Archive for March 2018

Pubertas pada Autisme? Adakah?


Bismillahirrahmanirrahim

Banyak di antara kita, orang tua, pengajar, ataupun orang-orang yang berinteraksi dengan anak dengan autisme penasaran apakah mereka akan melewati masa pubertas di usia mereka yang beranjak remaja? Pastinya rasa penasaran ini tidak hanya karena keingintahuan saja, tetapi karena ada rasa khawatir jika mereka mengetahui hal yang sensitive di masa pubertas mereka.

Okay, pertama saya ingin mengingatkan kalau autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan otak tetapi bukan gangguan perkembangan fisik, kecuali memang keautistikan seorang anak diikuti dengan kedisabilitasan fisik lainnya. Lalu kita harus memperhatikan juga usia mental seseorang dengan autisme, yang pada umumnya usia mental seseorang dengan autisme akan lebih rendah daripada usia biologisnya. Meskipun begitu, tidak memungkinkan ada juga seseorang dengan autisme yang memiliki usia mental sama dengan usia biologisnya yaa 😊

Nah, sekarang kita masuk ke bagian pubertas. Apa sih hubungannya kita ngobrolin gangguan perkembangan otak pada autisme, usia mental, dan usia biologis? Hubungannya adalah seseorang dengan autisme meskipun memiliki gangguan perkembangan otak dan usia mental di bawah usia biologisnya, tetapi semua itu tidak memperngaruhi perkembangan fisik atau hormonnya. Itu artinya hormone pertumbuhan pada anak dengan autisme berkembang seperti anak umumnya.

Anak dengan autisme juga mengalami perubahan bentuk tubuh seperti pada laki-laki dengan autisme akan tumbuh jenggot dan kumis, tumbuh bulu-bulu halus di ketiak atau dada dan kaki, timbul jakun, mengalami perubahan suara, atau bahkan mengalami onani dan ereksi. Pada perempuan dengan autisme juga akan mengalami perubahan bentuk fisik seperti muncul buah dada, pinggul membesar, mengalami masa menstruasi, tumbuh bulu halus di ketiak, dan bahkan mengalami masturbasi.

Sayangnya, perkembangan hormon pada masa pubertas bukan hanya mempengaruhi perubahan fisik seseorang, melainkan juga mempengaruhi hal hubungan. Maksudnya adalah perkembangan hormone ini membuat remaja dengan autisme juga memiliki rasa ingin menjalin hubungan yang berbeda dengan orang di sekitarnya, seperti hubungan pertemanan dan ketertarikan kepada lawan jenis.

Jadi anak dengan autisme juga mengalami pubertas saat memasuki masa remajanya. Lalu bagaimana proses pubertas pada remaja autisme? Well, seperti yang terjadi pada anak umumnya, pubertas selalu melingkupi hal yang sama seperti yang saya sebutkan di awal, perubahan fisik dan ketertarikan pada lawan jenis. Tapi perlu digarisbawahi bahwa proses dari pubertas tersebut selalu berbeda, entah itu pada remaja autisme ataupun pada remaja umumnya. Lalu apa yang membedakan pubertas remaja dengan autisme dengan pubertas remaja pada umumnya? PENDEKATAN DALAM MEMBERIKAN PEMAHAMAN DI MASA PUBERTASNYA HARUS SANGAT BERBEDA!

Sebelumnya saya menyampaikan kalau usia mental seseorang dengan autisme itu sangat memungkinkan di bawah usia biologisnya. Sebagai contoh, seorang remaja dengan autisme berusia 15 tahun sangat memungkinkan memiliki usia mental sekitar 7 tahun. Itu artinya secara perkembangan dan perubahan fisiknya, fisik remaja autisme sama dengan remaja umumnya di usia 15 tahun akan tetapi kemampuannya menerima informasi masih sama dengan anak usia 7 tahun. Ini hanya contoh ya, bisa saja usia mentalnya lebih dari 7 tahun atau justru sama dengan usia biologisnya yaitu 15 tahun.

Dari contoh di atas, jelas kita harus melakukan pendekatan yang berbeda berdasarkan kemampuan remaja dengan autisme masing-masing. So, pendekatan pada remaja dengan autisme yang sedang mengalami pubertas harus berbeda satu dengan yang lainnya yaa! 😊

Okay, bagaimana cara membedakan pendekatannya? Tadi kita sudah membahas bahwa pendekatannya bisa dibedakan berdasarkan usia mental remaja dengan autisme. Lalu bagaimana caranya kalau kita tidak tahu persis usia mentalnya? Yup! Kita bisa melihat kemampuan remaja tersebut dalam menerima informasi. Pastinya hal ini hanya bisa diketahui oleh orang-orang yang biasa berinteraksi dengan remaja dengan autisme tersebut ya! Seperti orang tua, care giver, dan pendidik.

Well sudah terjawab kan rasa penasaran kita apakah anak dengan autisme akan mengalami pubertas di usia remajanya. 😊

Kesimpulannya adalah setiap anak dengan autisme pasti mengalami pubertasnya, hanya saja pemahaman setiap anak akan sangat berbeda saat mereka memasuki masa pubertas tersebut. Oleh sebab itu pendekatan dan tindakan yang akan diberikan kepada remaja dengan autisme yang mengalami pubertas juga harus berbeda satu dengan yang lainnya! 😊

Sekian dulu ya tulisan kali ini tentang autisme. Insya Allah di tulisan berikutnya saya akan membahas tahapan mengenalkan masa pubertas pada anak dengan autisme. Mohon doanya semoga selalu sehat dan bisa menulis.^^

@fatinahmunir | 20.03.2018

21 March 2018
Posted by Fatinah Munir
Tag :

NHW #6: Belajar Menjadi Manajer Keluarga; Membuat Jadwal Harian



Bismillahiraahmanirrahim


Kemarin, Alhamdulillah, sudah belajar tentang menjadi manajer keluarga. Sejujurnya ini materi yang saya tunggu-tunggu dan sangat saya butuhkan. Ya, apa lagi alasannya kalau bukan karena saya merasa sangat kurang mampu manajemen. Bukan cuma kurang, tapi bisa dibilang buruk malahan. Hiks. Padahal saya masih sendiri ya. Cuma ngurus diri sendiri atau bantu-bantu Emak di rumah. Bagaimana kalau sudah harus mengurus yang lainnya coba. T○T

Saat mengikuti materi manajemen keluarga ini, alhamdulillah, ada banyak pencerahan. Saya menemukan titik terang kenapa saya buruk dalam hal manajemen waktu dan banyak halnya. Di sinilah saya menemukan jawaban kenapa setiap jadwal dan rencana yang dibuat lebih sering gagal. Itu semua karena saya belum bisa memperjelas batas prioritas setiap aktivitas dan membaginya dalam kategori penting, perlu, mendesak, atau tidak penting.

Hehehe, sebelumnya saya menganggap setiap aktivitas saya adalah penting. Jadi kalau pun ada hal yang mendadak harus dilakukan, maka saya menganggap yang mendadak itu juga hal penting. Padahal ketika kita sudah mempunyai prioritas, kategori aktivitas, dan jadwal rutin, maka akan ada cut off time di mana aktivitas yang mendadak tidak boleh mengganggu aktivitas rutin dan prioritas. Alhamdulillah. Legaaaaa rasanya setelah mengetahui dan mencoba mengoreksi diri sendiri seperti ini. Rasanya saya seperti baru menemukan peti harta karun yang isinya komik dan green tea iced cream kesukaan. Whuaaaaa! ^^3

Nah untuk tugas kali ini ada beberapa point yang harus saya buat. Yaitu pertama saya harus menentukan tiga aktivitas penting dan tiga aktivitas tidak penting. Kemudian merefleksi diri, waktu yang saya punya telah saya habiskan untuk aktivitas yang mana. Selanjutnya adalah menentukan aktivitas rutin, sehingga aktivitas sehari-hari menjadi dinamis ditambah dengan aktivitas-aktivitas penting tadi. Terakhir, setelah semua tahapan dilakukan inilah waktunya menyusun jadwal harian.

3 Aktivitas Paling Penting

Untuk menentukan tiga aktivitas penting dan utama, saya kembali kepada tugas-tugas yang saya lakukan sebelumnya. Berefleksi kepada tugas-tugas itulah saya membagi aktivitas penting saya. Yaitu ibadah, keluarga, dan keilmuan (untuk mengembangkan diri terkait keautistikan dan inklusivitas).

3 Aktivitas Tidak Penting

Dibandingkan dengan menuliskan aktivitas penting, buat saya lebih mudah menentukan aktivitas tidak penting. Tapi kayaknya lebih mundah melakukan aktivitas yang tidak penting dibandingkan aktivitas yang penting ya. Huhuhuhuhu T,T Okay, tiga aktivitas yang tidak penting versi saya adalah menggunakan gadget tanpa tujuan yang jelas, menonton film di laptop lebih dari dua jam, dan dan santai atau ngobrol di jam produktif.

Lalu sekarang masuk ke pertanyaan pentingya. Di aktivitas mana waktu saya dihabiskan? Untuk saat ini waktu saya lebih banyak saya habiskan untuk aktivitas keilmuan saya, misalnya mengajar, membuat program, dan membaca literatur yang berhubungan dengan keilmuan saya. Sayangnya dalam proses belajar melalui litelatur, saya masih sangat random. Yup, saya masih membaca setiap materi randomly hingga seperti banjir informasi terkait keilmuan saya. Ke depannya sepertinya saya perlu memetakan topik literatur yang akan saya baca, supaya informasi yang masuk bisa lebih terarah.

Aktivitas Rutin

Dalam aktivitas rutin ini, saya memasukkan tiga aktivitas harian yang harus saya lakukan hampir setiap hari atau terjadwal, yaitu mengurus rumah, membersamai keluarga, dan mengajar. Mengurus rumah saya jadikan ke dalam aktivitas rutin dengan alasan untuk membiasakan diri bertanggung jawab pada kondisi rumah. Ditambah lagi untuk meringankan pekerjaan kakak dan ibu saya. Misi terselubung di aktivitas mengurus rumah ini adalah saya ingin mencoba seperti Jennifer Bachdim, istri Irfan Bachdim, yang vlog-nya selalu sepurat Mom Routine mengurus rumah, membersamai anak-anak, dan melakukan aktivitas lainnya bersama anak. Hehehehe.

Membersamai keluarga saya masukkan ke dalam aktivitas rutin saya untuk menjadi pengingat. Karena jujur saja, saya kadang kebablasan, terlalu asik beraktivitas di luar entah itu mengembangkan diri atau just for have fun sehingga lupa meluangkan waktu sehari saja dalams sepekan untuk membersamai keluarga. Dengan memasukkan aktivitas membersamai keluarga ke dalam jawal rutin, saya berharap bisa meluangkan waktu bersama keluarga setiap harinya meskipun itu hanya beberapa jam.

Bagian ketiga adalah aktivitas mengajar. Mengajar buat saya bukanlah pekerjaan, tapi lebih seperti hobi. Di aktivitas ini saya tidak betul-betul menjadikan finansial sebagai alasan utama dan prioritas tetapi lebih untuk mengembangkan diri dan mencapai kebahagiaan. Tujuannya satu yakni mencapai target saya untuk mempunyai lembaga pendidikan dan pelatihan untuk autime yang berbasiskan al-Qur’an.

Jadwal Harian

Ini yang ditunggu-tunggu. Akhirnya waktunya memasukkan rancangan aktivitas di atas ke dalam jadwal harian. Yeeeey! \(^o^ )/

Jadwal setiap Senin-Jumat
Jadwal setiap Sabtu
Jadwal setiap Minggu
Kurang lebih seperti ini jadwal harian saya setiap pekannya. Untuk jadwal akhir pekan, sebenarnya ingin saya luangkan sepenuhnya untuk keluarga. Tetapi saya juga membutuhkan aktivitas untuk mengembangkan ilmu lainnya. Sebab itu, saya memutuskan menjadikan satu hari di setiap akhir pekan sebagai hari bersama keluarga sepenuhnya. Jika Sabtu saya ada agenda di luar, maka saya akan seharian bersama keluarga di hari Minggu, begitu pun sebaliknya. Ini saya lakukan sebagai bentuk “membayar hutang” atas waktu yang saya gunakan untuk mengajar dan beraktivitas di luar selama lima atau enam hari.

Saya berharap jadwal ini tidak hanya dibuat untuk tugas semata, tetapi menjadi bagian dari pembelajaran untuk diri saya sendiri dan untuk diterapkan. Jadwal ini akan diterapkan secara ketat selama sepekan, insya Allah. Kemudian akan saya evaluasi kefektifannya. Jika ada yang perlu diubah, insya Allah akan diubah untuk tujuan kebaikan. Bismillah! Semoga istiqomah dan berjalan lancar dengan ridha Allah SWT. Allahumma amiin.

Ganbatte ne~! \( ^_^)/


@fatinahmunir | 04.03.2018
04 March 2018
Posted by Fatinah Munir

You are The

Hallo Happy Readers!

Hallo Happy Readers!
Selamat datang di blog pribadi saya. Di blog ini teman-teman akan membaca tulisan-tulisan saya seputar pendidikan, kedisabilitasan dan inklusivitas, pengalaman mengajar, dan tulisan-tulisan lainnya yang dibuat atas inspirasi di sekitar saya. Semoga tulisan dalam blog ini bermanfaat dan menginspirasi pada kebaikan. Selamat membaca!

Contact Me

@fatinahmunir

fatinahmunir@gmail.com

Educator | Writer | Adventurer

Berbakti | Berkarya | Berarti

My Friends

- Copyright © Fatinah Munir -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -