervensi dini yang perlu dilakukan
adalah:
- Memberikan alat bantu yang sesuai dengan
kebutuhan anak low vision.
- Melakukan modifikasi lingkungan yang diperlukan seperti lingkungan rumahnya,
sekolah dan kelasnya, lingkungan kerjanya dan sebagainya.
- Membimbing orang sekitar penyandang low vision bagaimana hidup
bersamanya.
- Membentuk jaringan kerja dengan guru, orang tua, dan orang yang
terlibat dengan anak dan orang low vision.
Program
Pendidikan, Pelatihan, dan Simulasi Lain Bagi Low Vision
Di
P2TLV, selain dilakukan identifikasi, asesemen, dan intervensi dini bagi anak
low vision, dilakukan pula beberapa program tambahan untuk membantu
mengefisensikan fungsional pengelihatan anak. Misalnya saja di ruang stimulasi
belajar. Di ruangan ini anak diberi simulasi atau gambaran bagaimana ruangan
belajar atau ruang kelas yang nyaman untuk anak low vision.
Di
ruangan simulasi ini, anak bisa mensimulasi posisi duduk, gelap terang cahaya
lampu yang dibutuhkannnya, simulasi menulis dan simulasi membaca yang akan
dibimbing oleh simulator, serta simulasi kamar tidur anak yang nyaman untuk
kemandirian anak.
Rekomendasi
atau Tindak Lanjut bagi Low Vision
Setelah
menjalani serangkaian proses identifikasi, asesmen, intervensi dini, dan
simulasi atau pelatihan, tindak lanjut yang dilakukan P2TLV adalah memberikan
layanan konseling dan rekomendasi sekolah kepada anak low vision.
Layanan
konseling diberikan agar anak low vision dan keluarganya bisa mengetahui
bagaimana dan seberapa jauh perkembangan fungsional pengelihatan yang masih
dimiliki anak. Selain itu juga untuk mengetahui apa yang harus dilakukan anak
dan keluarga low vision untuk ke depannya.
Jalan-Jalan Ke Pusat Pelayanan Terpadu Low Vision (Bag. 3 Asesmen)
Proses
Asesmen yang Dilakukan di P2TLV
Untuk mengetahui apa yang sudah dimilik anak, yang
belum dimilik anak, dan apa saja kebutuhan anak low vision, maka P2TLV
melakukan serangkaian asesemen seperti di bawah ini.
a.
Penjaringan
penyandang low vision.
- Mengembangkan system penjaringan dan pendataan
- Membentuk jaringan kerja dengan lembaga terkait.
- Menerima klien dari puskesmas, rumah sakit, dokter dan umum.
b.
Pemeriksaan
mata oleh dokter mata.
- Menetapkan status penyakit, Penyebab dan masuk golongan low
vision atau tidak.
- Menetapkan sifatnya menetap atau menurun.
- Menetapkan kebutuhan pengobatannya.
- Melakukan referal ke low vision center.
c.
Asessmen
klinis dan preskripsinya.
- Menilai sisa penglihatan.
- Menilai luas lantang pandang.
- Memberikan gambaran tentang kemampuan yang bisa dilakukan.
- Menilai dan menetapkan alat bantu yang dibutuhkan,
- Memberi saran tentang latihan yang dibutuhkan.
- Memberikan saran dan menilai modifikasi lingkungan yang
dibutuhkan.
d.
Latihan
dan konseling.
- Memberikan latihan fungsi dan stimulasi penglihatan.
- Memberikan latihan penggunaan alat Bantu penglihatan.
- Mengevaluasi hasil assessment klinis,
- Memberikan konseling pada klien dan orang tuanya.
- Latihan Orientasi dan mobilitas.
- Memberikan bimbingan pendidikan.
- Memberikan bimbingan kerja.
- Memberikan konseling tentang penyebab dari low visionnya, apa
yang bisa, yang harus dan yang tidak bisa dilakukan oleh anak, orang tua
dan lingkungannya.
Aspek-Aspek
Asesmen pada Diri Low Vision di P2TLV
Dalam
proses asesmen terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk
mengefisiensikan pengelihatan dan memfungsionalkan lingkungan low vision.
Adapun aspek-aspek yang harus diperhatikan tersebut adalah:
·
Aspek
Cahaya
Kita
harus mengetahui seberapa besar intensitas cahaya, redup, dan terangnya cahaya
yang dibutuhkan anak low vision dalam lingkungannya, terutama untuk lingkungan
belajarnya.
·
Aspek
Kontras
Kita
harus mengetahui seberapa besar kekontrasan yang dibutuhkan anak low vision
dalam lingkungannya, terutama untuk lingkungan belajarnya. Mengetahui aspek
kekontrasan yang dibutuhkan anak ini perlu agar anak low vision dapat dengan
mudah membedakan objek yang ada di lingkungannya.
·
Aspek
Jarak
Kita
harus mengetahui seberapa jauh kemampuan jarak pandang anak low vision. Hal ini
agar kita mengetahui jarak nyaman yang dibutuhkan anak low vision untuk melihat
objek dan untuk mengetahui bagaimana seharusnya konstruksi ruang belajar yang
nyaman dan efisien untuk anak low vision yang bersangkutan.
·
Aspek
Ukuran
Kita
harus mengetahui ukuran yang nyaman di pengelihatan anak low vision. Aspek
ukuran juga sangat perlu diperhatikan agar kita bisa mengetahui besar objek
yang nyaman di mata anak, termasuk besar tulisan di papan tulis yang nyaman
untuk menunjang proses belajar anak low vision.
·
Aspek
Posisi
Kita
perlu mengetahui posisi yang nyaman yang digunakan anak low vision untuk
melihat. Aspek ini sangat penting sekali diketahui untuk merekonstruksi dan
mendesain posisi tempat duduk anak low vision di dalam kelas. Sehingga, hal ini
bisa memudahkan anak low vision dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Aspek Arah
Terakhir,
kita perlu mengetahui bagaimana arah pengelihatan yang dibutuhkan anak untuk
kenyamanannya beraktivitas, terutama dalam keperluan belajar.
Jalan-Jalan Ke Pusat Pelayanan Terpadu Low Vision (Bag. 2; Identifikasi Low Vision)
Proses
Identifikasi Awal di P2TLV
Proses identifikasi awal yang dilakukan di P2TLV
kurangh lebih adalah seperti gambaran di bawah ini:
a.
Identifikasi Urutan Perkembangan:
- Movement (gerakan) – Fixation.
- Kesadaran (awarenes) – Attention (perhatian) – Mengenal objek dan
simbul. (Sadar – kenal – mewakilkan Objek – ingatan visual – Visual
closure skills.)
- Menguraikan objek dan pussel.
- Mengenal simbul yang abstrak.
b.
Identifikasi Efisiensi Penglihatan (Vision Eficiency)
Agar penglihatan efisien dalam melihat objek, maka diperlukan cahayanya, kekontrasannya, ukuran
besarnya dan jaraknya dengan mata sesuai dengan yang dibutuhkan.
c.
Identifikasi Sisa Penglihatan dengan Pengajaran (Vision
Utilization Instruction)
Penggunaan
pendekatan di atas dalam layanan tergantung pada:
- Rendah tidaknya ketajaman penglihatan yang dimiliki.
- Besar kecilnya hambatan lantang pandang yang dimiliki.
- Banyak tidaknya pengalaman anak dalam menggunakan penglihatan.
Semakin negatif ke tiga faktor tersebut
di atas maka pendekatannya mulai dari Stimulasi penglihatan sebelum sampai
kepada pengajaran yang menggunakan sisa penglihatan.
Kerjasama
dengan Profesi Lain
Untuk
menunjang pelayanannya, P2TLV melakukan kerjasama dengan Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Barat untuk pengembangan layanan pendidikan anak low vision.
Selain itu, P2TLV juga mengadakan kerjasama dengan Rumah Sakit Mata Cicendo
yang letaknya tidak terlalu jauh dengan P2TLV sebagai rumah sakit rujukan
dengan dokter mata yang akan mengampu dan melayani low vision dari segi
intervensi medis.
Jalan-Jalan Ke Pusat Pelayanan Terpadu Low Vision (Bag. 1; Profile Singkat)
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah. Tahun ini diberikan kesempatan oleh Allah untuk berkunjung ke salah satu sisi dunia yang luar biasa. Tempat luar biasa ini bernama Pusat Pelayanan Terpadu Low Vision yang ada di Kota Kembang, Bandung, Jawa Barat. Pada 12 November 2012 lalu, saya dan teman sekelas berkesempatan meneguk ilmu segar di tempat ini.
Untuk lebih lengkapnya, teman-teman bisa membaca paparan singkat tentang Pusat Pelayanan Terpadu Low Vision ini.
Alhamdulillah. Tahun ini diberikan kesempatan oleh Allah untuk berkunjung ke salah satu sisi dunia yang luar biasa. Tempat luar biasa ini bernama Pusat Pelayanan Terpadu Low Vision yang ada di Kota Kembang, Bandung, Jawa Barat. Pada 12 November 2012 lalu, saya dan teman sekelas berkesempatan meneguk ilmu segar di tempat ini.
Untuk lebih lengkapnya, teman-teman bisa membaca paparan singkat tentang Pusat Pelayanan Terpadu Low Vision ini.
Sejarah
Berdirinya P2TLV
Berdirinya
Pusat Pelayanan Terpadu Low Vision (P2TLV) diawali dengan berdirinya Yayasan
Penyantun Wyata Guna (YPWG) yang berdiri pada 1973, dengan akte notaris No. 37
pada 23 Maret 1973 silam. Awal mula dirintisnya YPWG merupakan manifestasi
pengabdian Ibu Soedarsono, pendiri YPWG, untuk kesejahteraan masyarakat
disabilitas pengelihatan di Bandung dan Jawa Barat yang mandiri dan maju. Semua
upaya yang dirintis dari YPWG ini dilakukan bersama seluruh lapisan masyarakat,
mulai dari pengandang disabilitas pengelihatan, keluarga, asyarakat, dunia
usaha, pemerintah dan lain-lain.
Sejak
berdirinya pada 1973 hingga 1995, YPWG belum memiliki layanan bagi murid low
vision. Hingga pada 1996, Ibu Sri Soedarsono sebagai pendiri dan ketua YPWG
bersama Ibu J.S. Nasution, Ketua Yayasan Pembinaan dan Asuhan Bunda (YPAB) mencoba
membuka layanan bagi murid low vision.
Pada
16 Februari 1996, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
mengeluarkan surat No. 6801/MPK/96 kepada YPAB dan YPWG di bawah naungan kedua
yayasan ini. Pada 1 April 1996, Dikdasmen Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
juga mengeluarkan surat No. 0195/C2/LL/96 atas P2TLV perihal penanggualangan
low vision untuk pelaksanaan uji coba layanan pendidikan bagi anak low vision.
Sejak
1996 inilah YPWG melakukan sosialisasi
layanan pendidikan bagi murid low vision melalui penyuluhan, seminar, dan pelatihan
guru SLB A dan guru SD di kota Bandung dan Jawa Barat. Pada 1997, YPWG
melakukan uji coba layanan pendidikan bagi murid low vision di SLB A Negeri
Wyata Guna Pajajaran. Hingga pada 1999, uji kelayakan layanan pendidikan bagi
murid low vision ini disebarkan ke 13 SLB di Jawa Barat.
Demi keprofesionalismean pelayanannya, pada 2002 lalu YPWG membentuk Pusat
Pemberdayaan Tunanetra Bandung (PPTB) atau Bandung Center for the Blind (BCB) yang
di dalamnya terdapat Unit Pelatihan dan Pelayanan Low Vision.
Agar
layanan yang ada di Unit Pelatihan dan Pelayanan Low Vision dapat menjangkau
seluruh anak low vison di Jawa Barat, maka sejak awal 2003 dirintislah usaha
kerjasama dengan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Sejak itu dimualailah
berbagai aktivitas pelatihan dan seminar di dalam dan luar negeri dan studi
banding pendidikan low vision ke India.
Agar
keberadaannya lebih resmi dan diakui, pada 24 Maret 2004 YPWG menandatangani
piagam kerjasama dengan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dan diresmikanlah
Pusat Pelayanan Terpadu Low Vision (P2TV) yang pertama di Indonesia. P2TLV
berada di Jl. Pajajaran No.52, Bandung. Untuk selanjutnya, YPWG juga akan
membuka P2TLV lainnya di beberapa kota di Jawa Barat.
Tujuan
Didirikannya P2TLV
Pada
dasarnya didirikannya P2TLV bertujuan pada tiga hal utama, yakni:
· agar
penyandang low vision dapat merencanakan atau melaksanakan tugas sehari-hari
seperti membaca, menulis, bepergian, dan keterampilan sehari-hari secara
mandiri;
· meningkatkan
fungsional pengelihatan, seperti meningkatkan ketajaman pengelihatan,
mengurangi silau, meningkatkan sensitivitas terhadap kekontrasan, dan
memperluas lantang pandang;
· membantu
penyandang low vision secara psikologis agar dapat beradaptasi dan
bersosialisasi secara wajar dalam lingkungannya, percaya diri, serta sadar dan
memahami kondisi pengelihatannya.
Fungsi
dan Peran P2TLV
Adapun
fungsi dan peran P2TLV hingga saat ni adalah mencakup dua ranah pelayanan,
yaitu (1) layanan kepada klien penyandang low vision dan (2) layanan pelatihan
tenaga ahli lapangan.
a. Layanan Kepada Klien Penyandnag Low Vision
Melalui unit layanan bergerak (mobile service unit)
dan unit layanan menetap (stationer service unit) P2TLV berperan dalam:
· Mengasesmen
(melakukan penilaian) secara klinis tentang pengelihatan klien termasuk dalam
penilaian alat bantu optik yang seperti apa yang dibutuhkan klien.
·
Memberikan
pelatihan peningkatan fungsi pengelihatan, tatacara penggunaan alat bantu low
vision (optik dan nonoptik), O & M, ADL, dan lainnya secara terpadu.
·
Memberikan
bimbingan dan konseling kepada klien dan anggota keluarganya.
·
Membantu
menempatkan kembali klien di lingkungannya, baik tu di lingkungan sekolahm
rumah, masyarakat, maupun di lingkungan kerjanya.
·
Memonitoring,
meindaklanjuti, dan merekomendasikan kepada klien dan berbagai pihak terkait.
·
Melayani
pemeriksaan dan pengadaan kaca mata.
b. Pelatihan Tenaga Ahli Lapangan
Melalui sistem magang dan atau strategi
pelatihan lainnya, P2TLV mengembangkan fungsi dan perannya dengan
menyelenggarakan pelatihan kepada tenaga tenaga prescription atau optometris
khusus low vision, tenaga instruktur untuk low vision, tenaga guru sumber dan
guru pembimbing khusus bagi low vision, tenaga pekerja sosial khusus low
vision, dan tehaga khusus low vision lainnya sesuai kebutuhan.
Mimpi yang Terkurung dan Kenyataan yang Terbebaskan
Kita bisa saja menganggap rencana yang kita buat sudah cukup
sempurna untuk mencapai mimpi-mimpi kita. Kita bisa saja sangat marah ketika
rencana yang sudah disusun dengan sempurna tiba-tiba berjalan tak sesuai duga. Tapi
pernahkah kita menyadari dan mengaku dengan keberserahan diri bahwa rencana
terbaik hanyalah rencana-Nya?
Setiap hari baru adalah hadiah baru dari Allah. Untuk
menyambut hadiah itu, maka semua persiapan harus disiapkan dengan keadaan
sesiap-siapnya, karena setiap hadiah baru, setiap hari baru, adalah istimewa.
Bagi saya, perencanaan, ikhtiar, dan tawakal adalah sebentuk
persiapan yang harus disiapkan untuk menyambut hadiah baru di setiap hari baru
yang Allah berikan. Yup, sebagaimana hari-hari biasanya, saya punya sejumlah
rencana dan “mimpi” yang ingin saya tempuh di hari esok, bahkan di tahun depan.
Sejak 2011 lalu, saya meniatkan diri untuk mengisi liburan
semester genap dengan belajar Bahasa Inggris dan kursus menjahit di Pare,
Kediri, Jawa Timur.
Sama seperti berbagai perencanaan pada umumnya, segala
sesuatu untuk rencana keberangkatan saya belajar di luar kota selama tiga bulan,
saya siapkan sejak awal semester genap, Desember lalu. Jauh-jauh hari saya mengumpulkan
uang, meminta izin pada ibu dan bapak, termasuk mencari tahu seluk beluk tempat
yang ingin saya kunjungi.
Singkat cerita, restu kedua orang tua sudah saya kantongi,
uang pun terkumpul lebih dari cukup, dan tempat belajar yang ingin saya tuju sudah
cukup saya kenali.
Kurang lebih sebulan sebelum keberangkatan mencapai mimpi,
semua perencanaan ini perlahan memudar. Sejumlah aktivitas seperti mengurus
anak-anak lapak, mengurus pesantren kilat, dan beberapa amanah di kampus
menutupi kemungkinan saya untuk dapat berangkat ke Pare.
Mimpi yang Terkurung
Jika setiap ciptaan Allah yang Mahakekal saja tidaklah kekal,
apalagi ciptaan manusia yang dirinya sendiri pun tidak kekal. Rencana, mimpi,
dan angan-angan yang tak berwujud, jelas lebih fana dari manusia yang fana.
Kurang lebih lima bulan sudah saya mempersiapkan
keberangkatan untuk menjemput satu mimpi lagi, tapi Tangan Allah Menghendaki
hal lain. Dengan jemari-Nya yang penuh kasih sayang, Dia hapus segenap rencana
yang telah saya buat dan diganti dengan rencana-Nya yang lebih indah, lebih
bermakna, dan semoga lebih diridhoi-Nya.
Di bulan seharusnya saya sudah berangkat ke Pare, wajah
adik-adik di Lapak Pemulung menghalangi keberangkatan saya. Melalui
berpasang-pasang mata bening itu, mereka seakan berkata kepada saya, “Kami
kewajibanmu, Kak, pergi ke Pare adalah kebutuhanmu. Lalu, mana yang ingin Kakak
tinggalkan? Kewajiban atau kebutuhan?”
Kenyataan Indah Pertama; Musim Semi, Panen Cinta dan Pahala
=)
Khalil Gibran pernah berkata bahwa cinta adalah musim semi
yang tak pernah kemarau. Begitulah cinta menjadi satu-satunya musim yang ada
dalam hati setiap insan yang sedang jatuh cinta.
Jika saya pernah mengakui bahwa saya terlanjur jatuh cinta
pada dunia jalanan dan disabilitas, maka yang saya rasakan adalah musim semi
sepanjang tahun, sepanjang hidup. Hingga kini saya berharap, musim semi ini
berubah menjadi musim panen pahala sepanjang tahun, sepanjang hidup saya. Oleh
karena itu, dengan segenap kelemahan yang saya miliki, saya menuntut diri saya
sendiri untuk terus bergerak menemani anak-anak pemulung dan jalanan dan
bertekad bahwa mendidik mereka adalah kewajiban saya.
Alhasil, sebulan sebelum keberangkatan menuju realisasi
mimpi, saya putuskan untuk mundur satu langkah dari mimpi dan kebutuhan saya,
lalu melangkah kepada kerumunan bocah-bocah surga. Tak ada penyesalan saat kaki
ini melangkah mundur, karena gelak tawa dan keriangan mereka menggantikan
segala.
Semoga keputusan ini berbuah cinta dari-Nya dan membuat diri
ini panen pahala. Setidaknya, memilih mengurus mereka membuat saya belajar
menahan nafsu terselubung yang ada dalam keinginan saya untuk belajar –sekaligus
jalan-jalan keluar kota.
Kenyataan Indah Kedua; Gugur Satu Tumbuh Seribu
Laa haula wa laa quwwata illa billah. Allah-lah Maha Pemilik
rencana di balik rencana. Seringkali kehendak-Nya membuat kita menekuk muka
sambil menangis dan bertanya ‘mengapa’. Padahal, jika kita mau sedikit saja
bersabar dan menafakuri rencana-Nya, lambat tapi pasti kita akan tahu bahwa
korelasi dari rencana-rencana-Nya hanya untuk satu rencana; Allah ingin kita
tersenyum bahagia dan mengucap syukur pada-Nya.
Tiga bulan kekosongan aktivitas sudah terbayang dalam benak
saya. Sempat terbersit di pikiran untuk mengisi kekosongan aktivitas tiga bulan
dengan mengajar di Sekolah Alam atau SLB terdekat rumah. Sebenarnya, tidak
hanya untuk mengisi kekosongan waktu libur, tetapi saya juga ingin merasakan
bagaimana sulitnya mencari uang. Ya, paling tidak agar saya paham seberapa
sulitnya bapak bekerja untuk membiayai saya sejak kecil hingga sekarang.
Tapi karena saat ini tidak banyak orang sekolah yang saya
kenal, maka saya hanya bisa berangan.
Ya, meskipun keinginan masih tetap ada dan sampai saat ini saya pendam.
Jika kamu menginginkan sesuatu dengan tulus, maka dunia dan
seisinya akan membantumu untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan. [Bollywood
Movie]
Tak ada yang lebih tahu niat yang tersembunyi dari setiap
laku manusia selain Allah swt. Saya sendiri tidak tahu apa yang Allah nilai
tentang kemauan saya untuk dapat mengisi kekosongan liburan dengan bekerja.
Tapi, sebagai bukti bahwa hanya Dia yang
Mahatahu apa-apa yang tersembunyi, Dia yang Mahabaik Mengabulkan apa-apa yang
saya mau dalam waktu singkat. Bahkan, yang Dia Berikan lebih dari apa yang saya
inginkan.
Beberapa pekan pertama, tak ada kegiatan lain di hari kerja
selain di rumah. Saat saya hampir melupakan keinginan saya untuk bekerja, tiba-tiba sebuah sms datang dari seorang teman
di kelas Novel Mas Sakti.
“Lis, mau ngajar di Sekolah Alam gak? Di tempat saya. Kalau mau,
nanti saya kirim nomor Kak Joko ya. Beliau yang ingin wawancara kamu.”
Saya hanya tercengang. Syukur bertubi-tubi seakan tak ingin
berhenti. Spontan saya membalas sms itu dan berucap terima kasih kepada teman
di seberang sana.
Malam harinya, ketika hendak menyampaikan tawaran pekerjaan
ini kepada ibu dan bapak, tiba-tiba seorang teman datang. Layaknya kebanyakan
teman, kalau sudah bertemu pasti banyak berbincang, berbagi cerita. Dan, tema
perbincangan kami malam itu adalah seputar pekerjaan.
Teman saya banyak bercerita tentang susahnya mencari
pekerjaan. Dia sudah melamar ke sana ke mari, sudah dipanggil untuk interview
di beberapa tempat, tapi tak kunjung ada panggilan yang menyatakan bahwa
dirinya diterima. Saat itu juga saya teringat dengan tawaran mengajar di
Sekolah Alam Ciganjur.
“Mau ngajar gak? Di Sekolah Alam. Tapi ngajar anak-anak
autis.” Saya mencoba menawarkan kepadanya.
“Susah gak?” teman saya agak ragu, maklum dia tidak tahu
banyak tentang anak-anak spesial.
“Gampang, insya Allah. Kalau mau nanti Lis kasih nomor orang
dalam.”
Singkat cerita, teman saya menerima tawaran pekerjaan yang
saya rekomendasikan. Teman saya melamar pekerjaan di Sekolah Alam Ciganjur,
dipanggil interview, dan bekerja di sana. Sedangkan saya, hilang sudah satu
kesempatan bekerja dan saya kembali pada kekosongan aktivitas.
Jika manusia punya perhitungan 2-1=1, maka Allah punya perhitungan
2-1=11. Ini matematika-Nya, tiada hukum negative dan pengurangan. Bahwa yang
keluar bukanlah untuk mengurangi, tapi menjadi umpan bagi yang keluar dan
mengembalikannya berkali-kali lipat.
Lepas sudah dari genggaman mimpi untuk bisa mengajar di
Sekolah Alam. Saya tak tahu apa rencana-Nya yang selanjutnya. Saya tidak tahu, apakah Allah ingin saya
menggenggam hal lain dari yang saya inginkan, atau entah.
Selang beberapa hari, di sela-sela aktivitas di FLP Ciputat, seorang
sahabat berkata dengan santainya, “Bikin CV ya, Lis. Kirim ke email-ku. Kamu
aku rekomendasikan jadi reporter ke majalah.”
Tak ada tanggapan serius dari saya saat itu. Saya hanya
tertawa sambil bercanda, tapi sahabat saya malah menanggapi dengan serius,
berlagak seperti seorang atasan. It’s mean dia benar-benar serius
meminta saya bekerja di tempatnya.
Tiada duga saya atas rencana-Nya tentang semua ini. Tanpa
minta ganti, dalam waktu singkat Allah mengganti apa yang telah pergi, bahkan
lebih. Masya Allah.
Selang beberapa hari, saat saya sedang menjalankan piket
menjaga stand FLP Ciputat di Pesta Buku Jakarta, tiba-tiba Mas Sakti, guru
menulis saya, meminta saya mengangkat handphone-nya. Di seberang sana
terdengar suara seorang wanita.
“Ini Lisfa ya? Saya Ratna. Besok bisa datang ke Hikmah? Kita
mau rapat redaksi. Nanti alamat kantornya saya kirim ya.” Telepon ditutup. Saya
hanya terheran-heran tak mengerti. Saya melirik teman saya yang juga
mendapatkan telepon serupa, wajahnya tak jauh beda keheranannya dengan saya.
Handphone Mas Sakti masih saya pegang dengan sejumlah pertanyaan yang memutar di
kepala. Lalu, Mas Sakti yang juga baru saja menerima telepon dari handphone-nya
yang lain datang dan berkata, “Lisfa, Erni, besok ke Hikmah ya. Saya
rekomendasikan kalian untuk jadi reporter di sana. Bisa kan?
Glek! Apa-apaan ini. Pikir saya saat itu. Kok bisa? Itulah pertanyaan yang
terlontar di benak saya. Mengapa dalam waktu berdekatan saya bisa menerima
banyak tawaran pekerjaan seperti ini. Masya Allah. Alhamdulillah.
Kenyataan Indah Ketiga; Mimpi yang Tak Pernah Termimpikan
Sudah beberapa bulan saya mengurung mimpi untuk belajar di
Pare dan melanjutkan aktivitas bersama satu mimpi yang terbebaskan; menjadi
reporter di majalah Muzakki dan Media Hikmah. Suatu malam, saat saya membuka
akun facebook saya, sebuah message facebook datang dari seorang
senior saya di Lembaga Pers Islam di kampus. Dalam pesan itu beliau hanya
menuliskan satu kalimat singkat yang mengajak saya untuk mendaftarkan diri
dalam salah satu ajang pelatihan kepemudaan yang cukup bergengsi di luar kota.
Keraguan sempat terbersit ketika saya hendak meng-klik
link yang diberikan beliau. Tapi, rasa penasaran yang lebih besar membuat
saya membaca tuntas semua informasi yang
ada di link yang beliau berikan.
Future Leader Summit 2012 (FLS 2012), begitulah nama ajang besar yang
diadakan di Universitas Diponegoro, Semarang. Namanya saja baru saya dengar,
konsep ajangnya pun belum saya ketahui dengan jelas. Konon, ajang ini termasuk
yang diminati oleh ribuan mahasiswa dan pemuda di seluruh Indonesia dan hanya
menerima kurang lebih 250 mahasiswa terpilih dari hasil seleksi berkas
wawancara.
Dengan wajah bodoh dan mulut menganga, saya hanya bisa
terpana setelah membaca seluruh info tentang FLS. Saya juga masih tak mengerti
mengapa senior saya mengajak saya untuk mengikuti ajang ini. “Coba-coba aja,”
jawab senior saya, singkat.
Well, semua berawal dari coba-coba. Saya coba-coba meng-klik yang
beliau berikan. Saya pun coba-coba mengunduh formulir wawancara dan
pendaftaran. Lalu, coba-coba juga mengisi sejumlah pertanyaan. Dan, formulir
yang sudah terisi pun coba-coba saya kirim kepada panitia pelaksana. Kini,
semua coba-coba sudah dilakukan. Sisanya, tinggal menunggu hasil coba-coba.
Sambil menunggu hasil coba-coba, saya tetap menjalankan
aktivitas lainnya; mengajar di Lapak Pemulung, belajar menulis di FLP, menulis
di majalah dan menjalankan amanah di kampus. Bahkan, tanpa saya sadari saya
sempat lupa kalau saya pernah mendaftarkan diri ke FLS 2012.
Ketika saya sedang membuka email untuk mengirim
tulisan ke majalah, sebuah email saya terima dari panitia pelaksana FLS
2012. Layar di depan saya menampilkan tulisan berwarna merah, “Selamat Anda
adalah mahasiswa yang terpilih menjadi bagian dari Future Leader Summit 2012.
Let’s be the next leader for Indonesia better!”
Sekali lagi. Pupil mata melebar, bibir melengkung, membentuk
semburat senyuman. Alhamdulillah, masya Allah, laa haula wa laa quwwata illa
billah. Satu kenyataan indah yang tak pernah terbayangkan. Ini adalah mimpi
yang tak pernah termimpikan.
Benar-benar seperti mimpi. Tak pernah terpikirkan sedikit pun
sebelumnya bahwa liburan semester ini, ketika saya tidak jadi belajar ke Pare,
Allah lebih Menghendaki saya untuk pergi ke Semarang.
Kurang dari seminggu persiapan untuk keberangkatan ke
Semarang dilakukan. Orang tua saya sempat cemas, karena tak seorang pun kerabat
saya yang ada di Semarang. Sehari sebelum keberangkatan, sempat ada niat untuk
mundur dan membiarkan kesempatan itu hilang. Tapi tak tega setelah melihat tas
dan sejumlah barang yang sudah disiapkan khusus oleh ibu.
Lagi-lagi, bermodal coba-coba, saya coba-coba melawan ragu
dan berangkat ke Semarang seorang diri. Entahlah apa yang akan terjadi duabelas
jam setelahnya ketika saya tiba di Semarang. Saya hanya yakin, Allah masih
punya rencana-rencana lain, rahasia-rahasia lain yang disimpan-Nya untuk
melukiskan senyum di wajah makhluk-Nya.
***
Satu mimpi terkurung sudah. Tapi siapa sangka, ternyata tiga
kenyataan indah kini menjadi gantinya.
Mungkin inilah saatnya saya belajar
lagi untuk tidak banyak mengeluh dan bawel bertanya ‘mengapa’ pada Allah.
Karena Allah punya cara unik untuk membahagiakan setiap makhluk-Nya.
Allah punya rencana
yang berbeda dari serangkaian rencana kita yang terbengkalai. Mungkin memang
rencana yang kita anggap sudah tersusun dengan sempurna justru adalah
rencana-rencana kosong yang tidak ada maknanya di hadapan Allah. Sehingga,
karena kasih sayang-Nya pada kita, Dia “tega” menghapus segala catatan rencana
yang telah kita buat dan menggantinya dengan yang menurut-Nya jauh lebih baik.
Kesal, sesal, dan sebal pada-Nya sangat mungkin muncul ketika
rencana terbengkalai. Tapi, lebihkanlah sabar untuk menunggu jawaban dan
maksud-Nya, lebihkanlah doa untuk penggatinya, lebihkanlah usaha untuk
meraihnya, karena Allah tak pernah ciptakan yang sia-sia, gagal rencana dan
tertundanya mimpi kita niscaya digantikan dengan rencana-Nya yang lebih indah.
Pasti.
Terima kasih untuk Allah, Mahacinta yang tercinta, atas hadiah-hadiah baru di
hari-hari baru. Segala puji untuk Mahacinta yang tercinta atas kejutan-kejutan
di hari-hari baru :’)
Selanjutnya, semoga Allah menetapkan diri ini untuk terus melebihkan usaha, melebihkan doa, melebihkan sabar, dan melebihkan mimpi untuk kenyataan yang lebih indah lagi :)
Penerapan Teori Belajar Kognitivisme dalam Pembelajaran
Pada hakekatnya teori belajar
kognitivisme adalah sebuah teori yang cenderung melakukan praktik yang mengarah
pada kualitas intelektual peserta didik. Konsekuensi dari teori ini adalah
proses pembelajaran harus lebih memberi ruang yang luas agar murid dapat
mengembangkan kualitas intelektualnya. Penerapan
teori belajar kognitivisme ini yaitu guru harus memahami bahwa murid bukan
sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah
dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan murid
sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika
tertentu dari sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang
bermakna, memerhatian perbedaan individual murid untuk mencapai keberhasilan murid.
Untuk memperoleh gambaran
yang lebih jelas tentang teori belajar kognitivisme, di bawah ini disajikan
beberapa prinsip penerapannya (Nasution, 1982).
a.
Belajar itu berdasarkan keseluruhan
Dalam teori ini dianggap bahwa
keseluruhan itu lebih memiliki makna dari bagian-bagian. Bagian-bagian hanya
berarti apabila ada dalam keseluruhan. Sebuah kata akan bermakna manakala ada
dalam sebuah kalimat. Demikian juga kalimat akan memiliki makna apabila ada
dalam suatu rangkaian karangan.
Makna dari prinsip ini
adalah bahwa pembelajaran itu bukanlah berangkat dari fakta-fakta, akan tetapi
mesti berangkat dari suatu masalah. Melalui masalah itu murid dapat mempelajari
fakta.
b.
Anak yang belajar merupakan keseluruhan
Prinsip ini mengandung
pengertian bahwa membelajarkan anak itu bukanlah hanya mengembangkan
intelektual saja, akan tetapi mengembangkan pribadi anak seutuhnya. Apa artinya
kemampuan intelektual manakala tidak diikuti sikap yang baik atau tidak diikuti
oleh pengembangan seluruh potensi yang ada dalam diri anak. Oleh karenanya
mengajar bukanlah menumpuk memori anak dengan fakta-fakta yang lepas-lepas,
tetapi mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri anak.
c.
Belajar berkat insight
Telah dijelaskan bahwa
insight adalah pemahaman terhadap hubungan antarbagian di dalam suatu situasi
permasalahan. Dengan demikian, belajar itu akan terjadi manakala dihadapkan
kepada suatu persoalan yang harus dipecahkan. Belajar bukanlah menghafal fakta.
Melalui persoalan yang dihadapi itu anak akan mendapat insight yang sangat
berguna untuk menghadapi setiap masalah.
d.
Belajar berdasarkan pengalaman
Pengalaman adalah
kejadian yang dapat memberi arti dan makna kehidupan setiap perilaku individu.
Belajar adalah melakukuan reorganisasi pengalaman-pengalaman masa lalu yang
secara terus-menerus disempurnakan. Apabila seorang anak kena api, maka
kejadian akan memberi pengalaman setelah ia mengolah, menghubungkan, dan
menafsirkannya bahwa api merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan rasa sakit,
sehingga ia bisa menyimpulkan dan menentukan sikap bahwa api harus dihindari.
Akan tetapi, kemusian anak akan mereorganisasi pengalamannya bahwa api itu
ternyata besar juga manfaatnya dan tidak selalu berbahaya. Inilah hakekat pengalaman.
Dengan demikan, proses membelajarkan adalah proses memberikan
pengalaman-pengalaman yang bermakna untuk kehidupan anak.
Saekhan Muchith (2008: 69) menyatakan
bahwa teori belajar kognitivisme secara umum proses pembelajarannya harus
didasarkan pada asumsi sebagai berikut:
- Proses pembelajaran adalah suatu
realitas sistem.
Artinya, keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh satu
faktor, tetapi ditentukan oleh berbagai faktor yang ada.
- Proses pembelajaran adalah
realitas kultur dan natural. Artinya, dalam proses pembelajaran tidak diperlukan
berbagai paksaan.
- Pengembangan materi harus
benar-benar dilakukan secara kontekstual dan relevan dengan realitas
kehidupan peserta didik.
- Metode pembelajaran tidak
dilakukan secara monoton. Metode yang bervariasi merupakan tuntutan mutlak dalam
proses pembelajaran.
- Keterlibatan murid secara aktif
dalam belajar amat dipentingkan. Hal ini dikarenakan asimiliasi dan akomodasi pengalaman
murid akan lebih baik jika murid aktif dalam belajar.
- Berlajar memahami akan lebih
bermakna daripada belajar menghapal. Agar lebih bermakna, informasi baru harus
disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan antara apa yang sedang
dipelajari dengan apa yang telah diketahui murid.
- Pembelajaran harus memperhatikan
perbedaan individual murid.