Archive for February 2012

Perspektif Pendidikan Tunanetra Bag. 1 (Pengertian)

Perspektif pendidikan tunanetra merupakan matakuliah yang mengantarkan mahasiswa untuk mengetahui,mengenal, dan memahami apa yang dimaksud dengan tunanetra, siapa individu yang dikatakan tunanetra, bagaimana karakteristik, penyebab, dan dampak ketunanetraan, dan seperti apa pendidikan yang seharusnya diberikan kepada individu dengan ketunanetraan.

Pengertian Tunanetra

Untuk memahami individu tunanetra, kita dapat mempelajarinya dari dua sisi pengertian tunanetra. Yakni dari pengertian secara legalitas atau perundang-undangan negara, serta dari pengertian dalam dunia pendidikan.

Pengertian Tunanetra Legalitas Legalitas

Individu tunanetra adalah individu yang mempunyai gangguan ketajaman pengelihatan sentral 20/200 atau lebih lebih kecil (lebih buruk) setelah melalui suatu perbaikan (misalnya dengan menggunakan kacamata), atau mereka yang luas pandangnya demikian sempit, sehingga tidak lebih dari 20o. (The American Medical Association, 1934; dan American Foundation of The Blind)

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa individu tunanetra memiliki tiga kriteria khusus dibandingkan dengan individu dengan pengelihatan normal;
  1. Visual 20/200. Artinya, jika individu dengan pengelihatan normal mampu melihat jelas dari jarak 200 feets (+ 60 meter), individu tunanetra hanya mampu melihat jelas dari jarak 20 feets (+ 6 meter). 
  2. Perbaikan pengelihatan dengan alat bantu. Individu yang matanya kurang awas tidak dikatakan tunanetra jika pengelihatannya menjadi normal saat diberikan alat bantu berupa kacamata. 
  3. Lapang pandang tidak lebih dari 20o. Artinya, jika individu dengan pengelihatan normal memiliki lapang pandang 180o (dengan lapang pandang kanan 45o, kiri 45o, atas 25o, dan bawah 65o), individu tunanetra hanya memiliki total lapang pandang sebesar 20o dengan pembagian lapang pandang kanan, kiri, atas, dan bawah yang bervariasi. 

Individu pastially blind (low vision) adalah individu yang ketajaman pengelihatannya di antara 20/70 dan 20/200. Artinya, seorang dapat dikatakan low vision jika dia hanya dapat melihat jelas pada 20 feets (+ 6 meter), sedangkan individu dengan pengelihatan normal mampu melihat jelas pada jarak 70-200 feets (+ 20-60 meter). 

Pengertian Tunanetra Dalam Pendidikan 

Individu tunanetra adalah individu yang mempunyai gangguan pengelihatn yang parah, hingga harus membaca dengan Braille atau metode-metode oral (audio tape dan recorder). 

Individu pastially blind (low vision) adalah individu yang masih bisa membaca huruf cetak, meskipun masih memerlukan modifikasi alat bantu berupa kacamata, kaca pembesar, teleskop, dan lain-lain. 

Perbedaan Pengertian Secara  Legalitas dan Pendidikan 
Perbedaan pengertian tunanetra dalam legalitas dan pendidikan terletak pada kebutuhan tunanetra itu sendiri. Pengertian tunanetra dalam legalitas mengacu pada sistem medis yang nantinya akan memberikan kelegalan akan ketunanetraan seseorang. Kelegalan ini dibuat sebagai bentuk kepedulian pemerintah (luar negeri, bukan Indonesia) akan kebutuhan khusus tunanetra. Melalui kelegalan ini, individu tunanetra akan mendapatkan pelayanan khusus dalam setiap fasilitas yang disediakan pemerintah, seperti pada rumah sakit pemerintah, pusat perbelajaan pemerintah, dan fasilitas lainnya yang dimiliki pemerintah. 

Berbeda dengan pengertian tunanetra dalam legalitas pemerintah, pengertian tunanetra dalam pendidikan mengacu pada kepentingan pendidikan individu tunanetra. Pengertian tunanetra dalam pendidikan ini sendiri tidak memusatkan pada sisi medis individu, tapi mengutamakan apa yang harus dilakukan seorang pendidik kepada individu yang memiliki gangguan pengelihatan atau tunanetra.
24 February 2012
Posted by Lisfatul Fatinah

Perspektif Pendidikan Tunarungu Bag. 1 (Pengertian dan Penggolongan)

Perspektif pendidikan tunarungu merupakan matakuliah yang mengantarkan mahasiswa untuk mengetahui,mengenal, dan memahami apa yang dimaksud dengan tunarungu, siapa individu yang dikatakan tunarungu, bagaimana karakteristik, penyebab, dan dampak ketunarunguan, dan seperti apa pendidikan yang seharusnya diberikan kepada individu dengan ketunarunguan.

Pengertian Ketunarunguan
Ketunarunguan merupakan keadaan kehilangan pendengaran yang meliputi seluruh gradasi bagi ringan, sedang, berat, dan sangat berat, yang walaupun telah diberikan alat bantu dengar (ABD) tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

Berdasarkan pengertian di atas, ketunarunguan bukanlah suatu penyakit yang dapat disembuhkan dengan menggunakan alat bantu dengar (ABD). Sehingga, meskipun sudah menggunakan ABD, seorang tunarungu harus tetap menerima pendidikan khusus untuk dapat berkomunikasi dengan banyak orang.

Penggolongan Tunarungu
      Menurut derajat kehilangan daya dengarnya:
1.     Kurang dengar, yakni indvidu yang menerima intensitas suara < 90 dB). Kurang dengar ini sendiri dibagi menjadi kurang dengar ringan, sedang, dan berat.
2.     Tuli, yakni individu yang menerima intensitas suara > 90 dB.
Untuk mengetahui kemampuan atau daya dengar seseorag kita dapat menggunakan suatu alat yang telah distandarisir, yang bernama audiometer. Tes kemampuan dengar dengan audiometer dapat dilakukan di dokter THT atau pusat ABD yang ada di sekitar kita.


 Menurut tempat terjadinya kerusakan pendengaran:
1.     Tunarungu konduktif atau tunarungu hantaran. Yaitu ketunarunguan yang disebabkan oleh kerusakan pada telinga bangian luar atau tengah.
2.     Tunarungu perseptif atau tunarungu syaraf (tunarungu sensoneoral). Yaitu ketunarunguan yang disebabkan oleh kerusakan pada telinga bangain dalam atau kokhlea.

      Menurut penyebabnya:
1.     Faktor keturunan. Yakni ketunarunguan yang disebabkan oleh faktor genetika.
2.     Kelahiran dengan risiko tinggi. Yang masuk dalam kategori kelahiran dengan risiko tinggi adalah bayi yang dilahirkan dnegan menggunakan alat bantu vacuum atau tang, proses melahirkan terlalu lama, dan usia hamil ibu yang berisiko (di atas 40 tahun).
3.     Karena penyakit. Ibu hamil yang mengidap penyakit TORCHS (Toxoplasma Rubela, Citogegalo Virus, Harpes, dan Sifilis) memiliki risiko melahirkan anak yang tunarungu. Untuk itu, kesehatan dalam masa kehamilan sangat memengaruhi kesehatan bayi.

      Menurut umur saat kehilangan pendengaran:
  1. Tunarungu prelingual. Yaitu ketunarunguan yang disandang sejak lahir atau sebelum anak menganal bahasa (usia < + 2 tahun). Individu tunarungu prelingual biasanya disebut dengan penyandang tunarungu.
  2. Tunarungu postlingual. Yaitu ketunarunguan yang disandang setelah anak mengenal bahasa (usia > + 2 tahun). Individu tunarungu postlingual biasanya disebut dengan penderita tunarungu.
Berbeda dengan hambatan pengelihatan (tunanetra), seorang tunarungu –menurut Hellen Keler- memiliki suatu problem yang sangat besar karena mereka terpisah dengan kehidupannya. Mengapa demikian? Karena problem utama individu tunarungu adalah komunikasi dan hiduo kita tidak lepas dari berbagai bentuk komunikasi melalui kode, simbol, dan bahasa. Dari hambatan komunikasi inilah muncul berbagai hambatan lainnya yang justru mempersempit kehidupan individu tunarungu.

Individu tunarungu (gangguan pendengaran) pada awalnya akan mendapat reaksi positif maupun negatif dari orang tua dan masyarakat. Pendengaran yang terbatas ini menghambat individu tunarungu untuk mengenal bahasa dan berkomunikasi yang nantinya juga akan menghambat perkembangan pengetahuan dan intelejensinya. Lalu, hambatan pendengaran juga akan menghambat emosi yang juga berdampak pada keterbatasan sosialisasinya. Semua dampak dari hambatan pendengaran ini akan mempersempit kesempatan pendidikan dan kerja individu tunarungu.
22 February 2012
Posted by Lisfatul Fatinah

You are The

Hallo Happy Readers!

Hallo Happy Readers!
Selamat datang di blog pribadi saya. Di blog ini teman-teman akan membaca tulisan-tulisan saya seputar pendidikan, kedisabilitasan dan inklusivitas, pengalaman mengajar, dan tulisan-tulisan lainnya yang dibuat atas inspirasi di sekitar saya. Semoga tulisan dalam blog ini bermanfaat dan menginspirasi pada kebaikan. Selamat membaca!

Contact Me

@fatinahmunir

fatinahmunir@gmail.com

Educator | Writer | Adventurer

Berbakti | Berkarya | Berarti

My Friends

- Copyright © Fatinah Munir -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -